skip to main |
skip to sidebar
Al-Habib 'Umar bin Hafiz
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgze_DSZ-dyq2OlrBqA4fJtyOPDsul6S6KS93c9zkJG_XRbiMtPn7qfdKvi8cWYQ_3io7z78QPCkVZZyyGcUV1c2DjIOOlBM0JlEATctaso5r1graDeuGZFmekW14qHwmUlD4bKrpg6Xg4/s400/71655_101427456593456_100190130050522_7563_5372328_n.jpg)
Beliau adalah
al-Habib ‘Umar putera dari Muhammad putera dari Salim putera dari Hafiz
putera dari Abd-Allah putera dari Abi Bakr putera dari‘Aidarous putera
dari al-Hussain putera dari al-Shaikh Abi Bakr putera dari Salim putera
dari ‘Abd-Allah putera dari ‘Abd-al-Rahman putera dari ‘Abd-Allah putera
dari al-Shaikh ‘Abd-al-Rahman al-Saqqaf putera dari Muhammad Maula
al-Daweela putera dari ‘Ali putera dari ‘Alawi putera dari al-Faqih
al-Muqaddam Muhammad putera dari ‘Ali putera dari Muhammad Sahib
al-Mirbat putera dari ‘Ali Khali‘ Qasam putera dari ‘Alawi putera dari
Muhammad putera dari ‘Alawi putera dari ‘Ubaidallah putera dari al-Imam
al-Muhajir to Allah Ahmad putera dari ‘Isa putera dari Muhammad putera
dari ‘Ali al-‘Uraidi putera dari Ja'far al-Sadiq putera dari Muhammad
al-Baqir putera dari ‘Ali Zain al-‘Abidin putera dari Hussain sang cucu
laki-laki, putera dari pasangan ‘Ali putera dari Abu Talib dan Fatimah
al-Zahra puteri dari Rasul Muhammad s.a.w.
Beliau terlahir di Tarim, Hadramaut, salah satu kota tertua di Yaman
yang menjadi sangat terkenal di seluruh dunia dengan berlimpahnya para
ilmuwan dan para alim ulama yang dihasilkan kota ini selama
berabad-abad. Beliau dibesarkan di dalam keluarga yang memiliki tradisi
keilmuan Islam dan kejujuran moral dengan ayahnya yang adalah seorang
pejuang martir yang terkenal, Sang Intelektual, Sang Da’i Besar,
Muhammad bin Salim bin Hafiz bin Shaikh Abu Bakr bin Salim. Ayahnya
adalah salah seorang ulama intelektual Islam yang mengabdikan hidup
mereka demi penyebaran agama Islam dan pengajaran Hukum Suci serta
aturan-aturan mulia dalam Islam. Beliau secara tragis diculik oleh
kelompok komunis dan diperkirakan telah meninggal, semoga Allah
mengampuni dosa-dosanya. Demikian pula kedua kakek beliau, al-Habib
Salim bin Hafiz dan al-Habib Hafiz bin Abd-Allah yang merupakan para
intelektual Islam yang sangat dihormati kaum ulama dan intelektual
Muslim pada masanya. Allah seakan menyiapkan kondisi-kondisi yang sesuai
bagi al-Habib ‘Umar dalam hal hubungannya dengan para intelektual
muslim disekitarnya serta kemuliaan yang muncul dari keluarganya sendiri
dan dari lingkungan serta masyarakat dimana ia dibesarkan.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhPOSipGQ72fqEKiXA6zOrwDk2mrNUvClM6rwjtL34cEJlhPYOhdlYYUdPEF8eHdEcE4E-h7yQhbv8ImOFmPSJhVY1-T0PdxHPn7TEzFO2jNPfwolHyL7ZoxzAomDGwu9L_5D5VvLftiQM/s400/205703_144506715618863_100190130050522_275627_3560254_n.jpg)
Beliau telah mampu menghafal Al Qur’an pada usia yang sangat muda dan ia
juga menghafal berbagai teks inti dalam fiqh, hadith, Bahasa Arab dan
berbagai ilmu-ilmu keagamaan yang membuatnya termasuk dalam lingkaran
keilmuan yang dipegang teguh oleh begitu banyaknya ulama-ulama
tradisional seperti Muhammad bin ‘Alawi bin Shihab dan al-Shaikh Fadl
Baa Fadl serta para ulama lain yang mengajar di Ribat, Tarim yang
terkenal itu. Maka beliau pun mempelajari berbagai ilmu termasuk
ilmu-ilmu spiritual keagamaan dari ayahnya yang meninggal syahid,
al-Habib Muhammad bin Salim, yang darinya didapatkan cinta dan
perhatiannya yang mendalam pada da'wah dan bimbingan atau tuntunan
keagamaan dengan cara Allah s.w.t. Ayahnya begitu memperhatikan sang
‘Umar kecil yang selalu berada di sisi ayahnya di dalam lingkaran ilmu
dan dhikr.
