Keutamaan Doa Masuk Toilet
Senin, 03 September 2012
عَنْ عَبْدِ الْعَزِيزِ بْنِ صُهَيْبٍ قَالَ سَمِعْتُ أَنَسًا يَقُولُ
:كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، إِذَا دَخَلَ
الْخَلَاءَ، قَالَ: اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْخُبُثِ
وَالْخَبَائِثِ.
(صحيح البخاري)
Dari Abdul Aziz bin Shuhaib berkata, kudengar Anas ra berkata :
“Bahwa Nabi saw jika masuk ke toilet berdoa : Allahumma inniy Audzubika
minal khubtsi walkhaba’its (wahai Allah Aku berlindung kepada Mu dari
kejahatan syaitan dari segala jenisnya)” (shahih Bukhari)
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ
اْلجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ
اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا
لَبَّيْكَ يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبـَارَكَ
عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِي جَمَعَنَا فِي هَذَا
الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَفِي الْجَلْسَةِ الْعَظِيْمَةِ نَوَّرَ اللهُ
قُلُوْبَنَا وَإِيَّاكُمْ بِنُوْرِ مَحَبَّةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ
وَخِدْمَةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَاْلعَمَلِ بِشَرِيْعَةِ وَسُنَّةِ
رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Luhur,
Yang Maha mengangkat derajat hamba-hamba yang dikehendakinya dengan
keluhuran di dunia dan akhirah, Yang Maha menyingkirkan sedemikian
banyak musibah yang akan datang kepada hamba-hambaNya sebab dosa-dosa
yang mereka perbuat, karena setiap dosa yang diperbuat maka sama halnya
dengan membuat musibah bagi diri mereka sendiri di masa mendatang entah
di dunia atau di akhirat, namun meskipun demikian Allah subhnahu
wata’ala senantiasa lebih banyak memberi ampunan dan maaf untuk
hamba-hambaNya daripada menuntut perbuatan dosa yang mereka lakukan,
terlebih bagi ummat sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam,
demikian rahasia kelembutan Ilahi yang membalas setiap perbuatan baik
dengan 10 kali lipat hingga 700 bahkan lebih, serta menyiapkan
pengampunan untuk setiap perbuatan dosa yang dilakukan, seraya berfirman
Allah subhanahu wata’ala dalam hadits qudsi:
يَا عِبَادِي إِنّكُمْ تُخْطِئُونَ بِاللّيْلِ وَالنّهَارِ, وَأَنَا أَغْفِرُ الذّنُوبَ جَمِيعاً فَاسْتَغْفِرُونِي أَغْفِرُ لَكُمْ
“Wahai hamba-hambaKu, sesungguhnya kalian berbuat salah siang
dan malam, dan Aku mengampuni seluruh dosa, mintalah ampun kepadaKu,
maka Aku mengampuni kalian”.
Dan disebutkan dalam hadits qudsi riwayat Shahih Al Bukhari bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda bahwa setelah alam
semesta dihamparkan dan ‘arsy ditegakkan, ketika itu Allah subhanahu
wata’ala menuliskan di ‘arsy:
إِنََّ رَحْمَتِي تَغْلُبُ غَضَبِي
“Sesungguhnya rahmat-Ku mengalahkan kemurkaan-Ku.”
Allah subhanahu wata’ala mempunyai kemurkaan, sebagaimana telah
diciptakannya neraka dan Allah juga menyiapkan siksa kubur, serta
menciptakan musibah-musibah di dunia, namun kelembutan dan kasih
sayangNya jauh lebih besar daripada kemurkaanNya. Oleh sebab itu
mendekatlah kepada Yang Maha Lembut, dimana dengan mendekat kepadaNya
akan berjatuhan dosa-dosa hamba tanpa diminta, terlebih lagi jika
diminta. Allah subhanahu wata’ala erfirman dalam hadits qudsi dalam
musnad Al Imam Ahmad Ibn Hambal :
يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ مَا دَعَوْتَنِيْ وَرَجَوْتَنِيْ غَفَرْتُ لَكَ عَلَى مَا كَانَ مِنْكَ فَلاَ أُبَالِي
“ Wahai keturunan Adam, jika engkau berdoa dan berharap kepadaKu niscaya Kuampuni dosa-dosa kalian tanpa Kupertanyakan lagi”
Demikian rahasia kelembutan Ilahi yang banyak tidak difahami oleh
hamba-hambaNya sehingga mereka terus tenggelam dalam perbutan dosa di
siang dan malamnya, tanpa mampu selamat dari perbuatan tersebut, karena
tidak seorang pun dari hamba-hamba Allah yang mampu terhindar dari
perbuatan dosa kecuali para nabi dan rasul. Namun ketika seseorang telah
dekat dengan Sang Maha Pengampun, maka Sang Maha melimpahkan kelembutan
dan kekuatan akan memberi hamba tersebut kekuatan untuk menghindari
perbuatan dosa tersebut.
