Penjelasan Kitab Arrisalatul Jami'ah Bagian 21
Makna Kalimat َمَنْ سَلَكَ طَرِيقاً يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْماً, سَلَّكَ اللّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقاً إلى الْجَنّةِ
Senin, 27 Mei 2013
قال رسول الله صلى
الله عليه وسلم : مَنْ نَفّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ
الدّنْيَا, نَفّسَ اللّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ
الْقِيَامَةِ. وَمَنْ يَسّرَ عَلَىَ مُعْسِرٍ, يَسّرَ اللّهُ عَلَيْهِ فِي
الدّنْيَا وَالآخِرَةِ. وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِماً, سَتَرَهُ اللّهُ فِي
الدّنْيَا وَالآخِرَةِ. وَاللّهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ
فِي عَوْنِ أَخِيهِ. وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقاً يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْماً,
سَهّلَ اللّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقاً إلى الْجَنّةِ. وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ
فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللّهِ, يَتْلُونَ كِتَابَ اللّهِ
وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ، إِلاّ نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السّكِينَةُ,
وَغَشِيَتْهُمُ الرّحْمَةُ وَحَفّتْهُمُ الْمَلاَئِكَةُ, وَذَكَرَهُمُ
اللّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ ( صحيح المسلم )
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
حَمْدًا لِرَبٍّ
خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ اْلجَهْلِ
وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ
اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا
لَبَّيْكَ يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبـَارَكَ
عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِي جَمَعَنَا فِي هَذَا
الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَفِي الْجَلْسَةِ الْعَظِيْمَةِ نَوَّرَ اللهُ
قُلُوْبَنَا وَإِيَّاكُمْ بِنُوْرِ مَحَبَّةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ
وَخِدْمَةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَاْلعَمَلِ بِشَرِيْعَةِ وَسُنَّةِ
رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ
Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wata’ala Yang menebarkan
mutiara ilmu ke dalam jiwa hamba-hambaNya, untuk mengantar mereka pada
keluhuran dan kebahagiaan di dunia dan akhirat melalui sang pembawa
kebahagiaan dunia dan akhirat, sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam. Yang telah diutus oleh Allah subhanahu wata’ala untuk membawa
tuntunan kebahagiaan di dunia dan akhirat, maka berbahagialah mereka
yang dalam setiap detik-detik nafasnya di dalam hari-harinya mau
mengambil sedikit dari mutiara-mutiara Ilahiah, yang dengan hal itu ia
dapat mencapai rahasia-rahasia kemuliaan Rabbaniah dari dalam kehidupan
ruhiyyahnya menuju sanubarinya dan menguasai seluruh tubuhnya, sehingga
perbuatan dan ucapannya indah, hari-hari dalam kehidupannya di dunia
indah, wafatnya indah, kehidupannya di alam barzakh indah, dan hari
kebangkitannya indah, yang kemudian menuju pada keindahan yang kekal dan
abadi. Hadirin yang dimuliakan Allah Hadits Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam yang telah kita baca menjelaskan bahwa seseorang yang
meringankan setiap musibah atau kesulitan orang yang beriman di dunia,
maka Allah akan meringankan musibah atau kesulitan yang akan menimpanya
kelak di hari kiamat.
Lantas, bagaimana caranya jika kita juga menginginkan kemudahan di
dunia disamping juga kemudahan di akhirat?!, dan hal tersebut telah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sampaikan kepada kita dalam
hadits diatas bahwa barangsiapa yang mempermudah urusan atau kesulitan
orang lain di dunia, maka Allah akan memudahkan kesulitannya di dunia
dan akhirat. Apa perbedaan dengan ucapan Rasullah shallallahu ‘alaihi
wasallam yang pertama?, Al Imam Ibn Hajar Al Asqalani di dalam kitab
fathul Bari Bisyarah Shahih Al Bukhari dengan menukil riwayat tersebut
dari Shahih Al Bukhari, dimana sedikit berbeda dengan hadits yang
disebut di atas riwayat Shahih Muslim. Al Imam Ibn Hajar Al Asqalani
menjelaskan bahwa yang dimaksud adalah ketika seseorang membantu orang
lain dan hal tersebut sangat atau lebih menyibukkannya atau bukan
sesutau yang mudah baginya, maka yang demikian ia tidak hanya
mendapatkan balasan dari Allah subhanahu wata’ala dengan kemudahan di
akhirat saja namun ia juga akan mendapatkan kemudahan di dunia dan
akhirat.
