Balasan Bagi Orang Yang Berbuat Baik
Senin, 08 Oktober 2012
قال رسول الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : أَنَّ رَجُلًا، رَأَى
كَلْبًا، يَأْكُلُ الثَّرَى، مِنْ الْعَطَشِ، فَأَخَذَ الرَّجُلُ خُفَّهُ،
فَجَعَلَ يَغْرِفُ لَهُ بِهِ، حَتَّى أَرْوَاهُ، فَشَكَرَ اللَّهُ لَهُ،
فَأَدْخَلَهُ الْجَنَّةَ.
(صحيح البخاري)
Sabda Rasulullah SAW: “Sungguh seorang pria melihat anjing
menjilati tanah karena kehausan, maka pria itu mencabut sepatunya untuk
menciduk air untuknya, maka anjing itu minum sampai puas, maka Allah
berterimakasih pada pria itu dan memasukkannya ke surga” (Shahih
Bukhari)
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
فَحَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ
اْلجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ
اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا
لَبَّيْكَ يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبـَارَكَ
عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِي جَمَعَنَا فِي هَذَا
الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَفِي الْجَلْسَةِ الْعَظِيْمَةِ نَوَّرَ اللهُ
قُلُوْبَنَا وَإِيَّاكُمْ بِنُوْرِ مَحَبَّةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ
وَخِدْمَةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَاْلعَمَلِ بِشَرِيْعَةِ وَسُنَّةِ
رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Bercahaya
menerangi jiwa untuk mengenali penciptanya. Cahaya Allah subhanahu
wata’ala berpijar menerangi sanubari sehingga muncul ketenangan dan
kedamaian di dalamnya, yang dengan itu sirnalah dari dalam hatinya
keinginan-keinginan untuk berbuat hina dan tergantikan dengan cahaya
keinginan untuk berbuat mulia. Itulah cahaya Allah subhanahu wata’ala,
betapa agungnya ketika cahaya itu muncul dalam sanubari manusia, sungguh
sebutir kerinduan kita kepada Allah subhanahu sangatlah agung dan
berharga, karena ketika kita merindukan perjumpaan dengan Yang Maha
Indah, maka ketika itu pula Allah subhanahu wata’ala merindukan kita,
sebagaimana firman Allah dalam hadits qudsi riwayat Shahih Al Bukhari :
إِذَا أَحَبَّ عَبْدِيْ لِقَائِي أَحْبَبْتُ لِقَاءَهُ
“ Jika seorang hamba menyukai pertemuan denganKu, Aku (Allah) menyukai pertemuan dengannya”
Telah terlewat belasan tahun bahkan puluhan tahun dari kehidupan
kita, adakah diantara waktu-waktu yang terlewatkan itu detik-detik kita
merindukan Allah subhanahu wata’ala?!. Hari ini sejak kita terbangun
dari tidur hingga malam hari ini akan tidur kembali, adakah diantara
detik-detik itu kita merindukan Allah subhanahu wata’ala?!. Ingatlah
bahwa tidak satu detik pun yang telah terlewatkan dari kehidupan ini
akan kembali kepada kita, akan tetapi setiap detik yang terlewatkan dari
kita telah tercatat di dalamnya setiap perbuatan baik atau buruk yang
kita lakukan dilakukan. Bagaimana kelak ketika kita akan berhadapan
dengan Allah subhanahu wata’ala, ketika Allah subhanahu wata’ala melihat
hambaNya tidak pernah merindukan Allah dalam setiap waktu-waktu yang
terlewatkan darinya ketika di dunia, bahkan tidak pernah terlintas dalam
keinginannya untuk rindu dan berjumpa dengan Allah subhanahu wata’ala,
