Saat Rasulullah SAW Mencukur Rambutnya
Senin, 01 Oktober 2012
عَنْ أَنَسٍ : أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ،
لَمَّا حَلَقَ رَأْسَهُ، كَانَ أَبُو طَلْحَةَ، أَوَّلَ، مَنْ أَخَذَ مِنْ
شَعَرِهِ
(صحيح البخاري)
Dari Anas bin Malik Ra: Sungguh ketika Rasulullah SAW mencukur
rambutnya (di perjanjian Hudaibiyah) bahwa Abu Thalhah (Ra) yang pertama
kali mengambil rambut beliau SAW” (Shahih Bukhari)
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ
اْلجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ
اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا
لَبَّيْكَ يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبـَارَكَ
عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِي جَمَعَنَا فِي هَذَا
الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَفِي هَذَا الشَّهْرِ اْلعَظِيْمِ وَفِي
الْجَلْسَةِ الْعَظِيْمَةِ نَوَّرَ اللهُ قُلُوْبَنَا وَإِيَّاكُمْ
بِنُوْرِ مَحَبَّةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَخِدْمَةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ
وَاْلعَمَلِ بِشَرِيْعَةِ وَسُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
Limpahan puji kehadirat Allah Yang Maha Luhur, Yang Maha Berhak atas
segala pujian antara satu makhluk dan yang lainnya, Dialah Allah
subhanahu wata’ala Sang Pencipta Yang paling berhak untuk dipuji. Dimana
dengan memujiNya akan terangkatlah iman seseorang setinggi-tinggi
derajat, karena Allah subhanahu wata’ala mengetahui bahwa pujian yang
timbul dari manusia menunjukkan kecintaan kepada yang dipuji. Maka
ketika seseorang memuji Allah subhanahu wata’ala, hal tersebut
menunjukkan bahwa ia mencinta Allah, meskipun kadar kecintaannya kepada
Allah sebutir debu kecil di dalam hatinya, namun ketahuilah bahwa cinta
tersebut tidak akan ada di dalam sanubari seseorang kecuali dari
keinginan dan kehendak Allah subhanahu wata’ala. Dialah Yang telah
meletakkan di dalam sanubari kita agar kita kembangkan dan tumbuhkan
hingga cahaya cinta kepada Allah semakin berpijar dan terang benderang
di dalam setiap sanubari kita, yang dapat menjadikan semua anggota tubuh
kita jauh dari perbuatan dosa dan mendekat kepada hal-hal yang dicintai
Allah subhanahu wata’ala. Dan kita semua yang hadir di majelis ini
telah mempunyai butiran-butiran cinta dari tetesan rahmat Ilahi yang
diturunkan di majelis-majelis ta’lim, karena Allah subhanahu wata’ala
mencintai orang-orang yang hadir pada majelis-majelis dzikir seperti
malam ini, dan sungguh Allah subhanahu wata’ala tiada akan menolak cinta
hamba-hambaNya . Dialah Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Dekat, Maha
Lembut dan berkasih sayang, Yang menyambut dan menerima hamba-hambaNya
serta tidak mengecewakan mereka, sehingga di malam ini Allah telah
mengumpulkan kita sebagai tamu-tamuNya dalam istana keridhaanNya untuk
dilimpahi rahmat dan kelembutanNya. Maka janganlah seorang hamba
bersangka dengan buruk kepada Allah subhanahu wata’ala, sebagaimana
berprasangka buruk terhadap manusia merupakan hal yang sangat hina dan
tercela, maka terlebih lagi berprasangka buruk terhadap Allah subhanahu
wata’ala. Sebagaimana kita ketahui bahwa prasangka baik terhadap manusia
merupakan hal yang luhur, maka terlebih lagi jika prasangka baik kepada
Allah subhanahu wata’ala. Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Tunggal
mencipta seluruh makhluk, Maha Sempurna dan Abadi dalam cahaya
keluhuran, Yang Maha Mampu mencurahkan cahaya kebahagiaan dalam sanubari
sehingga menjadi tenang, Yang senantiasa menerima dan member seluruh
hajat hamba-hambaNya , dan betapa banyak hajat yang Allah berikan kepada
hamba-hambaNya dan belum mereka minta kepadaNya.
Allah subhanahu wata’ala menciptakan alam semesta dengan sempurna. Di
zaman ini para Ilmuwan menemukan dalam penelitian mereka, sehingga
menyingkap kebenaran dan keluhuran sebuah ayat dalam Al qur’an Al Karim.