Allah subhanahu wata’ala berfirman :
وَالْعَصْرِ ، إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ ، إِلَّا الَّذِينَ
آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا
بِالصَّبْرِ
( العصر : 1-3 )
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam
kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh
dan nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati
supaya menetapi kesabaran”. ( QS. Al ‘Ashr : 1-3)
Seluruh kejadian yang berupa anugerah, kenikmatan atau musibah di
setiap waktu dan saat sejak alam ini dicipta oleh Allah subhanahu
wata’ala, sungguh keadaan semua manusia berada dalam kerugian, kecuali
mereka yang beriman dan mengerjakan kebaikan serta saling menasihati
dalam kebenaran dan kesabaran. Semoga kita semua termasuk dalam golongan
orang yang beriman, dan mengerjakan kebaikan serta saling menasihati
dalam kebenaran dan kesabaran, sehingga termasuk orang yang berada dalam
keberuntungan. Dan semua keberuntungan tersebut tersimpan dalam
tuntunan sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, orang yang
paling ramah dan paling berlemah lembut dari seluruh makhluk Allah
subhanahu wata’ala. Dan Allah subhanahu wata’ala berfirman :
لَعَمْرُكَ إِنَّهُمْ لَفِي سَكْرَتِهِمْ يَعْمَهُونَ
(الحجر : 72 )
"Demi umurmu (Muhammad), sesungguhnya mereka terombang-ambing di dalam kemabukan (kesesatan)". ( QS. Al Hijr : 72 )
Dalam ayat tersebut, sebelumnya disebutkan tentang kisah nabi Luth AS
dan perjuangannya, namun kemudian Allah berpindah dengan mengkhitabi
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dengan firmanNya : “ Demi umurmu”, lantas
apakah hubungan antara usia nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam
dengan zaman nabi Luth As?!, dikatakan oleh guru mulia Al Habib Umar bin
Hafizh, dimana ayat ini menunjukkan bahwa seluruh kejadian para nabi
dan rasul terdahulu terikat pada usia nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam. Dimana dalam usia beliau shallallahu ‘alaihi wasallam yang
singkat tersebut terdapat rahasia seluruh tuntunan para nabi-nabi
sebelumnya dan tersimpan rahasia kebahagiaan seluas-luasnya di dunia dan
akhirat.
Selanjutnya hadits yang telah kita baca menunjukkan tuntunan nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam ketika masuk ke dalam toilet,
dimana beliau mengucapkan :
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْخُبُثِ وَالْخَبَائِثِ
“ Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari (gangguan) syaitan laki-laki dan syaitan perempuan”
Al Imam Ibn Hajar menjelaskan di dalam Fathul Bari bisyarah Shahih Al
Bukhari, bahwa makna dari kalimat الخبث والخبائث adalah
syaitan-syaitan jantan dan syaitan-syaitan betina yang mengganggu
manusia di tempat-tempat yang kotor, yang diantaranya adalah toilet.
Namun sebagian manusia tidak menyadari akan hal tersebut, sehingga
banyak manusia dari kalangan ummat Islam yang lebih betah berdiam di
toilet daripada membaca Al qur’an Al Karim, atau berdiam lama di tempat
tersebut sehingga meninggalkan mengikuti shalat jamaah atau terlambat
melakukan shalat atau yang lainnya yang mana hal tersebut terjadi di
luar kesadarannya, yang mana di saat itu pemikirannya berada dalam
cengkeraman syaitan yang sangat kuat. Al Imam Ibn Hajar juga menjelaskan
bahwa makna kalimat الخبث والخبائث dalam ucapan atau perkataan bermakna
cacian, adapun dalam agama maka kalimat tersebut bermakna kekufuran,
adapun dalam perbuatan maka bermakna segala perbuatan buruk. Maka secara
ringkas dalam doa ini nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam
memohon kepada Allah subhanahu wata’ala untuk menjaga kita dari godaan
syaitan dimana pun kita berada, terlebih lagi di tempat-tempat kotor
yang tidak selayaknya berdiam lama di dalamnya. Selanjutnya dalam hal
ini terdapat pertanyaan, yaitu kapankah doa tersebut diucapkan apakah
sebelum masuk ke dalam toilet ataukah setelah masuk ke dalamnya. Maka Al
Imam Ibn Hajar menjelaskan ketika yang akan dimasuki adalah tempat
khusus untuk membuang air kecil atau air besar seperti toilet, maka doa
tersebut dibaca sebelum masuk ke dalamnya. Adapun di tempat-tempat lain
seperti ketika dalam perjalanan di hutan atau yang lainnya, maka doa
tersebut dibaca ketika akan bersiap-siap membuang air kecil atau air
besar agar terhindar dari gangguan syaitan. Jika dipadu makna kalimat
dalam doa tersebut, maka kita telah berlindung kepada Allah dari godaan