Demikian kemudahan yang diberikan oleh sang pemilik kemudahan dunia
dan akhirat bagi orang yang mau membantu meringankan atau memudahkan
permasalahan atau kesulitan orang lain di dunia. Maka semakin berat atau
sulitnya permasalahan yang akan ia bantu untuk orang lain, maka semakin
besar pula kemudahan yang akan Allah berikan sebagai balasan kepada
orang tersebut di dunia dan di akhirat. Begitu juga jika orang yang
diberi bantuan adalah orang yang sangat shalih maka semakin besar pula
kemudahan yang akan Allah berikan untuknya di dunia dan di akhirat. Maka
tiada yang lebih agung agar kita mendapatkan kemudahan di dunia dan
akhirat dari membantu dakwah sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam, yang dengan hal itu seseorang telah mendapatkan kepastian
bahwa ia akan diberi kemudahan oleh Allah subhanahu wata’ala di dunia
dan di akhirat, maka bantulah dakwah sayyidina Muhammad shallallahu
‘alaihi wasallam agar mendapatkan kemudahan di dunia dan akhirat.
Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda bahwa
barangsiapa yang menutupi ( aib ) seorang muslim di dunia (tidak
membicarakannya), maka Allah subhanahu wata’ala akan menutup aib atau
dosa-dosanya di dunia dan di akhirat. Namun yang terjadi di zaman
sekarang, justru aib-aib orang lain dikupas habis dan dipaparkan di
khalayak ramai, bahkan terkadang orang yang tidak memiliki aib sekalipun
akan dilontarkan kepadanya, atau mungkin hanya sekedar dugaan saja,
seperti demo yang sering terjadi tentang tuduhan terhadap orang lain
akan perbuatan korupsi yang kemudian dengan cepat meminta untuk
menangkap dan mengadilinya atau memasukkannya ke dalam penjara.
Berkaitan dengan permaslahan korupsi dan demo, seperti yang tadi
telah disampaikan oleh ustaz Musthafa, bahwa jika kita menuduh orang
lain sebagai koruptor terhadap harta maka setiap diri kita adalah
seorang koruptor terhadap Allah subhanahu wata’ala, mengapa demikian?,
karena setiap waktu yang diberikan oleh Allah kepada kita sebagai
makhlukNya dalam kehiduapn ini, hanyalah untuk beribadah kepadaNya,
namun berapa banyak waktu yang telah kita lewatkan untuk hal-hal diluar
ibadah bahkan untuk bermaksiat kepada Allah subhanahu wata’ala, Allah
subhanahu wata’ala berfirman:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ ( الذاريات : 56 )
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” ( QS. Adz Dzaariyaat : 56 )
Bentuk ibadah kepada Allah subhanahu wata’ala tidaklah terbatas
dalam perbuatan tertentu saja namun begitu beragam dan sangat banyak
bentuknya, seperti berbudi pekerti yang baik kepada kedua orang tua,
kepada tetangga dan kerabat, kepada teman, serta kepada semua manusia
baik yang seagama atau yang berbeda agama dengannya, hal-hal demikian
yang harus kita lakukan dalam kehidupan kita, adapun lepas dari
perbuatan tersebut maka sungguh hal itu adalah termasuk ke dalam
perbuatan korupsi terhadap Allah subhanahu wata’ala.