Namun secara tragis, ketika al-Habib ‘Umar sedang menemani ayahnya untuk
sholat Jum‘ah, ayahnya diculik oleh golongan komunis, dan sang ‘Umar
kecil sendirian pulang ke rumahnya dengan masih membawa syal milik
ayahnya, dan sejak saat itu ayahnya tidak pernah terlihat lagi. Ini
menyebabkan ‘Umar muda menganggap bahwa tanggung jawab untuk meneruskan
pekerjaan yang dilakukan ayahnya dalam bidang Da‘wah sama seperti
seakan-akan syal sang ayah menjadi bendera yang diberikan padanya di
masa kecil sebelum beliau mati syahid. Sejak itu, dengan sang bendera
dikibarkannya tinggi-tinggi, ia memulai, secara bersemangat, perjalanan
penuh perjuangan, mengumpulkan orang-orang, membentuk Majelis-majelis
dan da’wah. Perjuangan dan usahanya yang keras demi melanjutkan
pekerjaan ayahnya mulai membuahkan hasil. Kelas-kelas mulai dibuka bagi
anak muda maupun orang tua di mesjid-mesjid setempat dimana ditawarkan
berbagai kesempatan untuk menghafal Al Qur’an dan untuk belajar
ilmu-ilmu tradisional.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhvRaescXjXBeldrcqPuFkxONSr3SjexX5fQZ4h9g_fkj-O7LkkWjz3LWAVpxlIEyRETGcb3mEVCkUYWqsoSVTh0vMOWntR42mlAArJK7C2awSr61QL11dOrT4-aJ_Nu5tWvJnEa44zsTk/s400/175752_177820765620791_100190130050522_416978_6972214_o.jpg) |
Tambah kapsyen |
Ia sesungguhnya telah benar-benar memahami Kitab Suci sehingga ia telah
diberikan sesuatu yang khusus dari Allah meskipun usianya masih muda.
Namun hal ini mulai mengakibatkan kekhawatiran akan keselamatannya dan
akhirnya diputuskan beliau dikirim ke kota al-Bayda’ yang terletak di
tempat yang disebut Yaman Utara yang menjadikannya jauh dari jangkauan
mereka yang ingin mencelakai sang sayyid muda.
Disana dimulai babak penting baru dalam perkembangan beliau. Masuk
sekolah Ribat di al-Bayda’ ia mulai belajar ilmu-ilmu tradisional
dibawah bimbingan ahli dari yang Mulia al-Habib Muhammad bin ‘Abd-Allah
al-Haddar, semoga Allah mengampuninya, dan juga dibawah bimbingan ulama
mazhab Shafi‘i al-Habib Zain bin Sumait, semoga Allah melindunginya.
