Pendapat Para Imam dan Muhaddits Tentang Perayaan Maulid
1. Berkata Imam Al Hafidh Ibn Hajar Al Asqalaniy rahimahullah :
Telah jelas dan kuat riwayat yang sampai padaku dari shahihain bahwa
Nabi saw datang ke Madinah dan bertemu dengan Yahudi yang berpuasa hari
asyura (10 Muharram), maka Rasul saw bertanya maka mereka berkata :
"hari ini hari ditenggelamkannya Fir'aun dan Allah menyelamatkan Musa,
maka kami berpuasa sebagai tanda syukur pada Allah swt, maka bersabda
Rasul saw : "Kita lebih berhak atas Musa as dari kalian", maka
diambillah darinya perbuatan bersyukur atas anugerah yang diberikan pada
suatu hari tertentu setiap tahunnya, dan syukur kepada Allah bisa
didapatkan dengan pelbagai cara, seperti sujud syukur, puasa, shadaqah,
membaca Alqur'an, maka nikmat apalagi yang melebihi kebangkitan Nabi
ini?, telah berfirman Allah swt "SUNGGUH ALLAH TELAH MEMBERIKAN ANUGERAH
PADA ORANG-ORANG MUKMININ KETIKA DIBANGKITKANNYA RASUL DARI MEREKA" (QS
Al Imran 164)
2. Pendapat Imam Al Hafidh Jalaluddin Assuyuthi rahimahullah :
Telah jelas padaku bahwa telah muncul riwayat Baihaqi bahwa Rasul saw
ber akikah untuk dirinya setelah beliau saw menjadi Nabi
(Ahaditsulmukhtarah hadis no.1832 dengan sanad shahih dan Sunan Imam
Baihaqi Alkubra Juz 9 hal.300, dan telah diriwayatkan bahwa telah ber
Akikah untuknya kakeknya Abdulmuttalib saat usia beliau saw 7 tahun, dan
akikah tak mungkin diperbuat dua kali, maka jelaslah bahwa akikah
beliau saw yang kedua atas dirinya adalah sebagai tanda syukur beliau
saw kepada Allah swt yang telah membangkitkan beliau saw sebagai
Rahmatan lil'aalamiin dan membawa Syariah untuk ummatnya, maka sebaiknya
bagi kita juga untuk menunjukkan tasyakkuran dengan Maulid beliau saw
dengan mengumpulkan teman-teman dan saudara-saudara, menjamu dengan
makanan-makanan dan yang serupa itu untuk mendekatkan diri kepada Allah
dan kebahagiaan. Bahkan Imam Assuyuthiy mengarang sebuah buku khusus
mengenai perayaan maulid dengan nama : "Husnulmaqshad fii
'amalilmaulid".
3. Pendapat Imam Al hafidh Abu Syaamah rahimahullah (Guru imam Nawawi) :
Merupakan Bid'ah hasanah yang mulia dizaman kita ini adalah perbuatan
yang diperbuat setiap tahunnya di hari kelahiran Rasul saw dengan banyak
bersedekah, dan kegembiraan, menjamu para fuqara, seraya menjadikan hal
itu memuliakan Rasul saw dan membangkitkan rasa cinta pada beliau saw,
dan bersyukur kepada Allah dengan kelahiran Nabi saw.
4. Pendapat Imamul Qurra' Alhafidh Syamsuddin Aljazriy rahimahullah dalam kitabnya 'Urif bitta'rif Maulidissyariif :
Telah diriwayatkan Abu Lahab diperlihatkan dalam mimpi dan ditanya apa
keadaanmu?, ia menjawab : "di neraka, tapi aku mendapat keringanan
setiap malam senin, itu semua sebab aku membebaskan budakku Tsuwaibah
demi kegembiraanku atas kelahiran Nabi (saw) dan karena Tsuwaibah
menyusuinya (saw)" (shahih Bukhari hadits no.4813). maka apabila Abu
Lahab Kafir yg Alqur'an turun mengatakannya di neraka mendapat
keringanan sebab ia gembira dengan kelahiran Nabi saw, maka bagaimana dg
muslim ummat Muhammad saw yang gembira atas kelahiran Nabi saw?, maka
demi usiaku, sungguh balasan dari Tuhan Yang Maha Pemurah
sungguh-sungguh ia akan dimasukkan ke sorga kenikmatan Nya dengan sebab
anugerah Nya.
