Penjelasan Kitab Arrisalatul Jami'ah Bagian 17
Makna Kalimat وَعَلَى آلِهِ
Senin, 29 April 2013
قَالَ أَبُوْ بَكْرٍ
الصِّديق رضي الله عنه : وَاللهِ لَقَرَابَةُ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَحَبُّ إِلَيَّ أَنْ أَصِلَ مِنْ قَرَابَتِيْ ( صحيح
البخاري ) عَنْ أَنَسَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : اُرْقُبُوْا مُحَمَّدًا
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيْ أَهْلِ بَيْتِهِ ( صحيح البخاري )
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
حَمْدًا لِرَبٍّ
خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ اْلجَهْلِ
وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ
اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا
لَبَّيْكَ يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبـَارَكَ
عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِي جَمَعَنَا فِي هَذَا
الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَفِي الْجَلْسَةِ الْعَظِيْمَةِ نَوَّرَ اللهُ
قُلُوْبَنَا وَإِيَّاكُمْ بِنُوْرِ مَحَبَّةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ
وَخِدْمَةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَاْلعَمَلِ بِشَرِيْعَةِ وَسُنَّةِ
رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
Hadirin yang dimuliakan Allah Hadits tersebut berkaitan erat dengan
pembahasan kita dalam kitab Ar Risaalah Al Jaamiah di malam hari ini.
Pembahasan kali ini kita awali dengan penjelasan kalimat ( وَعَلَى آلِهِ ),
namun hal ini akan saya sampaikan dengan penjelasan yang tidak terlalu
mendalam, dimana dalam hal ini hanya untuk menyanggah atas
hujatan-hujatan para kelompok tertentu terhadap Allah subhanahu wata’ala
yang mengatakan bahwa Allah subhanahu wata’ala bertempat di atas ayaitu
di ‘arsy, yang mana mereka menggunakan beberapa dalil yang diantaranya
sebagian ayat-ayat yang terdapat dalam Al qur’an diantaranya firman
Allah subhanahu wata’ala :
ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ
Perlu kita ketahui bahwa kata ( عَلَى ) yang secara bahasa berarti “diatas”, ini berasal dari kata (العُلُوُّ ) yang berarti “mulia”, sehingga kata ( عَلَى )
dalam susunan kalimat bahasa arab tidak selalu diartikan dengan makna
“diatas”, karena kata “diatas” terkadang bermakna “dibawah”, sebagai
contoh kita ketahui seorang mentri jabatannya adalah dibawah presiden,
namun jika si presiden berada di lantai 1, sedangkan si menteri berada
di lantai 3 misalnya, maka kita akan mengatakan bahwa menteri “diatas”
presiden?, betul karena memang presiden berada dibawah menteri, namun
yang kenyataannya adalah tetap presiden berada “di atas”.
Sebagaimana lafadz shalawat yang kita ucapkan : اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
“ Wahai Allah limpahkanlah shalawat atas (kepada) sayyidina Muhammad” Maka kata (عَلَى )
dalam lafazh shalawat tersebut tidaklah bermakna “di atas” yang berarti
diatas Rasulullah atau diatas kepala Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam, namun kata (عَلَى )
tersebut bermakna “kepada”, demikian karena luasnya Bahasa Arab
sehingga setiap satu kata dapat memiliki makna yang tidak terbatas.