Jika kita perbuat hal-hal yang diluar ibadah selama satu detik maka
berarti kita telah melakukan korupsi selama satu detik, jika selama satu
menit, maka kita telah melakukan korupsi selama satu menit, jika satu
hari maka kita telah melakukan korupsi selama satu hari, hukuman seorang
koruptor sehari di neraka bagaikan hukuman 100 tahun di dunia, maka
waspada dan berhati-hatilah akan hal ini. Dan janganlah begitu cepat
menggunjing orang yang berbuat korupsi karena bisa jadi kita juga
termasuk orang yang korupsi kepada Allah subhanahu wata’ala, dan juga
perbuatan menggunjing orang lain maka kita juga akan mendapat bagian
dari dosanya, selama kita bukanlah orang yang berhak untuk menyelesaikan
atau menangani perbuatan korupsi itu, maka janganlah kita ikut serta
menggunjing atau menghakimi mereka yang berbuat korupsi. Perbuatan
menggunjing sangat dilarang oleh agama Islam, sebagaima Allah subhanahu
wata’ala berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آَمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ
إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ
أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ
وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ ( الحجرات : 12 )
“Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah dari banyak prasangka,
sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kalian
mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kalian
menggunjing sebagian yang lain. Apakah salah seorang di antara kalian
suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kalian
merasa jijik terhadap hal itu. Dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” ( QS. Al
Hujurat : 12 ) Maka daripada menggunjing orang lain, lebih baik kita
gunakan lisan kita untuk berdzikir atau melakukan perbuatan baik dan
mulia untuk sesama. Tidak semua dari kita mampu dan bisa melakukan hal
itu, namun kita selalu berusaha untuk mencapainya, sebab usaha kita
untuk mencapai hal tersebut dilihat oleh Allah subhanahu wata’ala, dan
usaha untuk mencapai kebaikan adalah merupakan kebaikan.
Hadirin yang dimuliakan Allah Allah subhanahu wata’ala akan membantu
dalam setiap permasalahan atau kesulitan seorang hamba selama ia juga
mau membantu atas kesulitan-kesulitan saudaranya seiman. Terlebih lagi
jika seseorang memperhatikan permasalahan atau kesulitan sayyidina
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, satu-satunya hamba yang Allah
muliakan dengan kemuliaan Isra’ Mi’raj, makhluk yang paling ramah dan
paling lembut dan berkasih sayang ini mempunyai cita-cita dan
mengembankan tugas kepada kita ummat beliau shallallahu ‘alaihi
wasallam, agar kita melanjutkan dakwahnya dan menyampaikan kepada
manusia tentang beliau shallallahu ‘alaihi wasallam atau apa-apa yang
datang dari beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, sekecil apapun hal itu,
sebagaimana sabda beliau shallallahu ‘alaihi wasallam :
بَلِّغُوْا عَنِّيْ وَلَوْ آيَةً
“ Sampaikanlah tentangku (apa-apa yang datang dariku) walau hanya
satu ayat.” Al Imam Ibn Hajar Al Asqalani menjelaskan bahwa yang
dimaksud dengan satu ayat juga termasuk ke dalamnya meskipun satu
kalimat yang tersimpan di dalamnya ilmu, maka jika kita mampu untuk itu
lakukanlah dan jika kita belum mampu maka janganlah hanya berdiam diri
namun teruslah berdoa kepada Allah subhanahu wata’ala agar kita dapat
melakukannya.
Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقاً يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْماً, سَهّلَ اللّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقاً إلى الْجَنّةِ
“ Barangsiapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, Allah mudahkan
untuknya jalan menuju surga” Hadits diatas berhubungan dengan
pembahasan kitab Ar Risalah Al Jaami’ah, namun dalam kitab Ar Risalah Al
Jami’ah dengan konteks yang berbeda namun tidak berbeda makna, yaitu :
َمَنْ سَلَكَ طَرِيقاً يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْماً, سَلَّكَ اللّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقاً إلى الْجَنّةِ
““ Barangsiapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, Allah menuntunnya ke jalan menuju surga”
Kalimat “Man” dalam hadits diatas mencakup golongan manusia dan jin,
sehingga siapa pun dari golongan manusia atau jin yang menempuh jalan
dalam mencari ilmu, bahkan orang-orang yang tidak menuntut ilmu pun
namun mereka hanya berkecimpung dalam urusan atau perbuatan yang di
dalamnya ada majelis ilmu, maka Allah subhanahu wata’ala akan
menuntunnya ke jalan surga. Sebagaimana kita dalam penyelenggaraan
majelis ini, diantara mereka ada yang memasang umbul-umbul acara,
diantara mereka ada yang bertugas di bagian proyektor, diantara mereka
bertugas pada bagian sound system dan lainnya, maka mereka semua
termasuk ke dalam kelompok orang-orang yang menuntut ilmu yang akan
dituntun oleh Allah menuju ke jalan surga, begitu juga mereka yang
mewakafkan masjid ini, mereka yang memasang lampu-lampu ini dan lainnya,
kesemua dari mereka akan mendapatkan bagian untuk dituntun dan
dimudahkan jalannya menuju ke surga, dan terlebih lagi mereka yang hadir
untuk belajar atau mencari ilmu di tempat ini, sungguh mereka telah
diinginkan oleh Allah untuk dimudahkan jalan mereka menuju surga amin
allahumma amin. Sehingga orang-orang yang datang ke tempat-tempat
menuntut ilmu seperti di Tarim Hadramaut, maka mereka yang datang kesana
dimuliakan dan selalu didoakan dalam kebaikan, seperti seorang yang
membagikan kopi selesai majelis untuk orang-orang yang hadir majelis,
atau orang yang menyalakan wewangian atau pekerjaan yang lainnya mereka
semua didoakan dan dibacakan surat Al Fatihah untuk mereka, karena
mereka terikat atau bersama dengan orang-orang yang mencari ilmu, maka
mereka juga mendapat kemuliaan sebagaimana mereka yang mencari ilmu.
