Penjelasan Kitab Arrisalatul Jami'ah Bagian 5
Makna Kalimat بسم الله
Senin, 14 Januari 2013
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ : كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ، يُعْجِبُهُ التَّيَمُّنُ، فِي تَنَعُّلِهِ، وَتَرَجُّلِهِ،
وَطُهُورِهِ، وَفِي شَأْنِهِ كُلِّهِ. (صحييح البخاري)
Dari aisyah ra berkata : “Bahwa Nabi SAW menyukai mendahulukan yang
kanan dari kiri, saat beliau memakai sandal, saat beliau menyisir, saat
beliau bersuci, dan dari segala perbuatannya” (Shahih Bukhari)
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ
اْلجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ
اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا
لَبَّيْكَ يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبـَارَكَ
عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِي جَمَعَنَا فِي هَذَا
الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَفِي هَذَا الشَّهْرِ اْلعَظِيْمِ وَفِي
الْجَلْسَةِ الْعَظِيْمَةِ نَوَّرَ اللهُ قُلُوْبَنَا وَإِيَّاكُمْ
بِنُوْرِ مَحَبَّةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَخِدْمَةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ
وَاْلعَمَلِ بِشَرِيْعَةِ وَسُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Luhur,
Yang Maha melimpahkan cahaya kepada alam semesta hingga berpijar dan
terang benderang, alam semesta ini akan gelap gulita jika tidak Allah
limpahkan cahaya kepadanya, dari cahaya keindahan Allah subhanahu
wata’ala, dari cahaya kewibawaan Allah, yang mana telah membuat lebur
gunung disaat satu tabir dari 70 ribu tabir yang menutupi antara Sang
Pencipta dengan seluruh makhluk itu disingkap, sebagaimana yang
disebutkan dalam Alqur’an, firman Allah subhanahu wata’ala ketika nabi
Musa meminta untuk melihat Allah subhanahu wata’ala:
وَلَمَّا جَاءَ مُوسَى لِمِيقَاتِنَا وَكَلَّمَهُ رَبُّهُ قَالَ رَبِّ
أَرِنِي أَنْظُرْ إِلَيْكَ قَالَ لَنْ تَرَانِي وَلَكِنِ انْظُرْ إِلَى
الْجَبَلِ فَإِنِ اسْتَقَرَّ مَكَانَهُ فَسَوْفَ تَرَانِي فَلَمَّا
تَجَلَّى رَبُّهُ لِلْجَبَلِ جَعَلَهُ دَكًّا وَخَرَّ مُوسَى صَعِقًا
فَلَمَّا أَفَاقَ قَالَ سُبْحَانَكَ تُبْتُ إِلَيْكَ وَأَنَا أَوَّلُ
الْمُؤْمِنِينَ (الأعراف : 143 )
“Dan ketika Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu
yang telah Kami tentukan dan Tuhannya telah berfirman (langsung)
kepadanya, berkatalah Musa: "Ya Tuhanku, tampakkanlah (diri Engkau)
kepadaku agar aku dapat melihatMu". Tuhan berfirman: "Kamu sekali-kali
tidak akan sanggup melihat-Ku, tetapi lihatlah ke gunung itu, jika ia
tetap pada tempatnya, niscaya kamu dapat melihat-Ku". Tatkala Tuhannya
menampakkan (keindahanNya) kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu
hancur lebur dan Musa pun terjatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar
kembali, dia berkata: "Maha Suci Engkau, aku bertobat kepadaMu dan aku
adalah orang yang pertama-tama beriman".( Al A’raf : 143 )
Dalam tafsir Ibn Katsir disebutkan bahwa gunung itu hancur lebur dan
terpendam ke dalam bumi dan tidak akan muncul selama-lamanya hingga
akhir zaman. Diriwayatkan dalam tafsir Al Imam At Thabari, ketika
malaikat Jibril bertanya kepada nabi Musa apakah ia ingin melihat Allah
subhanahu wata’ala, maka nabi Musa As pun mengiyakannya. Maka sebelum
Allah subhanahu wata’ala menyingkap satu tabir dari 70 ribu tabir ,
Allah subhanahu wata’ala memanggil seluruh malaikat yang ada, malaikat
penjaga gunung, malaikat penjaga lautan, dan lainnya serta seluruh
kekuatan yang ada dan segala-galanya didatangkan, maka sayyidina Musa As
bergetar melihat hal itu dan berkata : “Cukup wahai Jibril, cukup jangan dilanjutkan”, maka malaikat Jibril berkata : “Tenanglah wahai Musa dan bertahanlah, sungguh engkau akan menyaksikan hal yang lebih dahsyat daripada itu”.