Para Ilmuwan berkata bahwa lempengan atau lapisan-lapisan bumi yang
berada di atas bumi bergerak seperti gelombang-gelombang di lautan,
namun kita semua mengetahui bahwa manusia dan makhluk hidup yang lainnya
menempati permukaan bumi dan tidak merasakan guncangan dari gerakan
lempengan-lempengan tersebut, karena ada gunung-gunung sebagaimana para
Ilmuwan mengatkan bahwa kedalaman sebuah gunung sama dengan ketinggian
gunung tersebut, yang mana gunung-gunung tersebut bagaikan paku atau
pasak yang tertancap kuat dan kokoh yang berfungsi untuk menjaga bumi
dari goncangan dan getaran, meskipun terkadang bumi berguncang, namun
hal tersebut sangat kecil dibandingkan getaran gelombang-gelombang di
lautan. Dan hal tersebut telah Allah kabarkan pada 14 abad yang silam,
dengan firmanNya :
وَالْجِبَالَ أَوْتَادًا
( النبأ : 7 )
“Dan gunung-gunung sebagai pasak”. (QS. An Naba’ : 7)
Sunggguh semakin seseorang belajar dan bertafakkur akan alam semesta
maka akan semakin berpijar cahaya iman di dalam jiwanya, semakin ia
menemukan dan memahami lebih dalam akan keagungan Allah subhanahu
wata’ala. Semoga Allah subhanahu wata’ala menjadikan kita untuk semakin
memahami keagungan-keagunganNya.
Hadirin yang dimuliakan Allah
Sebuah riwayat dari sayyidina Anas bin Malik yang telah kita baca,
dimana beliau mengatakan bahwa sayyidina Abu Thalhah Al Anshari adalah
orang yang pertama kali mengambil helaian rambut Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam ketika beliau shallallahu ‘alaihi wasallam mencukur
rambut. Hal ini menunjukkan besarnya kecintaan para sahabat kepada
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sehingga rambut beliau
shallallahu ‘alaihi wasallam diperebutkan oleh mereka. Al Imam Ibn Hajar
Al Asqalani di dalam Fath Al Bari syarh Shahih Al Bukhari mengatakan
bahwa sayyidina Abu Thalhah Al Anshari telah menunggu Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam menggunting rambut beliau dalam Haji Wada’
dan kemudian mengambil rambut beliau shallallahu ‘alaihi wasallam. Akan
tetapi pada peristiwa yang terjadi 4 tahun sebelumnya yaitu Perjanjian
Hudaibiyyah, yang terjadi pada bulan Dzulqa’dah tahun 6 H, dan di saat
itu para sahabat dalam suasana kebingungan karena Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam menyetujui perjanjian terhadap kuffar quraisy, yang
mana perjanjian tersebut bagi mereka sangat merugikan kaum muslimin,
sehingga di saat itu ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
memerintah para sahabat untuk mencukur rambut (Tahallul), mereka semua
hanya diam dan tidak melaksanakan perintah Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam karena dalam suasana kebingungan. Kemudian Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam kembali ke kemah dan berkata kepada istri
beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa para sahabat tidak mentaati
perintah beliau untuk mencukur rambut, lalu istri beliau shallallahu
‘alaihi wasallam berkata : “Wahai Rasulullah, engkau lakukanlah hal itu maka pastilah mereka akan mengikutimu”,
sehingga ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mencukur
rambut maka Abu Thalhah segera mengambil helaian rambut dari tangan
beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, kemudian para sahabat pun juga
mencukur rambut mereka. Sayyidina Abu Talhah Al Anshari yang mengambil
rambut Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah salah seorang yang
sangat mencintai sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan
beliau adalah orang yang memiliki harta yang sangat berharga di Madinah
Al Munawwarah, yaitu sebuah kebun yang sangat luas dan mewah yang
disebut dengan Bairuha. Kemudian ia memberikan kebun tersebut kepada
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam menerimanya dengan gembira, namun demikian beliau
shallallahu ‘alaihi wasallam ingin memberi teguran kepada Abu Thalhah
karena ia kurang memperhatikan keluarga dan kerabatnya yang miskin,
lantas Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata : “Wahai Abu Thalhah, betulkah dengan rela dan ikhlas engkau akan menghadiahkan kebun Bairuha ini kepadaku ?”, Abu Thalhah menjawab : “Iya betul wahai Rasulullah”, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalllam berkata : “Maukah engkau membantuku untuk membagikan tanah tersebut kepada yang berhak?” ,
kemudian Abu Thalhah menyanggupi hal tersebut, sehingga Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam menjual kebun tersebut. Lalu uang tersebut
diserahkan kepada Abu Thalhah untuk diberikan kepada saudara dan
kerabatnya yang miskin, mendenagar hal tersebut Abu Thalhah menangis dan
berkata : “Wahai Rasulullah, engkau lebih memperhatikan kerabat dan saudara-saudaraku daripada aku yang kerabat mereka”,
demikianlah budi pekerti sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam yang merupakan lambang kelembutan dan kasih sayang Allah
subhanahu wata’ala. Disebutkan bahwa dalam salah satu peperangan Abu
Thalhah menjatuhkan lututnya dan berkata :
وَجْهِي لِوَجْهِكَ الْوِقَاءُ ، وَنَفْسِي لِنَفْسِكَ الْفِدَاءُ
“Wajahku adalah benteng bagi wajahmu, dan jiwaku adalah penebus untuk jiwamu (dari segala serangan musuh)”
Sehingga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata bahwa Abu
Thalhah memiliki kekuatan dari Allah subhanahu wata’ala bagaikan
kekuatan 1000 orang, karena besarnya kecintaannya kepada Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam. Demikian kecintaan para sahabat kepada
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang sepatutnya kita teladani.
