Penjelasan Kitab Arrisalatul Jami'ah Bagian 6
Makna Kalimat الرحمنالرحيم
Senin, 21 Januari 2013
عَنْ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ عُمَرَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ : قَالَ:
اللَّهُمَّ ارْزُقْنِي، شَهَادَةً، فِي سَبِيلِكَ، وَاجْعَلْ مَوْتِي، فِي بَلَدِ رَسُولِكَ، صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
(صحيح البخاري)
Dari Zeyd bin Aslam, dari ayahnya, dari Umar Ra berdoa:
“Wahai Allah, berilah aku mati syahid di jalan Mu (SWT), di kota Rasul
Mu (SWT) (Madinah kota Nabi) Shallallah alayhi wa sallam” (Shahih
Bukhari)
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ
اْلجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ
اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا
لَبَّيْكَ يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبـَارَكَ
عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِي جَمَعَنَا فِي هَذَا
الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَفِي هَذَا الشَّهْرِ اْلعَظِيْمِ وَفِي
الْجَلْسَةِ الْعَظِيْمَةِ نَوَّرَ اللهُ قُلُوْبَنَا وَإِيَّاكُمْ
بِنُوْرِ مَحَبَّةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَخِدْمَةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ
وَاْلعَمَلِ بِشَرِيْعَةِ وَسُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Luhur,
Yang Maha membangkitkan jiwa dengan keluhuran, dan tiada hal yang lebih
luhur dari keridhaan Allah subhanahu wata’ala, hal itulah yang paling
luhur dan hal itu disimpan oleh Allah subhanahu wata’ala pada sosok
makhluk yang paling diridhai Allah, sayyidina Muhammad shallallahu
‘alaihi wasallam. Keridhaan Allah subhanahu wata’ala tersimpan pada
setiap budi pekerti beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, tersimpan pada
setiap ucapan-ucapan dan tuntunan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam,
kesemua hal itu adalah mutiara ridha Ilahi. Allah subhanahu wata’ala
berfirman dalam hadits qudsi riwayat Shahih Al Bukhari, dan diceritakan
oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dimana ketika penduduk
surga dikumpulkan dan Allah subhanahu wata’ala bertanya kepada mereka : “Wahai hamba-hambaKu, maukah kalian Kuberi (kenikmatan) lebih dari semua ini?”, maka penduduk surga berkata : “Wahai
Allah, kenikmatan apalagi yang melebihi semua ini, Engkau telah
mengampuni dosa-dosa kami dan menjauhkan kami dari api neraka, dan
Engkau telah memberikan kepada kami limpahan kenikmatan yang abadi, maka
apalagi yang melebihi dari semua ini?!”, lalu Allah subhanahu wata’ala menjawab :
أُحِلُّ عَلَيْكُمْ رِضْوَانِي فَلاَ أَسْخَطُ عَلَيْكُم أَبَداً
“Kuhalalkan (Kuberikan) untuk kalian keridhaanKu, dan Aku tidak akan murka kepada kalian selama-lamanya”
Maka jelaslah bahwa keridahaan Allah subhanahu wata’ala adalah puncak
kenikmatan Ilahi yang melebihi segala kenikmatan-kenikmatan di surga,
dan hal itu tersimpan pada budi pekerti sayyidina Muhammad rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam yang terlewati dalam siang dan malam beliau
shallallahu ‘alaihi wasallam dalam segala hal, yang diantaranya adalah
bagaimana adab beliau shallallahu ‘alaihi wasallam terhadap yang lebih
tua, adab beliau terhadap tetangga, kerabat, keluarga, istri, dan
anak-anak beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, adab beliau shallallahu
‘alaihi wasallam kepada orang-orang yang dalam kesusahan, adab beliau
terhadap ahli kitab (yahudi dan nasrani), dan lain sebagainya. Maka
tuntunan-tuntunan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam dalam hal-hal
tersebut adalah merupakan keridhaan Ilahi, alangkah indahnya nabi kita
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, dan betapa Maha Indahnya Yang
menciptakan nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, Allah subhanahu
wata’ala. Sebagaimana jiwa-jiwa para sahabat dan seluruh orang-orang