Janji beliau terpenuhi ketika akhirnya ia ditunjuk sebagai seorang guru
tak lama sesudahnya. Ia juga terus melanjutkan perjuangannya yang
melelahkan dalam bidang Da‘wah.
Kali ini tempatnya adalah al-Bayda’ dan kota-kota serta desa-desa
disekitarnya. Tiada satu pun yang terlewat dalam usahanya untuk
mengenalkan kembali cinta kasih Allah dan Rasul-Nya s.a.w pada hati
mereka seluruhnya. Kelas-kelas dan majelis didirikan, pengajaran dimulai
dan orang-orang dibimbing. Usaha beliau yang demikian gigih
menyebabkannya kekurangan tidur dan istirahat mulai menunjukkan hasil
yang besar bagi mereka tersentuh dengan ajarannya, terutama para pemuda
yang sebelumnya telah terjerumus dalam kehidupan yang kosong dan
dangkal, namun kini telah mengalami perubahan mendalam hingga mereka
sadar bahwa hidup memiliki tujuan, mereka bangga dengan indentitas baru
mereka sebagai orang Islam, mengenakan sorban/selendang Islam dan mulai
memusatkan perhatian mereka untuk meraih sifat-sifat luhur dan mulia
dari Sang Rasul Pesuruh Allah s.a.w.
Sejak saat itu, sekelompok besar orang-orang yang telah dipengaruhi
beliau mulai berkumpul mengelilingi beliau dan membantunya dalam
perjuangan da‘wah maupun keteguhan beliau dalam mengajar di berbagai
kota besar maupun kecil di Yaman Utara. Pada masa ini, beliau mulai
mengunjungi banyak kota-kota maupun masyarakat diseluruh Yaman, mulai
dari kota Ta'iz di utara, untuk belajar ilmu dari mufti Ta‘iz al-Habib
Ibrahim bin Aqil bin Yahya yang mulai menunjukkan pada beliau perhatian
dan cinta yang besar sebagaimana ia mendapatkan perlakuan yang sama dari
Shaikh al-Habib Muhammad al-Haddar sehingga ia memberikan puterinya
untuk dinikahi setelah menyaksikan bahwa dalam diri beliau terdapat
sifat-sifat kejujuran dan kepintaran yang agung.
Tak lama setelah itu, beliau melakukan perjalanan melelahkan demi
melakukan ibadah Haji di Mekkah dan untuk mengunjungi makam Rasul s.a.w
di Madinah. Dalam perjalanannya ke Hijaz, beliau diberkahi kesempatan
untuk mempelajari beberapa kitab dari para ulama terkenal disana,
terutama dari al-Habib 'Abdul Qadir bin Ahmad al-Saqqaf yang menyaksikan
bahwa di dalam diri ‘Umar muda, terdapat semangat pemuda yang penuh
cinta kepada Allah dan Rasul-Nya s.a.w dan sungguh-sungguh tenggelam
dalam penyebaran ilmu dan keadilan terhadap sesama umat manusia sehingga
beliau dicintai al-Habib Abdul Qadir salah seorang guru besarnya.
Begitu pula beliau diberkahi untuk menerima ilmu dan bimbingan dari
kedua pilar keadilan di Hijaz, yakni al-Habib Ahmed Mashur al-Haddad dan
al-Habib 'Attas al-Habashi.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhmuG1uD1D1Bew3BJVgeADxDkzr4ittKhwiNSLh9dGDeaph5MIpkqsPuMPiIn4znbikAMjL1GAJ0GDrXqeEVOLdHHrPrg6uc5jQl4vLNzsw2RMkGlg9HsfkIgZVN1d1Qz2OyRd-MWK_QLk/s400/151000_114894531913415_100190130050522_110128_185024_n.jpg)
Sejak itulah nama al-Habib Umar bin Hafiz mulai tersebar luas terutama
dikarenakan kegigihan usaha beliau dalam menyerukan agama Islam dan
memperbaharui ajaran-ajaran awal yang tradisional. Namun kepopuleran dan
ketenaran yang besar ini tidak sedikitpun mengurangi usaha pengajaran
beliau, bahkan sebaliknya, ini menjadikannya mendapatkan sumber tambahan
dimana tujuan-tujuan mulia lainnya dapat dipertahankan. Tiada waktu
yang terbuang sia-sia, setiap saat dipenuhi dengan mengingat Allah dalam
berbagai manifestasinya, dan dalam berbagai situasi dan lokasi yang
berbeda. Perhatiannya yang mendalam terhadap membangun keimanan terutama
pada mereka yang berada didekatnya, telah menjadi salah satu dari
perilaku beliau yang paling terlihat jelas sehingga membuat nama beliau
tersebar luas bahkan hingga sampai ke Dunia Baru.