Lalu ketika itu Allah subhanahu wata’ala membuka langit yang kedua,
sehingga terlihatlah gemuruh malaikat yang bertasbih dan berdzikir
dimana mereka mengelilingi nabi Musa As sehingga membuat nabi Musa
kebingungan dan ketakutan menyaksikan banyaknya malaikat-malaikat dan
pijaran-pijaran cahaya yang muncul dari gemuruh dzikir-dzikir mereka,
maka nabi Musa As berkata : “Tenanglah wahai Musa dan bertahanlah, engkau akan menyaksikan sesuatu yang lebih dahsyat dari hal ini”,
lalu dibukalah langit yang ketiga, dimana sesuatu yang terlihat di
langit ketiga jauh lebih dahsyat dari hal-hal yang dilihatnya di langit
yang pertama dan langit yang kedua, dimana gemuruh dzikir
malaikat-malaikat itu mengalahkan gemuruh ombak dan gelombang di lautan,
maka malaikat Jibril kembali berkata : “Tenanglah dan bertahanlah wahai Musa, engkau akan menyaksikan hal yang lebih dahsyat dari hal ini”,
kemudian Allah subhanahu wata’ala membuka langit yang keempat maka nabi
Musa pun hampir terjatuh roboh dari dahsyatnya sesuatu yang ia lihat di
langit yang keempat dari dahsyatnya gemuruh tasbih dan dzikir para
malaikat, nabi Musa As pun gemetar menyaksikan hal tersebut, lantas
malaikat Jibril kembali menenangkannya dan berkata bahwa ia kan
menyaksikan hal yang lebih dahsyat lagi, Allah subhanahu wata’ala masih
akan membukakan langit yang kelima, keenam, dan ketujuh, maka nabi Musa
pun roboh lantas diberdirikan oleh malaikat Jibril dan kembali
menenangkannya, maka nabi Musa pun melihat keajaiban-keajaiban di langit
kelima, keenam dan ketujuh, kemudian nabi Musa pun roboh tidak mampu
lagi bertahan.
Tujuh puluh ribu ribu tabir yang menutupi rahasia cahaya Allah
subhanahu wata’ala, yang dijadikannya seluruh alam semesta ini
bercahaya, yang menjadikan jiwa hamba-hambaNya bercahaya, hingga jiwa
hamba-hambaNya ingin bersujud dan memohon pengampunan atas dosa-dosa
yang telah terjadi di masa lalu dan dosa-dosa yang akan datang.
Sebagaimana kita terus terperangkap di dalam kegelapan dosa, dosa adalah
kegelapan sedangkan perbuatan baik dan pahala adalah cahaya keridhaan
Allah subhanahu wata’ala, sedangkan dosa adalah kegelapan yaitu
kemurkaan Allah subhanahu wata’ala. Maka ketika Allah subhanahu wata’ala
melimpahkan cahaya untuk menerangi hati manusia sehingga mereka ingin
bertobat dan menyesal dari segala dosa yang telah mereka perbuat, namun
diantara mereka malu dan berputus asa serta merasa bahwa Allah subhanahu
wata’ala tidak akan mungkin mengampuni dosa-dosanya, maka orang yang
demikian ingatlah firman Allah subhanahu wata’ala :
قُلْ يَاعِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لا تَقْنَطُوا
مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ
هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ (الزمر : 53 )
“Katakanlah: "Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri
mereka sendiri, janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah.
Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah
Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. ( QS. Az Zumar : 53 )
Demikianlah Yang Maha lembut dan berkasih sayang, sungguh besar kasih
sayang Allah kepada hamba-hambaNya dan kasih sayangNya yang paling besar
adalah sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, rahmatan
lil’aalamin. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah pemimpin
seluruh pembawa cahaya di dunia dan akhirat, dan beliau shallallahu
‘alaihi wasallam adalah yang paling bercahaya di dunia dan di akhirat,
akan tetapi Allah subhanahu wata’ala tidak memperlihatkan cahaya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di dunia, namun akan
diperlihatkan kelak di akhirat. Sehingga kelak di hari kiamat, jangankan
nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, para pengikut beliau
shallallahu ‘alaihi wasallam dari para shalihin, para wali Allah dan
para muqarrabin ketika mereka melintasi shiraat (jembatan), maka neraka
jahannam menjerit dan berkata : “segeralah melintas wahai hamba-hamba Allah, cahaya kalian membakarku”,
cahaya itu adalah cahaya tuntunan sayyidina Muhammad shallallahu
‘alaihi wasallam, cahaya sujud kepada Allah subhanahu wata’ala, cahaya
air mata doa, cahaya penyesalan atas segala perbuatan dosa yang telah
lalu. Ingatlah bahwa malaikat di kiri kanan seorang hamba senantiasa
mencatat perbuatannya dalam setiap detiknya, detik-detik yang terlewati
tidak akan pernah kembali selama-lamanya, maka sebelum terlambat dan
sebelum sakaratul maut menjelang, kembalilah kepada Allah dan ikutilah
tuntunan, pedoman dan budi pekerti sayyidina Muhammad shallallahu
‘alaihi wasallam yang mana akan menjadi lentera dalam kehidupan di dunia
dan di akhirat.
Hadirin yang dimuliakan Allah
Hadits agung yang kita baca menjelaskan bahwa diantara tuntunan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah menyukai “Tayamun” yaitu
mengawali sesuatu dengan bagian kanan, seperti disaat memakai sandal,
menyisir rambut, dan dalam bersuci serta dalam segala perbuatan beliau
shallallahu ‘alaihi wasallam. Namun dalam hal ini ada pengecualian,
sebagaimana Al Imam Ibn Hajar Al Asqalani berkata di dalam Fath Al Bari
bisyarh Shahih Al Bukhari bahwa yang dimaksud dalam hadits tersebut
bukanlah segala hal yang diperbuat oleh nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wasallam diawali dari bagian kanan, akan tetapi terdapat hal
yang diperbuat oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang diawali
dari bagian sebelah kiri seperti keluar dari masjid, atau keluar dari
kamar mandi maka mendahulukan kaki yang kiri.
Hal ini merupakan tuntunan yang sempurna, sebagaimana dalam ilmu
kedokteran membuktikan bahwa darah terlebih dahulu mengalir dari jantung
ke bagian kanan, meskipun jantung berada disebelah kiri, sehingga
aliran darah mengalir lancar di bagian kanan, sedangkan di bagian kiri
aliran darah melemah disebabkan darah telah membawa sel-sel dan bakteri
dari bagian kanan. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam
banyak hal selalu memulainya dengan bagian kanan, karena bagian kanan
lebih kuat daripada bagian kiri, sebab darah terlebih dahulu mengalir ke
bagian kanan, hal ini menunjukkan kesempurnaan tuntunan nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam, meskipun hadits tersebut tampaknya sangat
ringkas dan sederahana, yaitu memulai setiap perbuatan dengan bagian
kanan, seperti ketika memakai sandal maka dimulai dari bagian yang
kanan, ketika menyisir rmabut maka dimulai dari bagian yang kanan.
Jika ada yang mengatakan zaman sekarang kok hal-hal yang seperti ini
yang dipelajari, orang-orang udah pada sampai ke bulan kok ini masih
kitab aja yang diotak-atik”, namun saat ini telah terbukti bahwa orang
yang mengatakan pernah sampai ke bulan itu adalah sebuah kedustaan
sebagaimana yang dikatakan oleh para Ilmuwan, dimana jika dilihat dari
gambar tersebut akan tampak dari dua arah, yang berarti dari cahaya dua
lampu dari sudut yang berbeda, maka hal itu adalah kebohongan yang
direkayasa. Justru tuntunan sang nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam inilah yang merupakan kemodernan, maka hal-hal seperti inilah
yang seharusnya untuk kita perhatikan dan kita ikuti tuntunannya.