yang mulia yang dimuliakan Allah subhanahu wata’ala, yang mana mereka
selalu ingin dekat dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam baik
di masa kehidupan mereka di dunia, hingga setelah wafat pun mereka tidak
ingin jauh dari nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, sebagaimana
riwayat sayyidina Umar bin Khattab yang kita baca, dimana beliau berdoa
dengan mengucapkan :
اَللّهُمَّ ارْزُقْنِيْ شَهَادَةً فِيْ سَبِيْلِكَ وَاجْعَلْ مَوْتِيْ فِيْ بَلَدِ رَسُوْلِكَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
“Wahai Allah, anugerahilah aku mati syahid di jalanMu, dan
jadikanlah kematianku di negeri (kota) utusanMu (Nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam”
Sayyidina Umar memohon kepada Allah subhanahu wata’ala agar meninggal
syahid di jalan Allah subhanahu wata’ala, namun permohonan tersebut
diiringi dengan permintaan yang lain yaitu meninggal syahid di negeri
(kota) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, yaitu Madinah Al
Munawwarah. Padahal seseorang yang mati syahid dimana pun maka akan
tetap tergolong ke dalam kumpulan para syuhada’ (orang-orang yang
meninggal syahid) dan merupakan kemuliaan dan keluhuran yang sangat
besar, namun karena sayyidina Umar bin Khattab tidak ingin jauh dari
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam baik di masa hidup beliau atau
setelah beliau wafat, sehingga beliau meomohon kepada Allah untuk
diwafatkan di negeri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Maka Allah
subhanahu wata’ala mengabulkan doa sayyidina Umar bin Khattab, sehingga
beliau tidak hanya wafat di kota Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam akan tetapi juga dimakamkan berdampingan dengan sayyidina Abu
Bakr As Shiddiq dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Dalam
detik-detik akhir kehidupan beliau ketika sakaratul maut, di waktu
shalat zhuhur dan dalam riwayat yang lainnya di waktu shalat asar
datanglah orang yang akan membunuhnya kemudian langsung menghunuskan
pedang ke perut sayyidina Umar bin Khattab, sehingga robeklah perut
beliau, dan dalam keadaan demikian lantas beliau meminta susu untuk
diminum, sebagaimana hal ini adalah sunnah Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam, dimana ketika beliau shallallahu ‘alaihi wasallam
sedang sakit dan merasa lemah maka beliau shallallahu ‘alaihi wasallam
meminta susu dan meminumnya. Dan hal tersebut dapat kita temui dalam
kitab-kitab Syamaail Ar Rasuul shallallahu ‘alaihi wasallam, disana
disebutkan bahwa diantara minuman-minuman yang disukai Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam adalah susu, air buah-buahan dan air putih.
Dan dijelaskan oleh Al Imam Ibn Hajar Al Asqalani bahwa beliau
shallallahu ‘alaihi wasallam menyukai air buah-buahan atau bisa
dinamakan jus dalam kehidupan kita di zaman sekarang. Maka sayyidina
Umar bin Khattab Ra dalam keadaan perutnya yang telah terbelah beliau
meminta susu kemudian meminumnya, akan tetapi susu itu setelah beliau
minum maka tumpah keluar dari bekas luka di perutnya, lalu sayyidina
Umar bin Khattab merasa bahwa ia dalam keadaan sakaratul maut, maka
sayyidina Umar bin Khattab memerintah putranya untuk menemui sayyidah
Aisyah Ra, istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk meminta
izin kepada sayyidah Aisyah apakah beliau mengizinkan sayyidina Umar
untuk dimakamkan dekat dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Dan ketika itu sayyidina Umar Ra berkata kepada putranya untuk menemuia
sayyidah Aisyah dan menyampaikan salam kepada beliau dari Umar bin
Khattab, dan melarang putranya untuk menyebut dihadapan sayyidah Aisyah
dengan sebutan Amir Al mu’minin, karena saat itu beliau menganggap
dirinya bukan lagi sebagai amir al mu’minin karena telah mengalami luka
yang sangat parah, demikian yang disebutkan dalam riwayat Shahih Al