Ingatlah firman Allah dalam hadits qudsi :
وَ إِذَا كَرِهَ لِقَائِيْ كَرِهْتُ لِقَاءَهُ
“ Dan jika (hamba) membenci pertemuan denganKu, Aku (Allah) membenci pertemuan dengannya”
Maka dimanakah tempat kembali orang yang tidak diinginkan
perjumpaannya oleh Allah?!, sebelum menghadapi hisab atas amal-amalnya,
mereka telah sampai ke dalam neraka, wal’iyadzu billah, karena Allah
tidak mau melihatnya, sebab semasa hidupnya di dunia tidak pernah
terlintas di dalam hatinya kerinduan untuk berjumpa dengan Allah
subhanahu wata’ala. Akan tetapi orang yang merindukan perjumpaan dengan
Allah maka Allah juga merindukan perjumpaan dengannya. Adakah di dalam
catatan amalan kita yang kelak akan dibacakan dihadapan Allah subhanahu
wata’ala, tertulis di dalamnya detik-detik terindah ketika kita sedang
dirindukan oleh Allah subhanahu wata’ala karena disaat itu kita
merindukan Allah subhanahu wata’ala?!. Rindu kepada Allah adalah sesuatu
yang paling mulia dari segala perbuatan mulia yang ada dalam diri
manusia, namun lebih jauh lebih mulia ketika seorang hamba dirindukan
oleh Allah subhanahu wata’ala, karena ia lewati usianya dalam kerinduan
kepada Allah subhanahu wata’ala. Maka senantiasa kita memohon dan berdoa
kepada Allah subhanahu wata’ala agar kehidupan dunia yang sementara ini
jangan sampai menghalangi kita dari kerinduan kepadaNya, begitu juga
setiap musibah dan kenikmatan yang kita lewati janganlah sampai membuat
kita terjauhkan dari kerinduan kepada Allah subhanahu wata’ala, semoga
kita semua yang hadir di tempat ini diberi taufiq oleh Allah subhanahu
wata’ala untuk senantiasa dipenuhi dengan kerinduan kepada Allah,
sehingga menjauhkan dari kita segala musibah zhahir dan bathin di dunia
dan akhirat. Masa depan kita berada dalam genggaman kekuasaan Allah
subhanahu wata’ala, betapa banyak orang yang di saat ini dalam tawa dan
dalam kesenangan, namun keesokan harinya Allah memberinya musibah atau
cobaan dengan penyakit stroke, hingga tidak dapat berbicara dengan
benar, hartanya habis untuk biaya pengobatannya namun keadaannya tidak
berubah, demikian keadaan yang dihadapinya hingga ajal menjemputnya.
Begitu juga banyak diantara orang yang di hari itu dalam canda dan tawa
di dunia namun keesokan harinya ia telah menghembuskan nafas terakhir,
dan ia tidak mengetahui bahwa malam sebelum hari kematiaannya adalah
malam terakhir baginya dalam kehidupan dunia, kemudian malam-malam
berikutnya ia telah berada di alam kubur. Maka beruntung bagi
orang-orang yang merindukan Allah subhanahu wata’ala, dan hal ini perlu
selalu kita minta kepada Allah subhanahu wata’ala. Karena kita manusia
yang penuh dengan dosa ini barangkali sangat jarang dan sedikit sekali
merindukan Allah subhanahu wata’ala dan lebih memilih untuk merindukan
selain Allah subhanahu wata’ala. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda :
أَقْرَبُ مَا يَكُوْنُ الْعَبْدُ مِنْ رِبِّهِ وَهُوَ سَاجِدٌ فَأَكْثِرُوْا الدُعَاءَ
“Keadaan terdekat seorang hamba dengan Allah adalah ketika ia bersujud, maka perbanyaklah doa”
Namun di saat kita sedang bersujud, bagaimana keadaan hati kita?!.