Hadirin yang dimuliakan Allah Maka anugerah yang sangat agung dari
Allah subhanahu wata’ala Yang telah menuntun kita kepada kemuliaan ini,
sungguh kedekatan seorang hamba kepada Allah subhanahu wata’ala jauh
lebih berharga dari seluruh kerajaan jagad raya ini. Disebutkan di dalam
kitab Qabas An Nuur Al Mubiin karangan guru mulia Al Musnid Al Habib
Umar bin Hafizh bahwa Al Imam Ghazali berkata : “Satu ucapan
“Subhanallah” dalam catatan amal seorang yang beriman lebih mulia dari
kerajaan yang diberikan kepada nabi Sulaiman bin Daud”. Karena kerajaan
yang diberikan kepada nabi Sulaiman bin Daud kesemuanya akan sirna dan
ditinggal wafat olehnya, sedangkan kalimat tasbih akan kekal dan abadi
hingga kelak di hari kiamat.
Sungguh satu kalimat dzikir kepada Allah akan abadi hingga kelak di
akhirat, jika engkau diberi oleh Allah seluruh kerajaan alam semesta,
apalagi jika hanya bumi yang hanya bagaikan butiran di tengah samudera
dibandingkan dengan palnet atau bintang-bintang yang diciptakan Allah di
alam semesta ini. Hingga saat ini tidak seorang ilmuwan pun yang mampu
menjawab berapa jumlah planet atau bintang yang ada. Galaksi Bima Sakti
memilki 200 milyar planet bahkan lebih, belum lagi galaksi-galaksi yang
lainnya, dimana dalam setiap galaksi terdapat milyaran planet, galaksi
adalah bungkusan atau gerombolan bintang-bintang, dan di langit
ditemukan milyaran galaksi, lantas berapa jumlah planet-planet yang
ada?!. Disebutkan ketika peristiwa Mi’raj ke langit, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam melihat sebuah danau atau telaga yang
sangat indah, yang dipenuhi dengan kubah-kubah mutiara, maka Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya kepada malaikat Jibril As akan
telaga itu, maka malaikat Jibril berkata bahwa itu adalah telaga Al
Kautsar yang diberikan oleh Allah subhanahu wata’ala untuk sayyidina
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, sebagaimana firman Allah
subhanahu wata’ala :
إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ ( الكوثر : 1 )
“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu “ Al Kautsar” (nikmat yang banyak).” ( QS. Al Kautsar : 1 )
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata bahwa telaga itu
sangat indah dan airnya sangat jernih dan bening, barangsiapa yang minum
darinya maka ia tidak akan merasakan haus selama-lamanya. Telaga Al
Kautsar milik sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, yang mana
jumlah cangkir yang ada disekitarnya lebih banyak dari jumlah
bintang-bintang di langit, kita dapat membayangkan bahwa jumlah
bintang-bintang di langit sangat banyak sehingga tidak seorang ilmuwan
pun yang dapat mengetahui jumlahnya, namun cangkir yang ada di sekitar
telaga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam lebih banyak jumlahnya
dari bintang-bintang yang ada di langit.