Bukhari. Namun bukan berarti ketika beliau menyandang sebutan sebagai
amir al mu’minin hal tersebut membuat beliau bersikap atau merasa
sombong atau yang lainnya, namun beliau merasa tidaklah pantas dengan
gelar amir al mu’minin untuk beliau ketika keadaan beliau sedang lemah
dan sekarat. Maka sayyidina Umar bekata kepada putranya : “Temuilah
ummul mu’minin sayyidah Aisyah dan sampaikan kepada beliau bahwa Umar
menyampaikan salam kepada beliau dan meminta izin bolehkah ia dimakamkan
berdekatan dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam”,
setelah mendengar kabar tersebut sayyidah Aisyah sedih dan menangis
karena sayyidina Umar dalam keadaan sakaratul maut. Maka sayyidah Aisyah
pun mengizinkan sayyidina Umar bin Khattab untuk dimakamkan
berdampingan dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, meskipun
tempat itu sebenarnya sayyidah Aisyah siapkan untuk makam beliau, namun
karena amir al mu’minin sayyidina Umar bin Khattab yang meminta maka
sayyidah Aisyah mengizinkannya. Kemudian putra sayyidina Umar segera
kembali dan telah mendapati ayahnya telah tersengal-sengal dan ia
berkata : “Telah diizinkan wahai amir al mu’minin”, maka sayyidina Umar berkata : “Demi
Allah, tidak ada sesuatu yang lebih aku dambakan daripada agar aku
dimakamkan berdekatan dengan makam Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam” . Demikian kuatnya cinta sayyidina Umar bin Khattab kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Syarah Kitab Ar Risaalah Al Jaami’ah Karangan Al Imam Ahmad Bin Zain Al Habsyi
Makna kalimat (باسم الله ) telah kita bahas dalam pertemuan-pertemuan yang lalu. Selanjutnya adalah pembahasan tentang makna ( الرحمن الرحيم ). Sebagaimana dijelaskan jika kalimat ( باسم الله ) tidak dilanjutkan dengan kalimat ( الرحمن الرحيم ) maka alam semesta ini akan hancur dari kewibawaan nama Allah subhanahu wata’ala. Adapun makna ( الرحمن)
adalah kenikmatan yang Allah subhanahu wata’ala berikan untuk seluruh
makhluknya, dari manusia, hewan dan tumbuhan, manusia yang beriman atau
pun yang kafir, manusia yang baik atau pun yang jahat di dunia. Adapun
makna kalimat ( الرحيم)
adalah kenikmatan dari Allah subhanahu wata’ala yang hanya diberikan
kepada hamba-hamba yang beriman saja, seperti kenikmatan sujud,
kenikmatan munajat dan doa, kenikmatan shalat berjamaah, kenikmatan
shalat di masjid dan lainnya yang diberikan oleh Allah subhanahu
wata’ala di dunia kemudian di akhirat diberi kenikmatan surga yang kekal
dan abadi. Adapun kenikmatan yang diberikan kepada seluruh makhluk
Allah dalam kehidupan di dunia seperti melihat, mendengar, berbicara,
berjalan dan lainnya hal itu semua diberikan dari sifat Allah subhanahu
wata’ala ( الرحمن),
yang mana kenikmatan-kenikmatan tersebut Allah subhanahu wata’ala
berikan kepada semua makhluknya baik yang taat atau pun yang tidak taat
kepada Allah subahanahu wata’ala. Dan kita ketahui diantara
kenikmatan-kenikmatan tersebut ada yang Allah cabut dari hamba-hambaNya
dengan kehendakNya, seperti seseorang yang Allah jadikan tidak memiliki
pendengaran sejak ia lahir, dan ada juga yang sejak lahir mungkin diberi
pendengaran oleh Allah namun setelah beberapa tahun ia tidak lagi dapat
mendengar, maka hal-hal seperti ini adalah terjadi atas kehendak dari
Allah subhanahu wata’ala, demikianlah makna ( الرحمن الرحيم
). Sungguh segala kenikmatan yang pernah ada pada segala ciptaan Allah
akan berakhir dan kemudian bersambung dengan kemuliaan kehidupan dan
kenikmatan yang abadi yang dikehendaki Allah subhanahu wata’ala
tersimpan dalam rahasia kemuliaan makna ( الرحمن الرحيم
)., yang mana hal-hal itu pasti akan datang kepada kita semua. Setelah
kehidupan dunia ini berakhir, kelak hanya ada 2 tempat yaitu surga dan
neraka, tidak ada tempat lain selain keduanya. Yang harus selalu kita
fikirkan adalah setelah kita wafat kelak dimanakah tempat kita?!.