Kita memohon dan berdoa kepada Allah subhanahu wata’ala, dan
memanggil namaNya, semoga Allah subhanahu wata’ala mengangkat derajat
kita kepada keluhuran. Diriwayatkan bahwa seorang wanita tua memasak
dengan menggunakan kayu bakar, dan ketika itu Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam melewati wanita tersebut, lantas wanita itu memanggil
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam : “ Wahai Rasulullah !”, kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab : “Labbaik wasa’daik (Aku datang)”, lalu wanita tersebut berkata : “Wahai
Rasulullah, apakah Allah subhanahu wata’ala akan melemparkan seseorang
yang mengucapkan “Laa ilaaha Illallah” ke dalam api neraka, seperti kayu
yang dilemparkan ke tempat pembakaran ini?”, mendengar hal tersebut Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengalirkan air mata dan berkata :
إِنََّ اللَّهَ حَرَّمَ عَلَى النَّارِ مَنْ قَالَ: لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ يَبْتَغِي بِذَلِكَ وَجْهَ اللَّهِ
“Sesungguhnya Allah mengharamkan apin neraka terhadap orang
yang mengucapkan Laa Ilaaha Illallaah karena mengharapkan ridha Allah.”
Demikian rahasia kelembutan dan kasih sayang Allah subhanahu
wata’ala. Dan Allah tidak akan menolak cinta siapapun dari
hamba-hambaNya, maka limpahkanlah cinta kita kepada Yang paling berhak
untuk dicintai dan tidak akan pernah berkhianat seperti makhluk, yang
mana segala kejadian berada dalam kehendakNya, maka panggil dan ingatlah
selalu nama Yang Maha Luhur, dimana satu kali menyebut namaNya maka hal
itu lebih mulia dari alam semesta, dan telah berfirman di dalam hadits
qudsi :
أَنَا مَعَ عَبْدِى حَيْثُمَا ذَكَرَنِى، وَتَحَرَّكَتْ بِى شَفَتَاه
“ Aku bersama hamba-Ku ketika ia mengingat-Ku dan bergetar bibirnya (menyebut nama-Ku)”
Ketika seseorang meningat dan menyebut nama Allah, maka kebersamaan
rahmat Allah subhanahu wata’ala yang menyertainya akan mencabut
kesulitan-kesulitan di masa mendatang dalam kehidupannya di dunia dan
akhirat, dan membukakan untuknya segala pintu kemudahan dalam kehidupan
di dunia dan akhirat dan menjadikannya senantiasa semakin mendekat
kepada Allah subhanahu wata’ala, menjadikannya semakin cinta dan senang
untuk menyebut namaNya dan mengingatNya, dan menjadikannya tenang dalam
beribadah kepadaNya tanpa terganggu oleh kebutuhan dan permasalahan
dunia. Maka bukalah segala pintu-pintu kedermawananMu untuk kami Ya
Allah…
فَقُوْلُوْا جَمِيْعًا
Ucapkanlah bersama-sama
يَا الله...يَا الله... ياَ الله.. ياَرَحْمَن يَارَحِيْم ...لاَإلهَ
إلَّاالله...لاَ إلهَ إلاَّ اللهُ اْلعَظِيْمُ الْحَلِيْمُ...لاَ إِلهَ
إِلَّا الله رَبُّ اْلعَرْشِ اْلعَظِيْمِ...لاَ إِلهَ إلَّا اللهُ رَبُّ
السَّموَاتِ وَرَبُّ الْأَرْضِ وَرَبُّ اْلعَرْشِ اْلكَرِيْمِ...مُحَمَّدٌ
رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ،كَلِمَةٌ حَقٌّ عَلَيْهَا
نَحْيَا وَعَلَيْهَا نَمُوتُ وَعَلَيْهَا نُبْعَثُ إِنْ شَاءَ اللهُ
تَعَالَى مِنَ اْلأمِنِيْنَ.
|
0 komentar:
Posting Komentar