Hadirin yang dimuliakan Allah Dalam pembahasan tentang keluasan ilmu
yang ada di kota Tarim Hadramaut sehingga wilayah itu disebut dengan
kota Ulama’, hal ini menimbulkan banyak orang yang penasaran dan ingin
membuktikan kebenarannya, maka suatu waktu di zaman Al Imam Abdullah Al
Haddah datanglah seorang alim asal Baghdad dan ia mulai menuju kota
Tarim, dan setelah ia mulai memasuki beberapa langkah di kota Tarim,
tiba-tiba itu ketumpahan air dari atas kepalanya yang ternyata seorang
ibu yang tanpa sengaja membuang air dari rumahnya yang bertingkat
tinggi, maka orang alim asal Baghdad itu berkata berkata : “Wahai Ibu,
air yang engkau tumpahkan ini apakah air najis atau air suci?”, maka si
ibu menjawab : “air itu menjadi najis sebab pertanyaanmu?”. Orang itu
pun bingung, mengapa demikian?, iya karena hukum asal air adalah suci
dan tidak najis jika tidak berubah salah satu dari 3 sifatnya, maka air
itu adalah suci jika tidak diketahui adanya penyebab yang menjadikan air
itu najis yaitu berubahnya 3 sifat air, namun karena orang tersebut
bertanya dan ingin mengetahuinya maka air itu menjadi najis karena
memang air itu adalah air najis, seandainya orang tersebut tidak
bertanya maka hukum air itu tidak najis baginya, karena tidak tampak
baginya perubahan salah satu dari 3 sifat air dan tidak ada orang yang
memberitahunya bahwa air tersebut adalah najis, subhanallah ia baru tiba
di pintu gerbang Tarim namun ia telah menemukan hal yang menunjukkan
bahwa Tarim adalah Kota ilmu, ia baru bertemu dengan seorang wanita dan
belum lagi bertemu dengan para Ulama’nya. Dan Ulama’ di kota Tarim
sangat rendah hati, disana kita akan menemukan kerendahan hati dalam
tingkah laku dan budi pekerti mereka, sehingga saya belum menemukan
ulama’ yang mengamalkan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
penuh dengan kelembutan dan kasih sayang, penuh dengan perjuangan dan
semangat yang besar, namun pastinya tidak hanya di Tarim saja tentunya
di tempat-tempat lain juga banyak Ulama’ seperti mereka.
Salah satu dari guru saya, Al Habib Ali Al Masyhur bin Hafizh beliau
adalah mufti Tarim dan kakak guru mulia kita Al Habib Umar bin Muhammad
bin Hafizh. Dimana ketika itu masih zaman perang maka sangat sulit
untuk kita mendapatkan kendaraan, sehingga beliaulah yang datang kepada
kita dengan kendaraannya untuk mengajar kita. Ketika itu bulan Ramadhan,
dimana kebiasaan orang-orang disini mereka pada pulang kampung, namun
di Tarim pada bulan Ramadhan majelis ta’lim terus berjalan, bahkan di
sore hari Idul Fitri atau Idul Adha mereka tetap mengadakan ta’lim.
Kemudian Al Habib Ali Al Masyhur menentukan akan diadakan ta’lim di
bulan Ramadhan setiap jam 11.00 siang 12.30 yang kebetulan waktu zhuhur
ketika itu adalah jam 01.00 siang dan di waktu itu panas matahari sangat
terik yang panasnya bisa mencapai 45 Celcius, sehingga jika telur
mentah dipendam di dalam tanah maka setelah 10 menit telur itu menjadi
matang, disana ketika menjemur pakaian pun tidak berlalu waktu lama
pakaian telah kering, sangat berbeda dengan tempat kita yang terkadang
menjemur pakaian hingga 2 hari belum juga kering karena cuaca mendung.