Kelompok tertentu yang mengatakan bahwa Allah subhanahu wata’ala
bertempat di atas, kita ketahui bahwa bentuk bumi adalah bulat jika
kelompok mereka mengatakan hal itu, dan jika yang berada di bumi bagian
bawah mengatakan bahwa Allah subhanahu wata’ala bertempat diatas maka
atas yang sebelah mana?!. Dan jika Allah berada di atas ‘arsy maka
dimana Allah sebelum ‘arsy diciptakan, sedangkan ‘arsy adalah ciptaan
Allah. Maka jawaban atas hal ini adalah bahwa Allah subhanahu wata’ala
tidak membutuhkan tempat, karena Allah Yang menciptakan tempat, serta
tidak juga seseorang bertanya “kapan Allah ada?!, karena Allah Ada
sebelum kata “kapan” ada, dan kata “kapan” ada setelah diciptakannya
waktu dan Allah lah yang menciptakan waktu. Dan juga diantara dalil
mereka yang mengatakan bahwa Allah subhanahu wata’ala bertempat diatas
adalah firman Allah subhanahu wata’ala dalam hadits qudsi riwayat Shahih
Muslim :
إذَا ذَهَبَ ثُلُثُ
اللَّيْلِ الْأَوَّلُ يَنْزِلُ رَبُّنَا إلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا ،
فَيَقُولُ : مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ ؟ مَنْ يَسْأَلُنِي
فَأُعْطِيَهُ ؟ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ
“ Jika tiba waktu sepertiga malam yang pertama, Tuhan kita (Allah)
turun (anugerah dan rahmatnya) ke langit yang terdekat dengan bumi, dan
Dia (Allah) berkata : “(adakah) siapakah yang berdoa kepadaKu kemudian
Aku kabulkan (doa) untuknya, siapakah yang meminta kepadaKu kemudian Aku
memberinya, dan siapakah yang meminta pengampunan kepadaKu dan Aku
mengampuninya?”.
Adapun kelompok yang mengatakan bahwa Allah berada di atas ‘arsy,
mereka juga mengatakan bahwa Allah subhanahu wata’ala turun ke langit
pertama pada sepertiga malam terakhir. Sehingga keyakinan mereka ini
menimbulkan banyak kerancuan, dimana jika Allah turun ke langit pertama
pada seperti malam terakhir, maka di belahan bumi manakah Allah turun ke
langit, sebab dalam setiap detik, waktu sepertiga malam terakhir tidak
hanya terjadi sekali di muka bumi dalam setiap malamnya, namun waktu
sepertiga malam terakhir silih berganti dari satu tempat ke tempat yang
lain, dari satu negeri ke negeri yang lain di muka bumi. Sehingga
keyakinan mereka menimbulkan kerancuan yaitu keyakinan bahwa Allah
subhanahu wata’ala naik dan turun ke langit di setiap tempat sepertiga
malam terakhir, sungguh yang demikian bukanlah sifat sang Khaliq
(pencipta) namun adalah sifat makhluk, dan Allah subhnahu wata’ala Maha
suci dari segala sifat makhluk. Sebagaimana firman Allah subhnahu
wat’ala:
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ ( الشورى : 11 )
“ Tidak ada sesuatu pun yang menyamaiNya, dan Dia (Allah) Maha Mendengar lagi Maha Melihat”
Demikian penjelasan ringkas dari kata ( على ) pada kalimat ( وعلى آله ). Adapun kata آله
(keluarganya) mereka adalah bani Hasyim dan bani Abdul Mutthalib, namun
sebagian ulama’ berpendapat bahwa seluruh ummat Islam adalah keluarga
nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, dan pendapat ini diperkuat
dengan firman Allah subhanahu wata’ala :
أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ ( البقرة : 157 )
“Mereka itulah yang mendapat keberkahan yang sempurna dan rahmat dari
Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk”. (
QS. Al Baqarah : 157 )
Namun pendapat yang terkuat bahwa keluarga nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wasallam adalah Bani Hasyim dan Bani Abdul Mutthalib. Adapun
Ahlulbait adalah sayyidah Fathimah Az Zahra’ dan sayyidina Ali bin Abi
Thalib Kw dan keturunan mereka. Sedangkan mereka yang menganggap bahwa
sayyidina Abu Bakr As Shiddiq, sayyidina Umar bin Khattab dan sayyidina
Utsman bin Affan Radiyallahu ‘anhum, mereka itu merebut khilafah dari
ahlu bait Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, maka sungguh mereka
berada dalam kekeliruan dan kegelapan yang nyata, namun tidakkah mereka
mengetahui siapakah sayyidina Abu Bakr As Shiddiq RA, bukankah beliau
adalah mertua rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dan sayyidina
Umar bin Khattab Ra juga mertua Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,
sedangkan sayyidina Utsman bin Affan Ra adalah menantu rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam dan sayyidina Ali bin Abi Thalib Kw adalah
juga menatu rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam?!, maka kesemua
khulfaurrasyidin adalah keluarga nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam, dan yang sengat menyedihkan terdapat juga kelompok yang
mencaci dan menghina mereka radhiyallahu ‘anhum, maka tanpa disadari
kelompok itu juga mencaci keluarga nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam, semoga Allah melimpahkan hidayah kepada kelompok tersebut,
amin allahumma amin.