Para shalihin (orang-orang shalih) disetiap keadaan mereka baik tubuhnya
dalam keadaan sujud atau tidak, maka hati mereka selalu bersujud dan
selalu dipenuhi doa dan kerinduan kepada Allah subhanahu wata’ala. Akan
tetapi sebagian dari kita mungkin ada yang telah berpuluhan tahun
melakukan shalat namun hati atau sanubari mereka tidak pernah turut
bersujud sebagaimana jasad mereka bersujud, sehingga belum pernah
merasakan cinta dan kerinduan kepada Allah subhanahu wata’ala, bahkan
tidak pernah terbesit dalam benaknya untuk cinta dan rindu kepada Allah,
maka Allah subhanahu wata’ala akan menyiapkan tempat kemurkaanNya untuk
mereka di neraka dan di alam kubur, akan tetapi tidaklah seorang hamba
berputus asa dari hal itu, karena Allah subhanahu wata’ala senantiasa
menerima cinta hamba-hambaNya walaupun mereka penuh dengan dosa, bahkan
Allah subhanahu wata’ala menyambut dengan sambutan yang indah bahwa
Allah subhanahu wata’ala juga merindukan hamba-hamba yang merindukanNya.
Allah subhanahu wata’ala berfirman :
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ
عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا
بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ ، نَحْنُ أَوْلِيَاؤُكُمْ فِي
الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآَخِرَةِ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَشْتَهِي
أَنْفُسُكُمْ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَدَّعُونَ ، نُزُلًا مِنْ غَفُورٍ
رَحِيمٍ ، وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ
صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ ، وَلَا تَسْتَوِي
الْحَسَنَةُ وَلَا السَّيِّئَةُ ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا
الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ
( فصلت : 30-34 )
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: Tuhan kami ialah
Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan
turun kepada mereka (dengan mengatakan): "Janganlah kamu merasa takut
dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan
(memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu". Kami lah
Pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan di akhirat; di dalamnya
kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya
apa yang kamu minta. Sebagai hidangan (bagimu) dari Tuhan Yang Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang. Siapakah yang lebih baik perkataannya
daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh
dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah
diri?". Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Balaslah (kejahatan
itu) dengan cara yang lebih baik, hingga di saat itu orang yang terdapat
permusuhan denganmu seakan-akan ia adalah teman yang sangat setia”. (
QS. Fusshilat : 30-34 )
Dan guru mulia Al Habib Umar bin Muhammad bin Hafizh mengajarkan
kepada kita untuk selalu memperbanyak menyebut nama يا الله , karena
Allah subhanahu wata’ala akan menghidupkan jiwa hamba-hamba yang selalu
menyebut nama الله meskipun dengan bibirnya, maka Allah akan
menuntunnya kepada keluhuran, dan insyaallah diwafatkan dalam keadaan
husnul khatimah.
Dalam ayat di atas Allah subhanahu wata’ala menyebutkan kemuliaan
orang-orang yang mengatakan dan mengakui bahwa tuhan mereka adalah
Allah, kemudian mereka istiqamah di jalan Allah subhanahu wata’ala,
dengan menjalankan segala keluhuran yang diperintahNya dan menjauhi
segala kehinaan yang dilaranganNya, maka Allah subhanahu wata’ala akan
mengutus malaikat untuk menaungi dan menjaga mereka, jika kesulitan atau
musibah menghampirinya maka malaikat akan mendoakan kesulitannya agar