5. Pendapat Imam Al Hafidh Syamsuddin bin Nashiruddin Addimasyqiy dalam kitabnya Mauridusshaadiy fii maulidil Haadiy :
Serupa dengan ucapan Imamul Qurra' Alhafidh Syamsuddin Aljuzri, yaitu menukil hadits Abu Lahab.
6. Pendapat Imam Al Hafidh Assakhawiy dalam kitab Sirah Al Halabiyah
berkata "tidak dilaksanakan maulid oleh salaf hingga abad ke tiga, tapi
dilaksanakan setelahnya, dan tetap melaksanakannya umat islam di
seluruh pelosok dunia dan bersedekah pada malamnya dengan berbagai
macam sedekah dan memperhatikan pembacaan maulid, dan berlimpah terhadap
mereka keberkahan yang sangat besar".
7. Imam Al hafidh Ibn Abidin rahimahullah
dalam syarahnya maulid ibn hajar berkata : "ketahuilah salah satu
bid'ah hasanah adalah pelaksanaan maulid di bulan kelahiran nabi saw"
8. Imam Al Hafidh Ibnul Jauzi rahimahullah
dengan karangan maulidnya yang terkenal "al aruus" juga beliau berkata
tentang pembacaan maulid, "Sesungguhnya membawa keselamatan tahun itu,
dan berita gembira dengan tercapai semua maksud dan keinginan bagi siapa
yang membacanya serta merayakannya".
9. Imam Al Hafidh Al Qasthalaniy rahimahullah
dalam kitabnya Al Mawahibulladunniyyah juz 1 hal 148 cetakan al maktab
al islami berkata: "Maka Allah akan menurukan rahmat Nya kepada orang
yang menjadikan hari kelahiran Nabi saw sebagai hari besar".
10. Imam Al hafidh Al Muhaddis Abulkhattab Umar bin Ali bin Muhammad yang terkenal dengan Ibn Dihyah alkalbi
dengan karangan maulidnya yg bernama "Attanwir fi maulid basyir an nadzir".
11. Imam Al Hafidh Al Muhaddits Syamsuddin Muhammad bin Abdullah Aljuzri
dengan maulidnya "urfu at ta'rif bi maulid assyarif"
12. Imam al Hafidh Ibn Katsir
yang karangan kitab maulidnya dikenal dengan nama : "maulid ibn katsir"
13. Imam Al Hafidh Al 'Iraqy
dengan maulidnya "maurid al hana fi maulid assana"
14. Imam Al Hafidh Nasruddin Addimasyqiy
telah mengarang beberapa maulid : Jaami' al astar fi maulid nabi al
mukhtar 3 jilid, Al lafad arra'iq fi maulid khair al khalaiq, Maurud
asshadi fi maulid al hadi.
15. Imam assyakhawiy
dengan maulidnya al fajr al ulwi fi maulid an nabawi
16. Al allamah al faqih Ali zainal Abidin As syamhudi
dengan maulidnya al mawarid al haniah fi maulid khairil bariyyah
17. Al Imam Hafidz Wajihuddin Abdurrahman bin Ali bin Muhammad As syaibaniy yang terkenal dengan ibn diba'
dengan maulidnya addiba'i
18. Imam ibn hajar al haitsami
dengan maulidnya itmam anni'mah alal alam bi maulid sayid waladu adam
19. Imam Ibrahim Baajuri
mengarang hasiah atas maulid ibn hajar dengan nama tuhfa al basyar ala maulid ibn hajar
20. Al Allamah Ali Al Qari'
dengan maulidnya maurud arrowi fi maulid nabawi
21. Al Allamah al Muhaddits Ja'far bin Hasan Al barzanji
dengan maulidnya yang terkenal maulid barzanji
23. Al Imam Al Muhaddis Muhammad bin Jakfar al Kattani
dengan maulid Al yaman wal is'ad bi maulid khair al ibad
Namun memang setiap kebaikan dan kebangkitan semangat muslimin
mestilah ada yg menentangnya, dan hal yg lebih menyakitkan adalah justru
penentangan itu bukan dari kalangan kuffar, tapi dari kalangan muslimin
sendiri, mereka tak suka Nabi saw dicintai dan dimuliakan, padahal para
sahabat radhiyallahu'anhum sangat memuliakan Nabi saw, Setelah Rasul
saw wafat maka Asma binti Abubakar shiddiq ra menjadikan baju beliau saw
sebagai pengobatan, bila ada yg sakit maka ia mencelupkan baju Rasul
saw itu di air lalu air itu diminumkan pada yg sakit (shahih Muslim
hadits no.2069).