Sungguh keluarga nabi dan ahlu bait Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam sangat berlemah lembut. Sayyidina Ali bin Abi Thalib Kw
bukanlah seorang yang beringas atau selalu emosional, namun beliau
adalah orang yang sangat penyabar, dimana ketika dalam peperangan sering
kali pedang musuhnya terjatuh sehingga dengan mudah bagi beliau untuk
membunuhnya, namun sayyidina Ali bin Abi Thalib meminta musuhnya itu
untuk mengucapkan syahadat, namun justru wajah beliau diludahi dan
kemudian beliau meninggalkannya, sehingga ketika itu para sahabat yang
lain menyuruh beliau untuk mengahabisinya atau membunuhnya, namun
sayyidina Ali menjawab : “aku tidak ingin jihadku ini dimasuki oleh
keemosian atau kemarahan sedikitpun”. Sungguh sangat berbeda dengan cara
dakwah atau jihad kelompok di zaman ini, dimana diantara mereka dengan
mudahnya menggunakan emosi seperti membakar ban-ban, merobohkan
pagar-pagar, menghancurkan diskotik atau tempat-tempat perjudian, dan
lainnya.
Demikianlah masing-masing kelompok mempunyai cara sendiri dalam
berjihad dan berdakwah. Dalam hal ini ingin saya sampaikan akan suatu
hal, mungkin banyak yang menyangka bahwa Majelis Rasulullah tidak peduli
dengan perkembangan Ahmadiyah, padahal tidak demikian adanya,
sebagaimana MR telah mengeluarkan dana sebesar 60.000 USD untuk membantu
perkembangan pesantren yang berlokasi paling dekat dengan markas
Ahmadiyah. Siapa yang mengatakan bahwa MR tidak peduli dengan kedatangan
Lady Gaga ke Indonesia, justru saya langsung yang menghubungi Habib
Riziq dan saya sampaikan supaya saya diberi tempo waktu dalam 3 hari
untuk bertindak dan jika kunjungan tersebut tidak juga dibatalkan maka
silahkan Habib Riziq bertindak, Alhamdulillah yang akhirnya di hari
ketiga dari tempo waktu yang saya minta, kunjungan Lady Gaga ke
Indonesia dibatalkan. Maka tanpa perlu ribut dan bentrok dengan massa
dan lainnya, namun cukup dengan menghubungi beberapa pejabat yang
berkepentingan dan sampaikan kepada mereka secara baik-baik bahwa
kunjungan orang tersebut akan menimbulkan kontra diantara masyarakat,
dengan cara demikian permasalahan terselesaikan dengan baik tanpa harus
menimbulkan percekcokan antara satu kelompok dan yang lainnya.
Muncul juga perkataan terhadap Majelis Rasulullah, yaitu mengapa MR
menghadirkan Dubes Amerika pada acara Maulid Nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wasallam, bukankah dahulu ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam berdakwah, belum ada diantara mereka yang beriman, hanya beliau
shallallahu ‘alaihi wasallam sendiri yang beriman, namun beliau
shallallahu ‘alaihi wasallam ketika itu mengundang orang-orang non
muslim dan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam juga didatangi oleh
orang-orang yahudi dan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam juga
mendatangi orang-orang yahudi untuk menyampaikan dakwah kepada mereka.
Begitu juga kedatangan Duta Besar Amerika Serikat juga sudah disetujui
oleh guru mulia Al Musnid Al Arif billah Al Habib Umar bin Muhammad Al
Hafizh, dan beliau berkata dan berdoa bahwa yang datang berkunjung dan
para personilnya akan masuk Islam.