Maka disaat itu Al Habib Ali Al Masyhur karena beliau memiliki mobil
pribadi maka beliau yang datang ke tempat kita para santri, bukan justru
kita yang datang ke tempat beliau. Di suatu hari kita para santri telah
berkumpul menunggu kedatangan beliau namun hingga jam 12.00 beliau
belum juga datang, yang akhirnya pada jam 12.30 beliau datang, dengan
wajah yang memerah dan penuh keringat beliau berkata : “Maafkan saya,
maafkan saya karena mobil saya rusak sehingga saya harus berjalan kaki”,
subhanallah. Beliau datang bukanlah untuk belajar akan tetapi untuk
mengajar, namun beliau rela berjalan kaki dengan jarak kurang lebih 2 Km
dan usia beliau yang sudah terbilang tua, padahal beliau bisa saja
menghubungi kami dan meminta supaya santri saja yang datang ke tempat
beliau sebab mobil beliau rusak, atau untuk saat itu ta’lim diliburkan
dulu atau yang lainnya. Namun beliau tidak melakukan hal tersebut,
demikian indahnya akhlak guru-guru kita para ahlul ilm, yang sanad
keguruan kita juga bersambung kepada mereka. Ilmu adalah cahaya yang
mana cahaya itu tampak dari ahli ilmu itu sendiri.
Di majelis yang lalu kita sampaikan bahwa para ahlul ma’rifah billah
derajat mereka lebih mulia dibandingkan dengan para ahli ilmu (ulama’),
sehingga satu rakaat dari shalatnya ahli ilmu seperti 1000 rakaat
shalatnya ahli ibadah, dan satu rakaat shalatnya ahli ma’rifah billah
bagaikan 1000 rakaat shalatnya ahli ilmu (ulama’). Mereka para ahlu
ma’rifah billah adalah orang-orang yang hati atau sanubari mereka
dianugerahi ilmu dan cahaya iman karena kesucian hati mereka. Suatu
ketika di saat ada seorang alim lewat, maka murid-muridnya meminta
orang-orang untuk menghindar dan memberi jalan untuk orang alim
tersebut, dan mereka berkata bahwa ia mampu mengeluarkan 1000 dalil dari
Al qur’an tentang adanya Allah subhanahu wata’ala, maka di saat itu ada
seorang ibu tua yang sedang menyapu yang kemudian ingin mengajukan
pertanyaan kepada orang alim tersebut, setelah dipersilahkan ibu itu
berkata : “ Apakah keberadaan Allah itu perlu dalil, sehingga engkau
mengeluarkan 1000 dalil dari Al qur’an, bukankah adanya alam semesta ini
sudah cukup sebagai bukti keberadaan Allah?!”, mendengar pertanyaan
tersebut orang alim itu terdiam, ia mengetahui bahwa wanita tersebut
adalah ahli ma’rifah billah yang memiliki pemahaman yang dalam tentang
Allah subhanahu wata’ala, dimana keyakinannya akan adanya Allah cukup
dengan dalil adanya alam semesta ini, subhanallah.
Kemudian dalam kelanjutan hadits di atas disebutkan bahwa tiadalah
orang-orang yang berkumpul di baitullah (masjid) dan mereka membaca dan
mempelajari Kitab Allah (Al qur’an), kecuali Allah melimpahkan
ketenangan atas mereka, dan mereka dinaungi dengan rahmat atau kasih
sayang Allah subhanahu wata’ala, serta mereka dikelilingi oleh para
malaikat, serta Allah subhanahu wata’ala mengingat dan menyebut mereka
diantara makhluk-makhlukNya yang shalih. Dan disebutkan di dalam Syarah
Shahih Muslim bahwa kalimat Baitullah (Masjid) dalam hadits di atas,
bahwa majelis ta’lim yang diadakan di tempat selain masjid juga termasuk
ke dalam cakupan hadits tersebut. Begitu juga mempelajari hadits-hadits
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga termasuk dalam mempelajari
Kitab Allah, karena hadits-hadits nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam adalah juga dari Allah subhanahu wata’ala, sebagaimana
firmanNya :
وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى ، إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَى ( النجم : 3- 4)
“Dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya,
Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya),” (
