Penjelasan Kitab Arrisalatul Jami'ah Bagian 8
Makna Kalimat اَلْحَمْدُلله
Senin, 4 Febuari 2013
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
فَحَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ
اْلجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ
اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا
لَبَّيْكَ يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبـَارَكَ
عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِي جَمَعَنَا فِي هَذَا
الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَفِي الْجَلْسَةِ الْعَظِيْمَةِ نَوَّرَ اللهُ
قُلُوْبَنَا وَإِيَّاكُمْ بِنُوْرِ مَحَبَّةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ
وَخِدْمَةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَاْلعَمَلِ بِشَرِيْعَةِ وَسُنَّةِ
رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Luhur, dan
semoga selalu menerangi sanubari kita dengan cahaya cinta dan rindu
kepada-Nya dan kepada nabi-Nya, dan semoga kita selalu diberi kesempatan
untuk berjumpa dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam
tidur atau jaga kita di dunia dan di akhirat, dan semoga setiap kita
telah ditentukan oleh Allah subhanahu wata’ala untuk dikabulkan
hajat-hajatnya di dunia dan akhirat, diterangi dengan cahaya cinta
Rabbul ‘alamin, diterangi dengan cahaya pengampunan Allah subhanahu
wata’ala, diterangi dengan cahaya kebahagiaan zhahir dan bathin di dunia
dan akhirat, demikian anugerah luhur yang sangat diharapkan dan
didambakan, akan tetapi hal itu berhak diminta kepada Yang Maha Memiliki
segalanya, kepada Yang Maha Mengatur segalanya, kepada Yang Maha
Mencipta segalanya, kepada Yang telah menghamparkan alam semesta dari
tiada, Yang mewujudkan kita di permukaan bumi sebagai hamba-Nya, dan
telah diizinkan untuk masuk ke dalam benteng-Nya, sebagaimana firman-Nya
dalam hadits qudsi :
لَا إِلهَ إِلّا الله حِصْنِيْ فَمَنْ قَالَهَا دَخَلَ حِصْنِيْ وَمَنْ دَخَلَ حِصْنِيْ أَمِنَ مِنْ عَذَابِيْ
“ Laa ilaaha illallah adalah benteng-Ku (Allah), barangsiapa
yang membacanya maka ia telah masuk ke dalam benteng-Ku, dan barangsiapa
yang telah masuk ke dalam benteng-Ku sungguh ia telah aman dari
siksa-Ku”.
Hadits qudsi tersebut juga diperkuat dengan hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam riwayat Shahih Al Bukhari :
مَنْ قَالَ لَا إِلهَ إِلّا الله خَالِصًا مِنْ قَلْبِهِ دَخَلَ الْجَنَّةَ
“ Barangsiapa yang mengucapkan “Laa ilaaha Illallah” murni (iklhas) dari hatinya maka ia masuk surga”
Dan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam riwayat Shahih Al Bukhari:
مَن اغْبرَّتْ قَدمَاهُ في سَبِيْلِ اللَّهِ حَرَّمَهُمَا اللَّهُ عَلى النَّارِ
“ Barangsiapa yang kedua kakinya terkena debu di jalan Allah, maka Allah haramkan darinya api neraka”
Hadirin yang dimuliakan Allah
Di malam ini kita masih akan menimba dan mendalami kemuliaan makna kalimat “Al Hamdu Lillah”,
pujian kepada Allah subhanahu wata’ala yang mana dengan memuji-Nya kita
dicintai-Nya dan dihapuskan dosa-dosa dari kita. Puijian kepada Allah
dengan kalimat “ Al Hamdu Lillah”, atau kalimat “Subhanallah” atau dengan memadukan keduanya “Subhaanallah Wabihamdih”
atau yang lainnya. Kalimat Tasbih (Subhanallah) dan Tahmid (Alhamdu
Lillah) memiliki makna yang sama yaitu mengagungkan dan memuji Allah
subhanahu wata’ala. Mensucikan nama Allah dengan mengucap kalimat “Subhanallah” adalah bagian dari pujian kepada Allah subhanhahu wata’ala dan bagian dari ucapan “Alhamdulillah”.