Negara Oman akan menjadi fase berikutnya dalam pergerakan menuju
pembaharuan abad ke-15. Setelah menyambut baik undangan dari sekelompok
Muslim yang memiliki hasrat dan keinginan menggebu untuk menerima
manfaat dari ajarannya, beliau meninggalkan tanah kelahirannya dan tidak
kembali hingga beberapa tahun kemudian. Bibit-bibit pengajaran dan
kemuliaan juga ditanamkan di kota Shihr di Yaman timur, kota pertama
yang disinggahinya ketika kembali ke Hadramaut, Yaman. Disana
ajaran-ajaran beliau mulai tertanam dan diabadikan dengan pembangunan
Ribat al-Mustafa. Ini merupakan titik balik utama dan dapat memberi
tanda lebih dari satu jalan, dalam hal melengkapi aspek teoritis dari
usaha ini dan menciptakan bukti-bukti kongkrit yang dapat mewakili
pengajaran-pengajaran di masa depan.
Kepulangannya ke Tarim menjadi tanda sebuah perubahan mendasar dari
tahun-tahun yang ia habiskan untuk belajar, mengajar, membangun mental
agamis orang-orang disekelilingnya, menyebarkan seruan dan menyerukan
yang benar serta melarang yang salah. Dar-al-Mustafa menjadi hadiah
beliau bagi dunia, dan di pesantren itu pulalah dunia diserukan. Dalam
waktu yang dapat dikatakan demikian singkat, penduduk Tarim akan
menyaksikan berkumpulnya pada murid dari berbagai daerah yang jauh
bersatu di satu kota yang hampir terlupakan ketika masih dikuasai para
pembangkang komunis. Murid-murid dari Indonesia, Malaysia, Singapura,
Kepulauan Comoro, Tanzania, Kenya, Mesir, Inggris, Pakistan, Amerika
Serikat dan Kanada, juga negara-negara Arab lain dan negara bagian di
Arab akan diawasi secara langsung oleh Habib Umar. Mereka ini akan
menjadi perwakilan dan penerus dari apa yang kini telah menjadi
perjuangan asli demi memperbaharui ajaran Islam tradisional di abad
ke-15 setelah hari kebangkitan. Berdirinya berbagai institusi Islami
serupa di Yaman dan di negara-negara lain dibawah manajemen al-Habib
Umar akan menjadi sebuah tonggak utama dalam penyebaran Ilmu dan
perilaku mulia serta menyediakan kesempatan bagi orang-orang awam yang
kesempatan tersebut dahulunya telah dirampas dari mereka.
Habib ‘Umar kini tinggal di Tarim, Yaman dimana beliau mengawasi
perkembangan di Dar al-Mustafa dan berbagai sekolah lain yang telah
dibangun dibawah manajemen beliau. Beliau masih memegang peran aktif
dalam penyebaran agama Islam, sedemikian aktifnya sehingga beliau
meluangkan hampir sepanjang tahunnya mengunjungi berbagai negara di
seluruh dunia demi melakukan kegiatan-kegiatan mulianya.
Template by:
0 komentar:
Posting Komentar