syaitan, dari perbuatan maksiat, dari kekufuran dan lainnya dari
perbuatan-perbuatan buruk, sungguh demikian luas makna tuntunan
sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Padahal secara zhahir
masuk ke dalam toilet adalah sesuatu yang remeh, namun bukanlah hal yang
remeh jika mengikuti tuntunan nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam. Setiap memasuki toilet maka dengan doa tersebut berarti kita
telah memohon kepada Allah agar dijauhkan dari ucapan yang buruk,
dijauhkan dari perbuatan dosa, dijauhkan dari kekufuran, dijauhkan dari
godaan syaitan, maka dengan mengikuti tuntunan nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wasallam dalam hal itu seseorang akan mendapatkan keberuntungan
yang sangat besar. Jika hal tersebut akan didapati hanya karena
memasuki toilet, maka terlebih lagi sesuatu yang lebih luhur dari setiap
tuntunan manusia yang paling luhur dari semua makhluk Allah subhanahu
wata’ala, sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam orang yang
paling lembut yang tidak suka mengganggu orang lain atau makhluk yang
lainnya. Diriwayatkan di dalam kitab Adab Al Mufrad oleh Al Imam Al
Bukhari dimana ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam
perjalanan bersama para sahabat, maka di saat itu ada seekor burung
berkicau di atas kepala beliau shallallahu ‘alaihi wasallam tanpa henti,
kemudian salah seorang sahabat menangkap dan menyingkirkan burung itu
karena terus berkicau di atas kepala nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memahami kicauan
burung tersebut, dimana burung itu mengadu kepada Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bahwa telur-telur burung itu telah diambil. Maka
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata : “Siapa yang telah mengagetkan burung itu dengan mengambil telurnya?”, maka salah seorang sahabat berkata : “Aku yang mengambilnya wahai Rasulullah”,
kemudian beliau meminta untuk mengembalikannya. Tentunya diperbolehkan
mengambil telur burung, namun karena burung tersebut mengadu kepada
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, sehingga sekedar mengagetkan
burung pun beliau larang apalagi dengan mengambil telur-telurnya.
Sehingga hewan pun mengetahui kelembutan sayyidina Muhammad shallallahu
‘alaihi wasallam yang memberi kasih sayang dan perhatian kepadanya, maka
terlebih lagi kasih sayang dan perhatian Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam yang diberikan kepada umat beliau shallallahu ‘alaihi
wasallam. Sebagaimana suatu saat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
berdoa untuk sayyidah Aisyah, dengan berkata :
اَلَّلهُمَّ اغْفِرْ لِعَائِشَةَ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهَا وَمَا تَأَخَّرَ وَمَا أَسْرَرْتَ وَمَا أَعْلَنْتَ
“Ya Allah, ampunilah dosa ‘Aisyah, baik dosa yang telah lewat,
dosa belakangan, yang disembunyikan dan yang dilakukan dengan
terang-terangan”.
Mendengar doa tersebut lantas sayyidah Aisyah Ra tertawa sampai
kepalanya jatuh ke dalam pangkuan Nabi. Lantas nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam berkata : “Apakah doaku membuatmu bahagia?”. Kemudian sayyidah Aisyah Ra berkata : “Bagaimana aku tidak merasa bahagia dengan doamu wahai Rasulullah?”. Kemudian rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata : “Doa itu adalah do’aku untuk ummatku yang kupanjatkan setiap sholat”, dan
kita semua termasuk ke dalamnya, ke dalam naungan doa sayyidina
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Semoga Allah subhanahu wata’ala
memuliakan kita dengan mencintai dan mengikuti seorang yang menjadi
pemimpin kedamaian dan ketenangan di dunia dan kahirat, sayyidina
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Semoga Allah subhanahu wata’ala
mengabulkan seluruh hajat kita zhahir dan bathin, di dunia dan akhirat…
فَقُوْلُوْا جَمِيْعًا
Ucapkanlah bersama-sama
يَا الله...يَا الله... ياَ الله.. ياَرَحْمَن يَارَحِيْم ...لاَإلهَ
إلَّاالله...لاَ إلهَ إلاَّ اللهُ اْلعَظِيْمُ الْحَلِيْمُ...لاَ إِلهَ
إِلَّا الله رَبُّ اْلعَرْشِ اْلعَظِيْمِ...لاَ إِلهَ إلَّا اللهُ رَبُّ
السَّموَاتِ وَرَبُّ الْأَرْضِ وَرَبُّ اْلعَرْشِ اْلكَرِيْمِ...مُحَمَّدٌ
رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ،كَلِمَةٌ حَقٌّ عَلَيْهَا
نَحْيَا وَعَلَيْهَا نَمُوتُ وَعَلَيْهَا نُبْعَثُ إِنْ شَاءَ اللهُ
تَعَالَى مِنَ اْلأمِنِيْنَ.
|
0 komentar:
Posting Komentar