dihilangkan, jika ia sedang sakit maka malaikat akan mendoakan untuk
kesembuhannya dan lain sebagainya. Akan tetapi Allah tidak memaksakan
sesuatu di luar batas kemampuan hamba-hambaNya, namun seorang hamba
haruslah senantiasa berusaha untuk memperbaiki diri, dengan menjauhi
segala sesuatu yang hina dan menjalankan segala sesuatu yang luhur yang
telah diperintah oleh Allah subhanahu wata’ala dan tetap istiqamah di
dalamnya. Maka seorang yang mengakui bahwa Allah adalah tuhannya
janganlah merasa takut dan sedih, karena mereka telah diberi kabar
gembira dengan surga. Dan Allah subhanahu wata’ala yang menjadi penolong
dalam kehidupan mereka dunia dan akhirat, sehingga kelak di akhirat
segala apapun yang diinginkan oleh para penduduk surga akan Allah
berikan untuk mereka, yang merupakan hadiah agung dari Allah subhanahu
wata’ala untuk hamba-hambaNya yang beriman dan shalih, demikianlah janji
Allah subhanahu wata’ala. Kita mungkin belum termasuk kedalam orang
yang senantisa istiqamah dalam keluhuran, namun seseorang yang
senantiasa berusaha untuk berada dalam keistiqamahan terhadap keluhuran,
serta mencintai dan berjalan di jalan orang-orang yang beristiqamah
maka ia telah masuk ke dalam golongan orang-orang tersebut, karena
rantai cinta orang-orang yang istiqamah terikat dengannya sehingga ia
pun terbawa dalam kelompok mereka, semoga kita semua termasuk ke dalam
golongan orang-orang yang istiqamah dalam keluhuran, meskipun kita
terkadang belum secara sempurna mampu untuk senantiasa berbuat keluhuran
dan meninggalkan hal-hal yang hina, namun selalu kita munculkan niat
baik dalam diri kita untuk semakin mendekat dan cinta kepada Allah
subhanahu wata’ala, yaitu dengan mencintai para ulama’ dan shalihin,
karena seseorang akan bersama dengan orang yang dicintainya kelak di
hari kiamat, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:
الَمَرْءُ مَعَ مَنْ أَحَبَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“ Seseorang bersama orang yang dicintai di hari kiamat”
Kemudian dalam ayat di atas, Allah subhanahu wata’ala menyebutkan
bahwa tidak ada ucapan seorang yang lebih baik dari ucapan orang yang
mengajak orang lain kepada keridhaan Allah subhanahu wata’ala. Tentunya
banyak ucapan-ucapan baik dan mulia yang disukai Allah subhanahu
wata’ala, seperti kalimat-kalimat luhur لا إله إلا الله , سبحان الله
وبحمده dan lainnya, namun ayat ini bersifat ‘aam makhsus (secara umum
yang dikhususkan), dimana diantara ucapan-ucapan tersebut adalah ucapan
orang yang mengajak dan menyeru orang lain kepada kebaikan, kepada jalan
yang diridhai Allah subhanahu wata’ala. Adapun cara untuk mengajak
orang lain ke jalan yang diridhai Allah sangatlah banyak, seperti
mengajak orang lain untuk melakukan shalat. Seperti contoh ada seorang
teman kita yang tidak mau melakukan shalat zhuhur, maka ketika tiba
waktu shalat zhuhur kita minta dan mengajak teman kita untuk menemani
kita shalat jamaah, dengan alasan agar dia mau membantu kita untuk
mendapatkan pahala shalat jamaah, maka dalam keadaan seperti itu ia akan
mulai melakukan shalat, meskipun diawalanya merasa terpaksa, namun kita
berharap agar Allah subhanahu wata’ala mencurahkan ke dalam hatinya
butiran hidayah, sehingga tanpa diajak atau diperintah oleh orang lain
ia akan mengerjakan shalat, atau bahkan ia akan mencari teman untuk
melakukan shalat bersamanya agar mendapatkan pahala yang lebih besar
dengan shalat jama’ah. Maka hal seperti ini merupakan sebagian contoh
yang dengan mudah dapat kita lakukan, dan nasihat-nasihat baik untuk
orang lain dapat dengan mudah kita sampaikan, bisa melalui telepon, sms,
chatting, dan lainnya.