Begitu juga seluruh perbuatan tasyakuran merupakan bagian dari pujian
kepada Allah subhanahu wata’ala atas kenikmatan yang dilimpahkan kepada
kita, Sujud syukur merupakan bagian daripada memuji Allah subhanahu
wata’ala. Maka segala macam perbuatan syukur adalah merupakan pujian
kepada Allah subhanahu wata’ala. Dan Allah subhanahu wata’ala
melipatgandakan kenikmatan bagi hamba yang memuji-Nya dan bersyukur atas
nikmat yang diberikan kepadanya, sebagaimana firman-Nya :
لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ (إبراهيم : 7 )
“Sesungguhnya jika kalian bersyukur, pasti Kami akan menambah
(nikmat) bagi kalian, dan jika kalian mengingkari (nikmat-Ku), maka
sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". ( QS. Ibrahim : 7 )
Allah subhanahu wata’ala berjanji akan melipatgandakan kenikmatan
untuk hamba jika ia bersyukur. Adapun ungkapan syukur yaitu dengan
memuji Allah subhanahu wata’ala baik berupa perbuatan, ucapan atau
dengan sanubari maka kesemua itu adalah termasuk ke dalam makna kalimat
luhur “Alhamdulillah”. Semoga kita semua di malam hari ini yang telah Allah masukkan ke dalam samudera “Alhamdulillah”,
Allah subhanahu wata’ala melipatgandakan kenikmatan bagi kita dan
menjauhkan segala musibah dari kita zhahir dan bathin di dunia dan di
akhirat. Allah subhanahu wata’ala berfirman :
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا
الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ ( المجادلة : 11 )
“ (Niscaya) Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antara kalian dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. ( QS : Al
Mujadilah)
Sayyidina Abdullah bin Abbas Ra dalam menjelaskan makna ayat ini
beliau berkata bahwa orang yang beriman dan yang memiliki atau menuntut
ilmu akan ditinggikan derajatnya 700 derajat, dimana dalam setiap
derajatnya sejauh 300 tahun perjalanan. Maka selayaknyalah bagi kita
untuk senantiasa memperdalam ilmu, karena semakin dalam ilmu pengetahuan
kita maka akan semakin memahami kemuliaan rahasia-rahasia pujian kepada
Allah subhanahu wata’ala. Maka menjauhi dan meninggalkan perbuatan
maksiat adalah merupakan bagian dari makna kalimat “Alhamdulillah”,
menyesali atas perbuatan-perbuatan dosa adalah merupakan bagian dari
kalimat Alhamdulillah, menyesali setiap kesalahan yang telah lalu serta
ingin memperbaiki diri juga merupakan bagian dari makna kalimat “Alhamdulillah”, maka semua perbuatan luhur berpadu dalam samudera “Alhamdulillah”.
Sebagaimana yang telah kita bahas di majelis yang lalu bahwa ketika
kalimat luhur ini diucapkan maka hal itu akan memenuhi timbangan amal
baik seseorang. Oleh karena itu setiap kalimat yang mengandung pujian
kepada Allah subhanahu wata’ala yang diantaranya adalah kalimat tasbih “Subhaanallah”,
adalah merupakan pujian kepada Allah subhanahu wata’ala karena ucapan
tasbih adalah mensucikan Allah subhanahu wata’ala. Allah subhanahu
wata’ala Maha Suci dan tidak butuh untuk disucikan, namun dengan kita
mensucikan nama Allah subhanahu wata’ala maka Allah akan mensucikan
kita, menjauhkan kita dari musibah dan menggantikan musibah yang akan
datang dengan anugerah kenikmatan, Allah akan melimpahkan rizki yang
luas kepada kita. Disebutkan dalam kitab Adab Al Mufrad oleh Al Imam Al
Bukhari dimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda bahwa
nabiyullah Nuh As berwasiat kepada putra-putranya, dimana diantara
mereka ada yang beriman dan ada yang tidak beriman. Maka ketika akan
wafat, nabiyullah Nuh As berwasiat kepada putra-putranya yang beriman
dengan 2 kalimat yang pertama kalimat “Laa ilaaha Illallah”,
karena kalimat luhur itu jika ditimbang dengan seluruh alam semesta
niscaya kalimat itu akan lebih berat dari semua alam semesta, dan yang
kedua adalah kalimat “Subhaanallah wabihamdihi”, karena kalimat
luhur itu adalah merupakan shalatnya seluruh makhluk Allah subhanahu
wata’ala, dan dari kalimat tersebut Allah subhanahu wata’ala melimpahkan
rizki bagi seluruh makhluk-Nya, rizeki untuk seluruh makhluk-nya
ditumpahruahkan dari rahasia pujian kepada Allah subhanahu wata’ala. Dan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda riwayat Shahih Muslim:
إِنَّ أَحَبَّ الْكَلاَمِ إِلَى اللهِ تَعَالَى سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ
“ Sesungguhnya ucapan yang paling disenangi oleh Allah subhanahu wata’ala adalah Subhaanallahi Wabihamdih”
Kalimat inilah yang paling disukai oleh Allah subhanahu wata’ala yang mana juga merupakan bagian dari kalimat “Alhamdulillah”.