QS. An Najm : 3-4 )
Demikian penjelasan ringkas dari hadits riwayat Shahih Muslim, dan
juga sebagai syarah daripada pembahasan kitab Ar Risalah Al Jaami’ah,
insyallah pembahasan berikutnya kita lanjutkan di majelis yang akan
datang. Selanjutnya ada beberapa hal yang ingin saya sampaikan,
diantaranya yang berkaitan dengan gerakan helm, bahwa helm yang
disebarkan oleh Mejelis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan
logo majelis itu jauh lebih murah daripada helm yang beredar di pasaran
namun juga dengan standar SNI, maka yang belum mempunyai helm agar
segera menabung untuk membeli helm, hal ini untuk keamanan diri kita
sendiri serta ketertiban lalu lintas serta nama baik jamaah Majelis
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Kemudian hal berikutnya adalah berkaitan dengan majelis nisa’
(wanita) yang setelah dua minggu saya tutup, namun masukan-masukan yang
sampai dari kaum wanita baik melewati sms, email, surat dan lainnya,
mereka menginginkan agar majelis nisa dilanjutkan, maka mulai hari Ahad
yang akan datang majelis nisa diadakan kembali. Selanjutnya hal yang
perlu kita perjuangkan bersama dimana Majelis Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam ini semakin hari semakin meluas dan semakin besar juga
kebutuhan-kebutuhan dari berbagai macam bentuk, kebutuhan dana,
kebutuhan crew majelis, kebutuhan tempat dan lainnya, maka bagi yang
bisa membantu, di acara Isra’ Mi’raj ini kita mengadakan kegiatan Peduli
Isra’ Mi’raj, sedangkan pada beberapa event yang lalu kita banyak
dimanjakan oleh para aparat pemerintah atau para pejabat yaitu dengan
mendanai beberapa kebutuhan kita, namun sejak saat ini Majelis
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam harus mulai mandiri, dan saya
bukan sedih namun saya merasa bangga, dan saya tidak merasa putus asa
bahkan saya lebih bersemangat karena Allah subhanahu wata’ala ingin
majelis ini tegak dengan mandiri tanpa bantuan dari barat atau timur,
akan tetapi majelis ini akan tegak dengan nama Allah dan nama Muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam.
Maka dalam acara Isra’ Mi’raj ini kita mengadakan gerakan Peduli
Isra’ Mi’raj, bagi yang mempunyai kelebihan harta untuk rela
mengorbankannya dan membantu semampunya, baik dengan cara dititipkan ke
contac person, dengan dititipkan ke kordinator inti majelis, dengan cara
ditransfer ke rekening majelis atau dengan cara-cara yang lainnya. Kita
masih punya waktu beberapa hari lagi, semoga acara Isra’ Mi’raj kali
ini adalah acara yang terbesar dari yang telah lalu, amin allahumma
amin. Dan saya memohon beribu maaf kepada jama’ah yang telah mengundang
saya, namun saya berhalangan untuk hadir karena saya tidak mampu untuk
hadir, dan jika saya mampu untuk hadir Insyaallah saya akan hadir.
Semoga Allah subhanahu wata’ala melimpahkan ‘afiah yang berkelanjutan
zhahir dan bathin.
Kita bermunajat dan berdoa untuk diri kita, keluarga kita, bangsa
dan wilayah kita serta untuk semua muslimin di barat dan timur, semoga
Allah subhanahu wata’ala melimpahkan rahmat kepada kita semua, dan
memberikan kebahagiaan untuk kita di dunia dan akhirat.
فَقُوْلُوْا جَمِيْعًا ...
Ucapkanlah bersama-sama
َياالله...يَاالله...
ياَالله.. ياَرَحْمَن يَارَحِيْم ...لاَإلهَ إلَّاالله...لاَ إلهَ إلاَّ
اللهُ اْلعَظِيْمُ الْحَلِيْمُ...لاَ إِلهَ إِلَّا الله رَبُّ اْلعَرْشِ
اْلعَظِيْمِ...لاَ إِلهَ إلَّا اللهُ رَبُّ السَّموَاتِ وَرَبُّ الْأَرْضِ
وَرَبُّ اْلعَرْشِ اْلكَرِيْمِ...مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ،كَلِمَةٌ حَقٌّ عَلَيْهَا نَحْيَا وَعَلَيْهَا نَمُوتُ
وَعَلَيْهَا نُبْعَثُ إِنْ شَاءَ اللهُ تَعَالَى مِنَ اْلأمِنِيْنَ. |
|
|
|
|
|
|
0 komentar:
Posting Komentar