Adapun hadits agung yang kita baca, dimana kisah tersebut telah
sering kita dengar, dimana terdapat dua riwayat di dalam Shahih Al
Bukhari, riwayat yang kita baca tadi menceritakan seorang lelaki,
sedangkan dalam riwayat yang lainnya menceritakan seorang wanita. Al
Imam Ibn Hajar Al Asqalany di dalam Fathul Bari bisyarh Shahih Al
Bukhari menjelaskan bahwa salah satu pendapat yang mengatakan bahwa air
liur anjing tidak najis, yaitu dengan menjadikan diantara dalilnya
adalah hadits ini, dimana lelaki itu melepas sepatunya kemudian
mengambilkan air dan meminumkannya pada anjing yang sedang menjilati
tanah karena kehausan, lalu anjing itu pun minum sepuasnya, sehingga
sebab perbuatan lelaki tersebut Allah berterimakasih kepadanya dengan
memasukkannya ke dalam surga, maka dari peristiwa itulah sebagian
pendapat mengatakan bahwa air liur anjing suci. Akan tetapi Al Imam Ibn
Hajar menjelaskan di dalam Fathul Bari, menyangkal pendapat tersebut
dengan menukil ucapan Al Imam An Nawawi Ar, beliau mengatakan bahwa hal
tersebut tidaklah secara mutlak dapat diterima dan dijadikan dalil tidak
najisnya liur anjing, karena dalam kejadian tersebut tidaklah menutup
kemungkinan lelaki itu membuang sepatunya setelah digunakan untuk
memberi minum anjing tersebut dan tidak memakainya kembali, dan bisa
jadi lelaki tersebut juga mencuci sepatunya sebanyak 7 kali dengan
menggunakan tanah di salah satu basuhannya, karena tidak disebutkan dan
dijelaskan dalam hadits tersebut, namun sebelum hadits ini Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda dalam sebuah hadits yang
menyebutkan bahwa sesuatu yang disentuh oleh anjing maka hendaklah
membasuhnya sebanyak 7 kali basuhan dan salah satu basuhan tersebut
dicampur dengan tanah, maka hadits ini menunjukkan bahwa sesuatu yang
terkena anjing, berarti telah terkena najis. Maka kisah dalam hadits
tersebut tidak bisa dijadikan sebagai dalil akan sucinya air liur anjing
atau bagian yang dari anjing.
Diriwayatkan di dalam Shahih Al Bukhari bahwa orang yang memelihara
anjing di rumahnya, bukan karena untuk berburu atau untuk menjaga, maka
setiap harinya satu pahala akan berkurang dari orang tersebut. Namun
meskipun demikian, anjing itu tidak memprotes kepada Allah karena
diciptakan sebagai hewan yang najis, misalnya dengan berkata : “Wahai
Allah mengapa Engkau jadikan aku sebagai hewan yang najis padahal aku
senantiasa bertasbih dan mengagungkanMu, sedangkan manusia-manusia yang
berjiwa busuk karena selalu bermaksiat kepadaMu, Engkau ciptakan sebagai
makhluk dengan bentuk yang mulia dan suci”, anjing-anjing itu tidak
pernah menggugat ketentuan Allah untuknya. Akan tetapi jika kita
bandingkan dengan diri kita, sungguh betapa banyak gugatan atau protes
kita terhadap ketentuan Allah subhanahu wata’ala. Apakah seekor anjing
itu lebih kuat dari keimanan kita sehingga mereka rela dan menerima
ketentuan Allah untuk mereka, sedangkan kita sebagai manusia tidaklah
demikian. Dalam kisah diatas seakan-akan anjing tersebut memberi
pertolongan kepada lelaki itu, karena telah menjadi penyebab baginya
untuk masuk surga. Ketika anjing itu kehausan dan lelaki itu menolongnya
dengan memberinya minum, maka Allah subhanahu wata’ala Yang membalas
kebaikan itu, karena seekor anjing tidak dapat berterima kasih kepada
lelaki tersebut, maka Allah subhanahu wata’ala yang berterimakasih
kepadanya dan membalas kebaikannya dengan memasukkannya ke dalam surga,
maka lelaki itu masuk ke dalam surga sebab seekor anjing. Sungguh Allah
Maha Mampu memasukkan hambaNya ke dalam surga meskipun karena seekor
hewan yang najis seperti anjing. Maka terlebih lagi manusia termulia
sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, yang telah diberi hak
syafaat oleh Allah subhanahu wata’ala untuk semua manusia, sebagaimana
sabda beliau shallallahu ‘alahi wasallam :
وَأَنَا أَوَّلُ شَافِعٍ وَأَوَّلُ مُشَفَّعٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Akulah orang yang pertama memberi syafaat, dan yang pertama dikabulkan syafaatnya pada hari kiamat”.