Maka orang-orang yang mengamalkannya, Allah akan memberikan kepadanya
hal-hal yang ia inginkan, menjadikan cerah hati dan wajahnya, menjadikan
cerah kehidupannya di dunia, wafatnya dan kebangkitannya kelak di
akhirat, sebab ia telah menyukai kalimat yang disukai Allah subhanahu
wata’ala, sehingga Allah subhanahu wata’ala memberikan kepadanya hal-hal
yang ia sukai. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam riwayat Shahih Al Bukhari :
كَلِمَتانِ خَفِيفَتَانِ عَلَى اللِّسَانِ ، ثَقِيلَتَانِ فِي المِيزَانِ
حَبِيْبَتَانِ إلى الرَّحمَن : سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ سُبْحَانَ
الله العَظِيم
“ Dua kalimat yang ringan di lisan (diucapkan), berat di
timbangan (amal baik), disenangi Allah adalah : Subhaanallah
Wabihamdihi, Subhaanallah Al ‘Azhim”
Kita perhatikan rahasia kemuliaan di dalam shalat, ketika ruku’ mengucapkan “Subhana rabbiya al ‘azhiim wabihamdihi”, dan ketika sujud mengucapkan “Subhaana rabbiya al a’laa wabihamdihi”.
Maka kalimat tasbih dan kalimat tahmid tidak lepas dari ruku’ dan
sujud ketika shalat, yang merupakan ibadah yang paling luhur. Dan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda riwayat Shahih Muslim :
أقْرَبُ ما يَكُونُ العبدُ مِنْ ربِّه وهُوَ سَاجِدٌ
“ Keadaan hamba paling dekat dengan Tuhannya (Allah) adalah ketika ia bersujud”
صَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُوْنِيْ أُصَلِّي
“ Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat”
Adapun bacaan yang beliau shallallahu ‘alaihi wasallam ajarkan kepada dalam bersujud adalah bacaan “Subhaana rabbiya al a’laa wabihamdihi”.
Dan tentang kalimat ini telah ditanyakan oleh Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam kepada malaikat Jibril As, dan dijelaskan oleh Al Imam
Qurthubi di dalam tafsirnya dengan riwayat yang tsiqah, bahwa malaikat
Jibril As berkata kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
barangsiapa yang bersujud dan mengucapkan “Subhaana rabbiya al a’laa wabihamdihi”, maka Allah subhanahu wata’ala menjawab :
صَدَقَ عَبْدِيْ أَنَا فَوْقَ كُلِّ شَيْئٍ وَلَيْسَ فَوْقِيْ شَيْئٌ ،
أَشْهِدُوْا يَا مَلاَئِكَتِيْ أَنِّي قَدْ غَفَرْتُ لَهُ وَأَدْخَلْتُهُ
الْجَنَّةَ
“ Benar (apa yang diucapkan) hamba-Ku, Aku (kekuasaan,
kekuatan, kemuliaa, keluhuran Allah) diatas segala sesuatu, dan tidak
ada sesuatu diatas-Ku (tidak ada sesuatu apapun yang mampu menandingin
kekuasaan, kekuatan, keluhuran atau keagungan Allah)”,
Inilah diantara rahasia kemuliaan dari kalimat luhur “Subhaana rabbiya al a’laa wabihamdihi” di dalam sujud, dan merupakan bagian dari kemuliaan kalimat “Alhamdulillah”. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda riwayat Shahih Al Bukhari:
مَنْ قَالَ سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحْمْدِهِ فِي اليَوْم مِائَةَ مَرَّةٍ حُطَّتْ خَطَايَاهُ وإنْ كَانَتْ مِثْلَ زَبَدِ البَحْرِ
“ Barangsiapa yang mengucapkan “Subhaanallah Wabihamdih” dalam
sehari sebanyak 100 kali, maka dosa-dosanya akan dihapus (oleh Allah)
walaupun seperti buih di lautan”
Demikian agungnya rahasia kemuliaan rabbul ‘alamin yang dilimpahkan kepada kita di dalam samudera kalimat “Alhamdulillah”,
yang merupakan kalimat yang sangat singkat namun tersimpan di dalamnya
rahasia-rahasia yang agung zhahir dan bathin di dunia dan di akhirat,
penuntun kepada kesucian serta menjadi modal besar untuk mencapai
keridhaan dan cinta Allah subhanahu wata’ala.