Oleh sebab itu jangan gegabah bersangka buruk atas langkah-langkah
kita, karena itu semua bukanlah sembarang langkah namun langkah-langkah
itu adalah mengikuti langkah guru mulia Al Habib Umar bin Salim Al
Hafizh. Dan jika ada yang mengatakan bahwa dengan kunjungan Dubes
Amerika itu berarti Habib Munzir ketumpahan dolar, maka saya jawab
dengan “amin” saja, saya tidak akan meminta sumbangan kemana-mana untuk
perkembangan dakwah MR ini, namun saya hanya mengharapakan kerjasama dan
partisipasi para Jama’ah dalam moment-moment tertentu di Majelis
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan majelis-majelis ta’lim yang
lainnya yang berada dibawah naungan Ahlu sunnah wal jama’ah agar
bersama-sama melangkah maju dan tidak mudah terpancing dengan emosi,
karena pancingan emosi itulah yang diinginkan oleh musuh-musuh Islam,
sebab jika umat Islam telah dikuasai emosi maka akan muncul atau terjadi
pertikaian antara umat Islam dengan pemerintah, sehingga mereka para
musuh Islam gembira akan hal itu.
Disebutkan dalam riwayat bahwa sayyidina Ali bin Abi Thalib kw di
masa khilafahnya terjadi perpecahan dan perbedaan antara ummat Islam,
maka beliau berkata : “ Tentukanlah sendiri apa yang kalian inginkan,
sungguh aku membenci pepecahan atau aku wafat menyusul
sahabat-sahabatku”. Demikian akhlak mulia sayyidina Ali bin Abi Thalib,
dimana suatu waktu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata
kepada sayyidina Ali bin Abi Thalib : “Wahai Ali, diantara tanda telah
dekatnya ajalmu adalah datangnya seseorang dengan pedang dan
memukulkannya ke pelipismu, sehingga darah mengalir hingga ke janggutmu
dan menetes ke dadamu”. Maka sayyidina Ali pun menunggu waktu
kedatangnya seseorang yang akan memukul pelipisnya dengan pedang, karena
ia ingin segera bertemu dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Adapun sayyidina Hasan bin Ali bin Abi Thalib kw yang menyerahkan
khilafah kepada Mu’awiyyah, karena tidak ingin terjadi perpecahan
diantara kaum muslimin, maka kepemimpinan beliau lepaskan asalkan kaum
muslimin bersatu tanpa ada perpecahan diantara mereka, demikianlah budi
pekerti sayyidina Hasan bin Ali bin Abi Thalib kw keturunan Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam, yang telah dipuji dengan sabda beliau
shallallahu ‘alaihi wasallam dalam riwayat Shahih Al Bukhari :
إِنَّ ابْنِي هَذَا سَيِّدٌ وَلَعَلَ الله أَنْ يُصْلِحَ بِهِ بَيْنَ فِئَتَيْنِ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ عَظِيْمَتَيْنِ
“ Sesungguhnya anakku ini adalah pemimpin, semoga Allah
memperbaiki (mempersatukan) sebabnya dua kelompok besar kaum muslimin
(yang bertikai)”.
Sebagaimana saudara Sayyidina Hasan yaitu sayyidina Husain yang juga
tidak menuntut kepemimpinan, namun suatu waktu beliau diundang untuk
datang, maka beliau pun datang bersama keluarganya yang berjumlah 40
orang, dan bukan berniat untuk berperang karena jika berniat untuk
berperang maka beliau tidak akan datang bersama keluarganya, sehingga
ketika sampai di tempat orang-orang memprovokasinya, mereka mengatakan
bahwa Yazid datang bersama pengikutnya untuk merebut kepemimpinan
sayyidina Husain, sehingga terjadilah pembantaian antara kedua kelompok
tanpa ada maksud dan rencana untuk berperang, karena bagaimana mungkin
jika berniat untuk berperang beliau akan membawa serta istri dan
anak-anaknya. Kemudian sayyidiana Ali Zainal Abidin As Sajjad putra
sayyidina Husain bin Ali, sebagaimana diceritakan oleh sayyidina Thawus
Ar salah seorang tabi’in, dimana di tengah malam ia mendatangi maqam
Ibrahim di Makkah yang dekat dengan Ka’bah, yang mana setelah melakukan
thawaf disunnahkan untuk shalat sunnah 2 rakaat di maqam Ibrahim, dan
ketika beliau ingin melakukan shalat di maqam Ibrahim beliau mendapati
seseorang yang terus menerus melakukan shalat di tempat itu, maka
sayyidina Thawus pun terheran-heran dan timbul rasa ingin tau siapakah
yang sedang melakukan shalat tersebut, sehingga ketika telah mendekat
waktu fajar orang itu pun berhenti melakukan shalat dan berdoa dengan
diulang-ulang :
عَبْدُكَ بِفِنَائِكَ ، مِسْكِيْنُكَ بِفِنَائِكَ ، فَقِيْرُكَ بِفِنَائِكَ ، سَائِلُكَ بِفِنَائِكَ
“ Hamba-Mu dihadapan (istana) Mu, yang miskin dihadapanMu, yang fakir dihadapanMu, pengemis dihadapanMu”
Setelah selesai melakukan shalat, orang itu pun berdiri dan ternyata
beliau adalah sayyidina Ali Zainal Abidin bin Husain bin Ali bin Abi
Thalib , yang digelari dengan As Sajjad karena beliau melakukan shalat
500 rakaat yaitu 1000 sujud setiap malamnya. Berbeda jauh dnegan keadaan
orang-orang Islam di zaman ini, yang tidak sedikit diantara mereka yang
masih belum melakukan shalat 5 waktu, semoga yang masih meninggalkan
shalat 5 waktu tidak lagi meninggalkannya setelah malam ini dan diberi
kekuatan oleh Allah subhanahu wata’ala untuk tidak lagi meninggalkannya.