Maka yang perlu kita ketahui dan kita renungi adalah kasih sayang dan
kelemah lembutan Allah kepada makhlukNya. Kita ketahui bagaimana sifat
lemah lembut Allah subhanahu wata’ala terhadap orang-orang yang zhalim
dan jahat, yang diantaranya adalah Fir’aun. Terdapat pendapat yang
mengatakan bahwa orang yang paling jahat adalah Fir’aun, namun pendapat
lain mengatakan bahwa orang yang paling jahat adalah Abu Lahb, karena
Allah subhanahu wata’ala melaknat Abu Lahb dua kali dalam satu ayat,
sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala :
تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ وَتَبَّ
( المسد : 1 )
“Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa”. ( QS. Al Masad : 1 )
Allah subhanahu wata’ala berfirman :
وَلَا تَسْتَوِي الْحَسَنَةُ وَلَا السَّيِّئَةُ ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ
أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ
حَمِيمٌ
(فصلت : 34 )
“Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Balaslah (kejahatan
itu) dengan cara yang lebih baik, hingga di saat itu orang yang terdapat
permusuhan denganmu seakan-akan ia adalah teman yang sangat setia”.
Ayat diatas menjelaskan bahwa tidaklah sama antara kemulian dan
tuntunan yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan
kehinaan yang dianut dan diajarkan oleh Abu Jahl. Namun ketika ia (Abu
Jahl) mencaci nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, maka Allah
subhanahu wata’ala memerintah beliau shallallahu ‘alaihi wasallam untuk
membalasnya dengan balasan yang lebih baik, hingga seakan-akan balasan
itu mucul dari orang yang berteman dengannya.
Adapun pendapat yang mengatakan bahwa Fir’aun adalah orang yang paling
jahat, karena ia mengaku sebagai tuhan, sebagaimana dalam firman Allah
subhanahu wata’ala :
فَقَالَ أَنَا رَبُّكُمُ الْأَعْلَى
( النازعات : 24 )
“Berkata (Fir’aun): "Akulah tuhanmu yang paling tinggi". ( QS. An Naazi’aat : 24 )
Akan tetapi bagaimana sikap Allah subhanahu wata’al terhadap Fir’aun,
dimana nabi Musa dan nabi Harun As diutus kepada Fir’aun bukan
diperintah untuk membinasakannya karena telah mengaku sebagai tuhan,
namun Allah memerintahkan kepada nabi Musa dan nabi Harun untuk
mengajaknya beriman kepada Allah serta bertutur dengan ucapan yang lemah
lembut kepadanya, sebagaimana firmanNya :
فَقُولَا لَهُ قَوْلًا لَيِّنًا لَعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى
(طه : 44 )
“Maka berucaplah kalian berdua kepadanya dengan kata-kata yang
lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau merasa takut". ( QS. Thaha :
44 )
Allah subhanahu wata’ala Maha Mengetahui bahwa Fir’aun tidak akan
beriman , meskipun bermacam-macam musibah telah Allah turunkan untuknya
dan para pengikutnya yang diantaranya berupa air lautan berubah menjadi
darah, keluarnya hewan dari dalam bumi dan lainnya namun Fir’aun tetap
saja membangkang dan tidak beriman, sehingga Allah menenggelamkannya ke
dalam lautan. Peristiwa tersebut terjadi jauh sebelum diutusnya nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, namun Allah subhanahu wata’ala
menceritakannya di dalam Al qur’an, karena Allah ingin menunjukkan dan
memberi pengajaran kepada hamba-hambaNya akan sifat lemah lembut Allah
subhanahu wata’ala kepada hamba-hamba yang dimurkaiNya. Demikian indah
perintah Allah subhanahu wata’ala kepada sayyidina Muhammad shallallahu
‘alaihi wasallam dalam menyamapaikan dakwah kepada manusia. Yang juga