Hadirin yang dimuliakan Allah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah menjelaskan kepada kita, dengan sabda beliau shallallahu ‘alaihi wasallam:
مَنْ لم يَشْكُرِ النَّاسَ لَمْ يَشْكُرِ اللَّهَ
“Barangsiapa yang tidak bersyukur (berterima kasih) kepada manusia, maka ia tidak/belum bersyukur kepada Allah”
Maka jangan samapi kita memuji Allah subhanahu wata’ala namun
melupakan makhluk-Nya. Karena belumlah bersyukur secara sempurna
seorang hamba kepada Allah subhanahu wata’ala, jika mereka belum
berterima kasih kepada manusia. Terdapan belasan riwayat dalam hadits
ini,, yang diantaranya diriwayatkan oleh Al Imam Thabrani dan lainnya
dengan makna yang sama yaitu belumlah sempurna syukur seorang hamba
kepada Allah jika ia belum bersyukur (berterima kasih) kepada manusia.
Maka jelaslah dari makna hadits ini bahwa pujian kepada manusia
adalah bagian dari rasa syukur kepada Allah subhanahu wata’ala, bagian
dari pujian kepada Allah subhanahu wata’ala. Sehingga memuji kepada
hamba-hamba Allah yang mulia dan shalih yang menjadi pengantar menuju
kenikmatan yang Allah berikan kepada seseorang adalah bagian dari syukur
kepada Allah subhanahu wata’ala. Maka belum sempurna syukur dan pujian
kita kepada Allah subhanahu wata’ala, walaupun dengan ribuan tahun
beribadah, sebelum kita berbakti kepada kedua orang tua kita, karena
merekalah yang menjadi perantara bagi kehiduapan kita. Sehingga belum
sempurna kita memuji Allah subhanahu wat’ala, jika kita belum berterima
kasih kepada makhluk yang menjadi perantara dan mengantar kita kepada
keridhaan Allah subhanahu wata’ala, sayyidina Muhammad shallallahu
‘alaihi wasallam.
Maka semoga Allah subhanahu wata’ala memberi hidayah orang-orang yang
berpendapat bahwa pujian kepada makhluk adalah perbuatan syirik dan
kultus. Sungguh hal ini justru memutuskan makna syukur kepada Allah
subhanahu wata’ala, dengan dalil yang jelas riwayat Shahih Al Bukhari
dimana ketika orang-orang quraisy mencaci beliau shallallahu ‘alaihi
wasallam, sehingga membuat para shahabat merasa sedih, kemudian beliau
shallallahu ‘alaihi wasallam berkata bahwa mereka (kuffar quraisy) telah
menamakan beliau مذمم : Mudzammam (yang banyak dicaci atau dicela), namun namaku adalah محمد : Muhammad ( yang banyak dipuji ).
Demikianlah hamba yang paling banyak dipuji dan paling berhak dipuji dan paling terpuji yaitu makna dari kalimat “Muhammad”.