Kemudian sayyidina Thawus berkata, setelah mendengar doa yang dibaca
oleh sayyidina Ali Zainal Abidin dan membacanya maka tidaklah ia
mempunyai kesuliatan kecuali akan segera diselesaikan oleh Allah
subhanahu wata’ala. Begitu juga sayyidina Muhammad Al Baqir putra
sayyidina Ali Zainal Abidin As Sajjad, dimana ketika beliau berdoa
sebagaimana yang diceritakan oleh putra beliau sayyidina Ja’far As
Shadiq, bahwa beliau berdoa berulang-ulang dengan mengucpakan :
عَبْدُكَ مُحَمَّد
البَاقِر عَبْدٌ أَمَرْتَنِيْ فَلاَ أَأتَمِرْ وَنَهَيْتَنِيْ فَلَا
أَنْجَزِرْ هَا أَنَا عَبْدُكَ مُذْنِبٌ مُخْطِئٌ فَلاَ أَعْتَذِرْ
“ HambaMu Muhammad Al Baqir, hamba yang yang mendapatkan perintah
namun tidak aku laksanakan, dan mendapatkan larangan namun tidak aku
tinggalkan, inilah hambaMu yang penuh dosa dan kesalahan tidak
menghindar dari dosa-dosa itu” Berapa banyak diantara kita yang masih
meninggalkan perintah Allah subhanahu wata’ala dan mengerjakan
larangan-Nya, diantara kita yang masih bersikap sombong, riya’ dan
sifat-sifat tercela lainnya yang dilarang oleh Allah subhanahu wata’ala.
Itulah doa sayyidina Muhammad Al Bagir yang mengakui kesalahan dan
tidak membela diri dihadapan Allah subhanahu wata’ala karena sikap
tawadhu’nya dihadapan Allah subhanahu wata’ala. Begitu agung doa Al Imam
Muhammad Al Bagir, padahal tidak pernah terlintas sekalipun dalam benak
beliau untuk melakukan perbuatan yang makruh terlebih lagi hal-hal yang
haram atau melakukannya, tidak seperti kita yang setelah melakukan
perbuatan yang jelas-jelas dilarang oleh Allah subhanahu wata’ala,
terkadang kita tidak mau mengakuinya bahkan selalu mencari alasan dan
berusaha untuk membela diri. Begitu juga Al Imam Ja’far As Shadiq putra
beliau diantara hal yang dilakukan beliau ketika berdoa adalah memanggil
nama Allah tanpa berhenti hingga nafasnya habis, dan kembali
dilanjutkan dengan menyambut nama Allah subhanahu wata’ala.