termasuk makhluk yang paling jahat adalah iblis, dimana iblis adalah
makhluk yang paling dimurkai Allah subhanahu wata’ala, dan iblis dapat
mengajak hamba-hamba Allah untuk menjadi pengikutnya dan bersamanya di
tempat yang dimurkai Allah subhanahu wata’ala. Meskipun demikian ketika
iblis berdoa dan meminta kepada Allah maka Allah subhanahu wata’ala
mengabulkan permintaannya, sebagaimana dalam firman Allah subhanahu
wata’ala:
قَالَ رَبِّ فَأَنْظِرْنِي إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ
( ص: 79 )
“ Iblis berkata: "Ya Tuhanku, undurlah (siksaku) sampai hari mereka dibangkitkan". ( QS. Shaad : 79 )
Kemudian Allah subhanahu wata’ala menjawab, sebagaimana firmanNya:
قَالَ فَإِنَّكَ مِنَ الْمُنْظَرِينَ ، إِلَى يَوْمِ الْوَقْتِ الْمَعْلُومِ
( ص : 80-81 )
“ Allah berfirman: "Sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang
diberi tangguh (diundur), sampai hari yang telah ditentukan waktunya
(hari kiamat)". ( QS. Shad : 80-81 )
Lalu iblis pun berkata, sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala :
فَبِعِزَّتِكَ لَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ ، إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ
( ص: 82-83 )
“ Iblis menjawab: "Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan
mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang ikhlas di antara mereka”.(
QS. Shad : 82-83)
Allah Maha Mengetahui jika siksa iblis itu diundur maka ia akan
menggoda keturunan Adam, namun karena sifat lemah lembut Allah subhanahu
wata’ala maka dikabulkanlah permintaan iblis tersebut. Sehingga
diantara manusia ada yang menjadi pengikut iblis dan diantara mereka ada
yang menjadi pengikut sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Kita semua mencintai dan merindukan sayyidina Muhammad shallallahu
‘alaihi wasallam, dan yang bisa kita perbuat hanyalah bersalam dan
bershalawat kepada beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, dalam kehidupan
di dunia kita tidak bisa hidup bersama beliau, namun semoga kelak di
hari kiamat kita bersama sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam, bukan bersama iblis dan para pengikutnya, maka jauhkan
sifat-sifat iblis dari hati kita. Seseorang bernama Al Imam Abdul Aziz
Ar, dimana ia adalah seorang yang sangat shalih dan dengan kehendak
Allah subhanahu wata’ala ia dapat mengetahui keshahihan sebuah hadits
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam hanya dengan mencium tulisan
hadits tersebut, jika hadits tersebut benar dari Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam maka akan tercium bau wangi Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam, akan tetapi sebagian ulama’ hadits tidak menerima
untuk menerima kesahihan sebuah hadits hanya dengan mencium tulisan
hadits tersebut, karena ada ilmu Musthalah Al Hadits yang mempelajari
derajat kesahihan sebuah hadits. Namun Al Imam Ahmad bin Hanbal sering
mendatangi beliau untuk menanyakan antara hadits shahih dan hadits
dha’if. Dari hal ini dapat kita ambil kesimpulan bahwa Allah subhanahu
wata’ala Maha Mampu membuat panca indera seseorang mampu melakukan
sesuatu diluar batas kemampuan, sebagaimana disebutkan di dalam Al
qur’an Al Karim bahwa Allah subhanahu wata’ala telah memberinya ilmu
kepada seorang kaum nabi Sulaiman, dimana ia dapat menghadirkan kerajaan
ratu Balqis di hadapan nabi Sulaiman sebelum kedipan mata, sebagaimana