seorang sahabat meminta Rasul saw shalat dirumahnya agar kemudian ia
akan menjadikan bekas tempat shalat beliau saw itu mushollah dirumahnya,
maka Rasul saw datang kerumah orang itu dan bertanya : "dimana tempat
yg kau inginkan aku shalat?". Demikian para sahabat bertabarruk dengan
bekas tempat shalatnya Rasul saw hingga dijadikan musholla (Shahih
Bukhari hadits no.1130). Sayyidina Umar bin Khattab ra ketika ia telah
dihadapan sakratulmaut, Yaitu sebuah serangan pedang yg merobek perutnya
dengan luka yg sangat lebar, beliau tersungkur roboh dan mulai
tersengal sengal beliau berkata kepada putranya (Abdullah bin Umar ra),
"Pergilah pada ummulmukminin, katakan padanya aku berkirim salam hormat
padanya, dan kalau diperbolehkan aku ingin dimakamkan disebelah Makam
Rasul saw dan Abubakar ra", maka ketika Ummulmukminin telah
mengizinkannya maka berkatalah Umar ra : "Tidak ada yang lebih
kupentingkan daripada mendapat tempat di pembaringan itu" (dimakamkan
disamping makam Rasul saw" (Shahih Bukhari hadits no.1328). Dihadapan
Umar bin Khattab ra Kuburan Nabi saw mempunyai arti yg sangat Agung,
hingga kuburannya pun ingin disebelah kuburan Nabi saw, bahkan ia
berkata : "Tidak ada yang lebih kupentingkan daripada mendapat tempat di
pembaringan itu".
Dan masih banyak riwayat shahih lainnya tentang takdhim dan
pengagungan sahabat pada Rasulullah saw, namun justru hal itu ditentang
oleh kelompok baru di akhir zaman ini, mereka menganggap hal hal semacam
itu adalah kultus, ini hanya sebab kedangkalan pemahaman syariah
mereka, dan kebutaan atas ilmu kemurnian tauhid. Maka marilah kita
sambut kedatangan Bulan Kebangkitan Cinta Muslimin pada Nabi saw ini
dengan semangat juang untuk turut berperan serta dalam Panji Dakwah,
jadikan medan ini benar benar sebagai ajang perjuangan kita untuk
menerangi wilayah kita, masyarakat kita, masjid kita, musholla kita,
rumah rumah kita, dengan cahaya Kebangkitan Sunnah, Cahaya Semangat
Hijrah, kemuliaan kelahiran Nabi saw yg mengawali seluruh kemuliaan
islam, dan wafatnya Nabi saw yg mengawali semangat pertama setelah
wafatnya beliau saw.
Saudara saudarku, kelompok anti maulid semakin gencar berusaha
menghalangi tegaknya panji dakwah, maka kalian jangan mundur dan berdiam
diri, bela Nabimu saw, bela idolamu saw, tunjukkan akidah sucimu dan
semangat juangmu, bukan hanya mereka yg memiliki semangat juang dan
mengotori masji masjid ahlussunnah dengan pencacian dg memfitnah kita
adalah kaum musyrik karena mengkultuskan Nabi,
Saudaraku bangkitlah, karena bila kau berdiam diri maka kau turut
bertanggung jawab pula atas kesesatan mereka, padahal mereka saudara
saudara kita, mereka teman kita, mereka keluarga kita, maka bangkitlah
untuk memperbaiki keadaan mereka, bukan dengan pedang dan pertikaian,
sungguh kekerasan hanya akan membuka fitnah lebih besar, namun dg
semangat dan gigih untuk menegakkan kebenaran, mengobati fitnah yg
merasuki muslimin muslimat..
Nah saudara saudaraku, para pembela Rasulullah saw.. jadikan 12
Rabiul awwal adalah sumpah setiamu pada Nabimu Muhammad saw, Sumpah
Cintamu pada Rasulullah saw, dan Sumpah Pembelaanmu pada Habibullah
Muhammad saw.
|
Terakhir Diperbaharui ( Thursday, 27 March 2008 )
|
|
|
|
|
|
|
0 komentar:
Posting Komentar