Renungkanlah, sejak kita bangun dari tidur hingga detik ini, manakah
yang lebih banyak antara kita mengingat Allah dan mengingat selain Allah
subhanahu wata’ala. Padahal satu detik pun terlewatkan untuk mengingat
selain Allah subhanahu wata’ala hal itu telah cukup untuk melemparkan
seseorang ke dalam jurang api neraka, bagaimana halnya jika waktu banyak
yang terlewatkan untuk mengingat selain Allah subhanahu wata’ala, dan
bagaimana halnya jika waktu-waktu terlewatkan tidak pernah mengingat
Allah subhanahu wata’ala, wal’iyaadzu billah. Maka seluruh rahasia
kemuliaan kenikmatan yang Allah berikan kepada makhluk-makhlukNya
terdapat pada kalimat ( الرحمن الرحيم
). Sebagaimana Allah subhanahu wata’ala memberikan pengampunan kepada
hamba-hambaNya yang memohon pengampunan. Sungguh pengampunan Allah
subhanahu wata’ala sangat murah dan mudah, hanya siapakah yang
menginginkan dan mau meminta pengampunan tersebut. Allah Maha Mengetahui
bahwa hamba-hambaNya selalu berbuat kesalahan dan dosa sebagaimana
disebutkan dalam hadits qudsi :
يَا عِبَادِي إِنَّكُمْ تُخْطِئُونَ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَأَنَا
أَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا فَاسْتَغْفِرُونِي أَغْفِرْ لَكُمْ
“Wahai hamba-hambaKu, seseungguhnya kalian selalu berbuat
salah (dosa) di siang dan malam, dan Aku mengampuni dosa-dosa semuanya,
maka mintalah pengampunan kepadaKu, Aku akan mengampuni kalian”
Allah Maha Mengetahui akan hamba-hambaNya yang senantiasa berbuat
dosa di siang dan malam, namun banyak diantara mereka yang telah berbuat
dosa akan tetapi tidak mau meminta pengampunan dari Allah subhanahu
wata’ala. Maka rahasia kemuliaan kalimat ( باسم الله الرحمن الرحيم
) , sebagaimana dijelaskan oleh para imam seprti Al Imam At Thabari, Al
Imam Ibn Katsir, Al Imam Qurthubi dan imam-imam yang lainnya, bahwa
kemuliaan seluruh Al qur’an Al Karim tersimpan pada kalimat ( باسم الله الرحمن الرحيم
), maka kalimat ini menyimpan seluruh makna tuntunan Allah subhanahu
wata’ala. Dalam kalimat tersebut tersimpan rahasia kenikmatan Allah
subhanahu wata’ala, keagungan Allah subhanahu wata’ala, tuntunan Allah
subhanahu wata’ala, perbuatan Allah kepada hamba-hamba yang baik atau
hamba-hamba yang tidak baik, segala perintah dan larangan Allah
subhanahu wata’ala dan lain sebagainya. Maka sampai disini kita telah
selesai dari pembahasan makna ( باسم الله الرحمن الرحيم ). Pembahasan berikutnya kita lanjutkan pada majelis yang akan datang insyaallah.
Selanjutnya kita bermunajat kepada Allah subhanahu wata’ala, agar
dijauhkan dari kita segala musibah, musibah yang zhahir dan musibah yang
bathin. Kita tidak hanya memandang musibah yang zhahir saja, sebab
musibah yang zahir juga disebabkan oleh musibah yang bathin yaitu
dosa-dosa yang diperbuat, karena dosa-dosa itulah musibah-musibah
muncul, maka kita yang telah berbuat dosa-dosa itu maka seakan-akan kita
juga telah membuat musibah-musibah itu datang dan menimpa kita. Semoga
Allah subhanahu wata’ala memaafkan dan mengampuni seluruh dosa-dosa kita
dan semakin mempermudah kita untuk berbuat hal-hal yang luhur serta
semakin mempermudah kita untuk meninggalkan perbuatan-perbuatan dosa.
Dan semoga Allah subhanahu wata’ala segera mengangkat musibah-musibah
yang sedang menimpa kita, dan musibah-musibah mendatang yang akan
menimpa kita, dan semoga Allah subhanahu wata’ala membimbing kita dalam
menghadapi kehidupan kita. Ya Allah kami titipkan kepada namaMu yang
terindah seluruh sisa kehidupan kami di masa mendatang di dunia dan
akhirat, dan kami titipkan pada samudera pengampunanMu segala dosa-dosa
kami, dosa ayah bunda kami, dosa keluarga dan kerabat kami, serta
dosa-dosa saudara/i kami muslimin dan muslimat. Wahai Yang Memiliki
dunia dan akhirat, kepada siapa kami memohon dan meminta selain
kepadaMu. Engkaulah Yang Maha Abadi dan Maha Sempurna.
فَقُوْلُوْا جَمِيْعًا
Ucapkanlah bersama-sama
يَا الله...يَا الله... ياَ الله.. ياَرَحْمَن يَارَحِيْم ...لاَإلهَ
إلَّاالله...لاَ إلهَ إلاَّ اللهُ اْلعَظِيْمُ الْحَلِيْمُ...لاَ إِلهَ
إِلَّا الله رَبُّ اْلعَرْشِ اْلعَظِيْمِ...لاَ إِلهَ إلَّا اللهُ رَبُّ
السَّموَاتِ وَرَبُّ الْأَرْضِ وَرَبُّ اْلعَرْشِ اْلكَرِيْمِ...مُحَمَّدٌ
رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ،كَلِمَةٌ حَقٌّ عَلَيْهَا
نَحْيَا وَعَلَيْهَا نَمُوتُ وَعَلَيْهَا نُبْعَثُ إِنْ شَاءَ اللهُ
تَعَالَى مِنَ اْلأمِنِيْنَ.
|
0 komentar:
Posting Komentar