Hadirin yang dimuliakan Allah Pembahasan selanjutnya akan kita
lanjutkan di majelis yang akan datang insyaallah. Sebelum kita berdoa
dan bermunajat kepada Allah, ada 2 hal yang ingin saya sampaikan yaitu
perintah tegas dari guru mulia Al Habib Umar Al Hafizh, yang pertama
adalah larangan untuk memajang gambar beliau di baleho-baleho, dan juga
melarang untuk menampilkan gambar saya di baleho-baleho. Oleh sebab itu
sudah sejak lama baleho untuk majelis di Masjid Al Munawwar tidak
dipampang gambar saya, namun terkadang majelis-majelis cabang yang
mengundang masih sering menampilkan gambar saya, maka saya mohon kepada
majelis-majelis cabang yang mengundang MR untuk tidak lagi memampang
gambar saya atau gambar guru mulia di baleho majelis, dan untuk
kepentingan pengumuman maka cukup dengan menggunakan gambar masjid
nabawi dan mencantumkan nama pembicara, inilah instruksi dari guru mulia
Al Habib Umar bin Salim Al Hafizh dan supaya tidak meributkan
majelis-majelis yang lain yang masih memampang gambar guru-guru mereka
karena mereka juga memilki guru-guru yang menjadi panutan mereka.
Adapun hal kedua, beliau mengintruksikan agar kios-kios nabawi
bagian lelaki dan kios bagian wanita untuk masing-masing membuat
pakaian-pakaian islami untuk kalangan dewasa dan anak-anak, beliau
mengatakan supaya anak-anak kita berjalan dan mengenakan pakaian-pakaian
yang islami. Di zaman dahulu tidak ada wanita yang berani berjalan
dengan mengenakan celana pendek karena malu, namun karena ada satu atau
dua orang yang bersikap acuh dan tanpa malu, sehingga mulailah yang lain
mengikutinya, maka sekarang harus ada wanita atau pria yang memulai dan
berani mengenakan pakaian yang islami dan tidak peduli dengan
perkataan-perkataan orang lain yang mencemooh atau menghinanya. Jika
sekarang mulai ada peraturan tempat-tempat kerja yang melarang seorang
wanita muslimah mengenakan jilbab maka kedepan akan kita ambil tindakan,
namun bukan dengan cara demo karena MR tidak mengambil langkah keras
demikian. Akan tetapi kita akan sampaikan hal ini kepada menteri agama
dan suapaya dilanjutkan kepada menteri sekretaris negara, supaya wanita
muslimah yang ingin bekerja dengan mengenakan jilbab untuk tidak
dilarang. Oleh sebab itu kedepan kios nabawi akan menyediakan
pakaian-pakaian islami untuk kaum dewasa dan anak-anak agar dengan hal
itu kita berharap ,, kedepannya akan muncul generasi yang menyukai untuk
mengenakan pakaian-pakaian yang Islami, menyukai budi pekerti yang
indah, dan mencintai sunnah nabi Muhammad shallalahu ‘alaihi wasallam,
sehingga kedepan keadaan wilayah kita penuh dengan kedamaian dan
kesejahteraan tanpa ada pemberontakan rakyat terhadap pemerintahan, dan
tidak juga pemerintah yang memerangi rakyat, namun kesemuanya antara
pemerintah, ulama dan rakyat bersatu padu agar negara Islam terbesar ini
menjadi panutan bagi negara-negara lain yang selalu ada percekcokan
antara pemerintahan dan rakyat. Selanjutnya kita berdoa dan bermunajat
kehadirat Allah subhanahu wata’ala, semoga Allah melimpahkan rahmat dan
kebahagiaan kepada kita di dunia dan akhirat, dan merealisasikan semua
cita-cita kita lebih dari yang kita inginkan, amin allahumma amin.
فَقُوْلُوْا جَمِيْعًا ...
Ucapkanlah bersama-sama
يَا الله...يَا الله...
ياَ الله.. ياَرَحْمَن يَارَحِيْم ...لاَإلهَ إلَّاالله...لاَ إلهَ إلاَّ
اللهُ اْلعَظِيْمُ الْحَلِيْمُ...لاَ إِلهَ إِلَّا الله رَبُّ اْلعَرْشِ
اْلعَظِيْمِ...لاَ إِلهَ إلَّا اللهُ رَبُّ السَّموَاتِ وَرَبُّ الْأَرْضِ
وَرَبُّ اْلعَرْشِ اْلكَرِيْمِ...مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ،كَلِمَةٌ حَقٌّ عَلَيْهَا نَحْيَا وَعَلَيْهَا نَمُوتُ
وَعَلَيْهَا نُبْعَثُ إِنْ شَاءَ اللهُ تَعَالَى مِنَ اْلأمِنِيْنَ
|
0 komentar:
Posting Komentar