Syarah Kitab Ar Risaalah Al Jaami’ah Karangan Al Imam Ahmad Bin Zain Al Habsyi
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
كُلُّ أَمْرٍ ذِيْ بَالٍ لَا يُبْدَأُ فِيْهِ بِاسْمِ اللهِ فَهُوَ أَبْتَر
“ Segala sesuatu (perbuatan) baik yang tidak diawali dengan “
Basamalah”, maka (amal itu) terputus (tidak bernilai di sisi Allah)”
Dan dalam riwayat lain فَهُوَ أَقطع (terpotong dari keberkahan) , dan dalam riwayat yang lainnya فَهُوَ أجذم
(terpotong tangannya ). Di zaman sekarang jika bukan karena kasih
sayang dan kelembutan Allah subhanahu wata’ala sungguh berapa banyak
orang-orang yang akan terpotong karena terkena penyakit kusta,
sebagaimana memulai banyak pekerjaan tanpa diawali dengan “Basmalah”,
seperti ketika masuk rumah, keluar rumah, ketika akan tidur, bangun
tidur, makan, minum dan lainnya. Lalu seseorang akan berkata, rumahku
kemasukan syaitan, maka hal ini adalah hal yang biasa karena ketika akan
masuk ke dalam rumah ia tidak mengucapkan “Basmalah”, dimana ketika seseorang masuk rumah tidak membaca “Basmalah” maka syaitan pun akan masuk bersamanya,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Ketika kalian
akan tidur, maka tutuplah pintu dan ucapkan Basmalah, sesungguhnya
syaitan tidak dapat memasuki pintu yang terkunci”, karena pintu itu terkunci dengan “Bismillahirrahmanirrahim”, sehingga syaitan tidak bisa masuk meskipun dengan cara menembus pintu yang terkunci itu.
Oleh karena itu perbanyaklah mengucapkan Basmalah dalam setiap perbuatan, sungguh “Basmalah”
adalah kalimat yang agung dan luhur. Lafazh بِسْمِ telah kita bahas
dalam mejelis-majelis yang lalu. Adapun lafazh الله , yang terdiri dari
huruf alif ( ا ) yang bermakna tunggal , lam ( ل ) yang berarti “Lillah” ( لِله ) yaitu milik Allah, kemudian tersisa huruf “lam dan ha’ ( ل، هـ ) yaitu ( لَهُ ) yang bermakna “milikNya, milik Allah, atau untuk Allah”, dan huruf yang terakhir adalah huruf ha’ ( ــهُ ) sebagaimana yang banyak diajarkan oleh para ulama’ kepada murid-muridnya dzikir dengan lafazh ( ـهُ ) atau يا هو .
Demikianlah keagungan lafazh ( الله) , dimana kita semua tidak pantas untuk menterjemahkannya. Kemudian penjelasan lafazh ( الرحمن) insyallah kita lanjutkan di majelis yang akan datang.
فَقُوْلُوْا جَمِيْعًا
....
Ucapkanlah bersama-sama
يَا الله...يَا الله... ياَ الله.. ياَرَحْمَن يَارَحِيْم ...لاَإلهَ
إلَّاالله...لاَ إلهَ إلاَّ اللهُ اْلعَظِيْمُ الْحَلِيْمُ...لاَ إِلهَ
إِلَّا الله رَبُّ اْلعَرْشِ اْلعَظِيْمِ...لاَ إِلهَ إلَّا اللهُ رَبُّ
السَّموَاتِ وَرَبُّ الْأَرْضِ وَرَبُّ اْلعَرْشِ اْلكَرِيْمِ...مُحَمَّدٌ
رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ،كَلِمَةٌ حَقٌّ عَلَيْهَا
نَحْيَا وَعَلَيْهَا نَمُوتُ وَعَلَيْهَا نُبْعَثُ إِنْ شَاءَ اللهُ
تَعَالَى مِنَ اْلأمِنِيْنَ.
|
0 komentar:
Posting Komentar