Thursday, January 13, 2011
Beberapa Memori Abuya Dimyati
Sebuah kenyataan kerugian yang ana
akui betul, yaitu ana memang tidak pernah sempat bertemu langsung dengan
Abuya Dimyati, yaitu seorang ulama spiritual sekaligus ulama ilmiyah.
Akan tetapi, sedih bukanlah jalan keluar, menceritakan sejarah dan kisah
beliau adalah lebih utama. semoga cerita yang ana dapatkan ini dapat
menjadi bagian dari potret manaqib agung beliau.
Pada
tahun 2010, yaitu ketika acara Bahtsul Masail FBMPP Pare di Kandangan,
setelah jalsah terakhir ana mendengarkan cerita dari Gus Munir, pengurus
NU Kediri. Ketika itu beliau bercerita bahwa ketika beliau menziarahi
Pondok Abuya Dimyati di Banten, beliau melihat sendiri bagaimana didikan
Abuya yang sangat tegas dan disiplin terhadap anak-anak beliau. Apatah
lagi, beliau mewajibkan semua anak-anaknya hafal bukan sahaja al-Qur'an,
bukan saja Nazam dan matan kitab2, bahkan sampai hadis-hadis sekalipun.
Istilah yang ana dapatkan ketika itu, TIDAK ADA KOMPROMI SOAL ILMU DAN
MENGAJI. Bagaimana beliau menghukum santri adalah lebih kuat beliau
menghukum anak beliau sendiri ketika salah. Mungkin inilah yang perlu
ditiru dan dirubah oleh kyai-kyai di Jawa Timur khususnya, yaitu agar
tidak memanjakan gus-gus ini, kerana dikhawatiri ketika ilmu belum bisa
diwarisi sang anak, akan tetapi, sifat kyai itu sudah lekat pada sang
anak sebelum ia benar-benar menjadi Kyai.
Dengan
ini ana teringat ceramah Syeikh Hisham al-Kabbani di Zawiyah, Damansara
Bulan December 2010. Ketika itu, beliau menukil dari kitab Talkhish
al-Ma'arif, karangan Imam al-Sya'rani yaitu ulama sufi dan fiqh dari
Mesir. Dalam nukilan itu, ada 3 orang yang tidak patut disekeliling
seorang SYEIKH @ KYAI. Mereka adalah 1) Anak Syekh. Ini dikarenakan dia
lahir-lahir dari kecil sudah melihat orang cium tangan bapaknya,
orang-orang segan dengan bapaknya, orang-orang mengagungkan bapaknya.
Lalu perkara ini akan menular ke dia, dan dia akan merasa sebagai
seorang Kyai sebelum dia Kyai. Akan tetapi, kalau sifat ini dapat
ditepisi maka dia akan mewarisi ilmu bapaknya dan bahkan jauh lebih dari
bapaknya (kesimpulan ringkas). 2) Istri Syekh dan 3) Khadam Syeikh
(Kerana ini bukan tujuan pembahasan maka yang kedua dan ketiga ana skip
dulu). Dari kesimpulan ini, ana berpendapat dan mengusulkan kepada
Kyai-Kyai di Jawa Timur untuk menghilangkan sifat "memulyakan gus yang
masih belum berilmutinggi". Ini adalah agar gus-gus di Jawa Timur dapat
berjaya meneruskan pesantren bapaknya dan bahkan menjadi ulama ternama
di Nusantara bahkan Dunia.
Salah
satu cerita karomah yang diceritakan Gus Munir lagi adalah, di mana ada
seorang kyai dari Jawa yang pergi ke Maqam Syeikh Abdul Qadir
al-Jailani di Irak. Ketika itu, kyai tersebut merasa sangat bangga
kerana banyak kyai di Indonesia paling jauh mereka ziarah adalah maqam
Nabi Muhammad SAW. Akan tetapi dia dapat menziarahi sampai ke Maqam
Syeikh Abdul Qadir al-Jailani. ketika sampai di maqam tersebut, maka
penjaga maqam bertanya padanya, "darimana kamu (Bahasa Arab)". si Kyai
menjawab, dari Indonesia. maka penjaganya langsung bilang, oh di sini
ada setiap malam Juma'at seorang ulama Indonesia yang kalau datang
ziarah dan duduk saja depan maqam, maka segenap penziarah akan diam dan
menghormati beliau, sehinggalah beliau mula membaca al-Qur'an, maka
penziarah lain akan meneruskan bacaan mereka sendiri2. Maka Kyai tadi
kaget, dan berniat untuk menunggu sampai malam jumaat agar tahu siapa
sebenarnya ulama tersebut. Ternyata pada hari yang ditunggu-tunggu,
ulama tersebut adalah Abuya Dimyati. Maka kyai tersebut terus kagum, dan
ketika pulang ke Jawa, dia menceritakan bagaimana beliau bertemu Abuya
Dimyati di maqam Syeikh Abdul Qadir al-Jailani ketika itu Abuya masih di
pondok dan mengaji dengan santri-santrinya.
Kembali
pada manaqib Abuya Dimyati, ana ingin menceritakan sebuah riwayat
tentang karomah Abuya Dimyati yang ana dengar dari Uncle (paman) Zaujah
ana dari Bogor, yaitu KH Hasan Basri, Parungsapi, Jasinga, Bogor. Ketika
itu, beliau bercerita bahwa pada suatu malam Juma'at, paman ana sedang
mengisi minyak kereta di pom bensin (Gas Station) dekat dengan
pesantrennya. pada saat yang sama ada ambulans yang sedang mengisi
bensin juga. ketika bensin hampir penuh, paman bertanya kepada orang
siapa yang ada di dalam ambulans itu. maka seketika penjaga pom bensin
kata itu adalah Abuya Dimyati. Beliau lagi sakit dan segera bawa ke
pondok. Ambulan itu pun beredar dari pom bensin, maka sejenak setelah
selesai isi bensin, paman bergegas menaiki mobil dan mengejar ambulan
tersebut, yang ketika itu dalam mobil ada temennya juga. dalam
perjalanan, ambulan tersebut berjalan laju dan mobil paman terus lari
naik turun bukit dari Jasinga ke Pandegelang yang mengambil masa sekitar
6 jam. Dengan kejar kejaran tersebut, akhirnya ambulan itu pun masuk ke
lokasi pondok setelah beberapa detik paman pun masuk lokasi pondok,
akan tetapi ambulan itu sudah tidak ada.
Akan
tetapi yang ada adalah orang ramai dan mobil-mobil sedang parkir dan
semua orang sedang menghadiri persaksian jasad Abuya Dimyati yang
ternyata meninggal pada malam tadi sekitar pukul 3 lebih dikit. Ternyata
salah satu karamah Abuya telah disaksikan Paman sendiri, di mana
hakikatnya, Jasad Abuya sememangnya hanya ada di Banten yaitu di
rumahnya, karena anaknya Kak Muntaqo pada hari itu adalah hari
resepsinya. Dari mana ambulan itu? Hanya Masya Allah yang dapat dirasai
oleh paman.
Cerita
lain tentang memori Abuya Dimyati, dapatlah dibaca di buku Jejak
Spiritual Abuya Dimyati, karangan Kang Murtadlo Hadi, Cetakan Lkis.
Kepada Ruh Abuya Dimyati, Banten....al-FATIHAH!!
0 komentar:
Posting Komentar