firman Allah subhanahu wata’ala:
قَالَ الَّذِي عِنْدَهُ عِلْمٌ مِنَ الْكِتَابِ أَنَا آَتِيكَ بِهِ قَبْلَ
أَنْ يَرْتَدَّ إِلَيْكَ طَرْفُكَ فَلَمَّا رَآَهُ مُسْتَقِرًّا عِنْدَهُ
قَالَ هَذَا مِنْ فَضْلِ رَبِّي لِيَبْلُوَنِي أَأَشْكُرُ أَمْ أَكْفُرُ
وَمَنْ شَكَرَ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ
رَبِّي غَنِيٌّ كَرِيمٌ
( النمل : 40 )
“Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al Kitab: "Aku
akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip". Maka
ketika nabi Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, ia
berkata: "Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mengujiku apakah aku
bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barang siapa yang
bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya
sendiri dan barang siapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha
Kaya lagi Maha Mulia". ( QS. An Naml : 40 )
Kemampuan yang luar biasa itu Allah berikan kepada umat selain umat
nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, maka terlebih lagi untuk
ummat nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Senantiasalah kita bersiap untuk menghadapi masa depan kita di alam
kubur dan di akhirat, dengan selalu berbuat keluhuran dan meninggalkan
segala kehinaan. Dikisahkan bahwa seorang wanita shalihah Rabi’atul
Adawiyah, beliau menggali kubur untuk dirinya sendiri sebelum wafat,
kemudian memperindahnya dengan membacakan Al qur’an setiap hari di
dalamnya hingga mencapai 7000 kali khatam Al qur’an. Beliau membangun
dan memperindah tempat yang akan dihuninya setelah ia wafat. Adapun Al
Habib Ahmad bin Muhammad Al Muhdhar shahib Al Quwairah Hadramaut,
sebelum wafat, beliau mengkhatamkan Al qur’an sebanyak 8000 kali di
dalam kuburnya, dan setelah ditanya mengapa beliau lakukan hal tersebut,
maka beliau menjawab : “Apakah aku mau dikalahkan oleh seorang wanita”,
maksud beliau wanita itu adalaha Rabi’ah Al Adawiyah yang telah
mengkhatamkan Al qur’an sebanyak 7000 kali di dalam kuburnya sebelum ia
wafat. Demikianlah keadaan para shalihin yang berlomba-lomba membangun
dan memperindah rumah masa depan mereka (kuburan). Akan tetapi keadaan
kita di saat ini berbeda, dimana manusia berlomba-lomba untuk membangun
dan memperindah rumah yang akan ditinggalkan. Tapi bukan berarti kita
tidak diperbolehkan membangun rumah, namun yang harus kita lakukan
adalah memikirkan kehidupan kita di dunia dengan memperbaikinya, dimana
hal itu adalah modal untuk kehidupan masa depan kita di akhirat. Maka
senantiasa perbaiki hari-hari kita dalam kehidupan dunia ini dan
menjauhi segala hal yang hina, baik kita sebagai pelajar, orang tua,
anak, pekerja dan lainnya.
Selanjutnya kita bermunajat kepada Allah subhanahu wata’ala, semoga
Allah subhanahu wata’ala melimpahkan rahmat dan kebahagiaan kepada kita
di dunia dan akhirat.
فَقُوْلُوْا جَمِيْعًا
Ucapkanlah bersama-sama
يَا الله...يَا الله... ياَ الله.. ياَرَحْمَن يَارَحِيْم ...لاَإلهَ
إلَّاالله...لاَ إلهَ إلاَّ اللهُ اْلعَظِيْمُ الْحَلِيْمُ...لاَ إِلهَ
إِلَّا الله رَبُّ اْلعَرْشِ اْلعَظِيْمِ...لاَ إِلهَ إلَّا اللهُ رَبُّ
السَّموَاتِ وَرَبُّ الْأَرْضِ وَرَبُّ اْلعَرْشِ اْلكَرِيْمِ...مُحَمَّدٌ
رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ،كَلِمَةٌ حَقٌّ عَلَيْهَا
نَحْيَا وَعَلَيْهَا نَمُوتُ وَعَلَيْهَا نُبْعَثُ إِنْ شَاءَ اللهُ
تَعَالَى مِنَ اْلأمِنِيْنَ.
|
0 komentar:
Posting Komentar