Maka kalimat ini menjadi dalil yang shahih dan jelas bahwa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam sendiri yang memperbolehkan kita ummatnya
untuk memuji beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, sehingga beliau
shallallahu ‘alaihi wasallam telah diberi nama “Muhammad” yaitu
orang yang banyak dipuji oleh seluruh makhluk dan banyak dipuji oleh
pencipta seluruh makhluk, Allah subhanahu wata’ala. Maka pujian kepada
beliau shallallahu ‘alaihi wasallam adalah bentuk daripada kesempurnaan
syukur kepada Allah subhanahu wata’ala. Maka terputuslah rahasia makna “Alhamdulillah”
dan kemuliaannya tanpa kita mencintai sayyidina Muhammad shallallahu
‘alaihi wasallam. Sebagaimana sabda beliau shallall ahu ‘alaihi wasallam
:
لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حتى أَكُونَ أَحَبَّ إليه مِنْ وَلَدِه وَوَالِدِه وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ
“ Tidak beriman (dengan iman yang sempurna) salah seorang
diantara kalian, hingga aku lebih dicintainya daripada anaknya dan kedua
orang tuanya, serta dari semua manusia”
Maka kesempurnaan iman seseorang adalah dengan melebihkan sang nabi
untuk dicintai dari seluruh makhluk Allah subhanahu wata’ala. Sampai
disini sedikit telah kita fahami rahasia samudera kemuliaan kalimat “Alhamdulillah”
dari kitab Ar Risaalah Al Jaamiah yang ditulis oleh Hujjatul Islam
wabarakatul anam Al Imam Muhammad bin Zen Al Habsyi Ar, yang dikatakan
oleh gurunya yaitu Hujjatul Islam Al Imam Abdullah bin ‘Alawy Al Haddad
sahib Ar Raatib Ar, beliau berkata bahwa salah satu muridnya yang sampai
derajat ilmu syariatnya kepada Al Imam As Syafii adalah Al Imam Ahmad
bin Zen Al Habsyi. Begitu juga rahasia kemuliaan sanad keguruan adalah
merupakan wujud syukur kepada Allah subhanahu wata’ala, dan agar
sempurna syukur kita kepada Allah subhanahu wata’ala maka selayaknya
kita berpegang kepada tuntunan guru-guru kita sehingga rantai yang
tersambung kepada guru-guru mereka sampai kepada pemimpin para guru,
sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, menjadi rantai kokoh
yang tidak akan dapat diputus.
Hujjatul islam Al Imam Abdullah bin ‘Alawy Al Haddad, beliau berkata : “Walaupun mereka mengecewakan kami, kami tidak akan mengecewakan mereka”,
demikian perkataan beliau kepada murid-muridnya dan kepada ummat ini,
jika demikian mulia akhlak Al Imam Abdullah bin ‘Alawy Al Haddad maka
terlebih lagi sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang telah
digelari oleh Allah subhanahu wata’ala sebagai Rauuf Rahiim (Yang
berlemah lembut dan berkasih sayang) kepada hamba-hamba yang beriman,
sebagaimana firman-Nya :
لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا
عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ ( التوبة :
128 )
“Sesungguhnya telah datang kepada kalian seorang rasul dari
kalian sendiri, yang teras berat terasa baginya penderitaan kalian,
sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagi kalian, sangat
berlemah lembut dan penyayang terhadap orang-orang mukmin”. ( QS : At
Taubah : 128 )
Selanjutnya kita bermunajat kepada Allah subhanahu wata’ala, semoga
Allah mencukupkan musibah dari kita zhahir dan bathin, dari wilayah
kita, bangsa kita, serta seluruh wilayah muslimin muslimat di barat dan
timur, semoga Allah subhanahu wata’ala mengangkat segala penyakit yang
menimpa kita dan semua saudara kita zhahir dan bathin, allahumma amin.
فَقُوْلُوْا جَمِيْعًا ...
Ucapkanlah bersama-sama
يَا الله...يَا الله... ياَ الله.. ياَرَحْمَن يَارَحِيْم ...لاَإلهَ
إلَّاالله...لاَ إلهَ إلاَّ اللهُ اْلعَظِيْمُ الْحَلِيْمُ...لاَ إِلهَ
إِلَّا الله رَبُّ اْلعَرْشِ اْلعَظِيْمِ...لاَ إِلهَ إلَّا اللهُ رَبُّ
السَّموَاتِ وَرَبُّ الْأَرْضِ وَرَبُّ اْلعَرْشِ اْلكَرِيْمِ...مُحَمَّدٌ
رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ،كَلِمَةٌ حَقٌّ عَلَيْهَا
نَحْيَا وَعَلَيْهَا نَمُوتُ وَعَلَيْهَا نُبْعَثُ إِنْ شَاءَ اللهُ
تَعَالَى مِنَ اْلأمِنِيْنَ.
|
0 komentar:
Posting Komentar