Sabtu, 14 September 2013

DEFINISI AHLUS SUNNAH


Al-lmam Ibnu Hazm رحمه الله berkata, "Ahlus Sunnah yang kami sebutkan adalah ahlul haq, dan selain mereka adalah ahli bid'ah. Maka Ahlus Sunnah adalah para sahabat dan setiap yang menempuh jalan mereka dari para tabi'in, kemudian ashhabul hadits dan orang-orang yang mengikuti mereka dari para fuqaha, dari generasi ke generasi hingga saat ini. Demikian juga, orang-orang yang mengikuti mereka dari kalangan awam di timur bumi dan baratnya -semoga Alloh merahmati mereka semuanya-" (al-Fishal fil Milal wal Ahwa' wan Nihal 2/271)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah رحمه الله berkata, "Ahlus Sunnah adalah orang-orang yang berpegang teguh dengan Kitabullah dan Sunnah Rasulullah صلي الله عليه وسلم dan apa yang disepakati oleh as-Sabiqunal Awwalun dan kalangan Muhajirin dan Anshar serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik." (Majmu' Fatawa 3/375)
Beliau juga berkata, "Barangsiapa mengikuti Kitab, Sunnah, dan ijma', maka dia termasuk Ahlus Sunnah wal Jama'ah." (Majmu' Fatawa 3/346)
Yang keluar dari definisi Ahlus Sunnah adalah setiap ahli bid'ah dan ahwa' yang menyeleweng dari Nabi صلي الله عليه وسلم dan apa yang disepakati oleh as-Sabiqunal Awwalun dari kalangan Muhajirin dan Anshar serta orang-orang yang mengikuti mereka.
Maka tidaklah seorang benar-benar dikatakan Ahlus Sunnah sehingga dia berlepas diri dari semua ahli bid'ah dan pemikiran-pemikiran mereka sebagaimana seorang tidak dikatakan bertauhid hingga dia berlepas diri dari kesyirikan dan para pelakunya.
Al-lmam Abdullah bin Mubarak رحمه الله berkata, "Asal dari 72 bid'ah adalah empat bid'ah. Dari keempat bid'ah inilah bercabang menjadi 72 kebid'ahan. (Empat bid'ah ini adalah): Qadariyah, Murji'ah, Syi'ah, dan Khawarij.
Barangsiapa mendahulukan Abu Bakr, Umar, Utsman, dan Ali رضي الله عنهم atas semua sahabat Rasulullah صلي الله عليه وسلم dan tidak membicarakan para sahabat kecuali dengan kebaikan, maka dia telah lepas dari bid'ah Syi'ah dari awal hingga akhir.
Barangsiapa mengatakan: Iman ialah perkataan dan perbuatan, bertambah dan berkurang, maka dia telah lepas dari bid'ah Irja' (Murji'ah) dari awal hingga akhir.
Barangsiapa mengatakan sahnya shalat di belakang imam yang baik dan fajir, wajibnya jihad bersama setiap khalifah, tidak memandang bolehnya memberontak kepada penguasa dengan pedang, mendoakan penguasa dengan kebaikan, maka dia telah lepas dari perkataan Khawarij dari awal hingga akhir.
Barangsiapa mengatakan: Semua taqdir dari Alloh, yang baik dan yang buruk, Alloh menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki, maka sungguh dia telah lepas dari perkataan Qadariyah dari awal hingga akhir. Maka dialah Ahlus Sunnah." (Syarhus Sunnah, al-Barbahari, hal. 57)
Ahlus Sunnah Tidak Memiliki Nama dan Julukan Kecuali Islam dan Dilalahnya
Ahlus Sunnah memiliki karakteristik yang berbeda dengan ahli bid'ah dari segi penamaan Ahlus Sunnah tidak memiliki nama dan ulukan kecuali Islam dan dilalah (signifikasi)nya.
Ahlus Sunnah tidak pernah menisbatkan diri kepada seorang pun dan tidak menjadikan suri tauladan dalam segala sesuatu kecuali kepada Rasulullah رحمه الله.
Al-lmam Malik رحمه الله berkata, "Ahlus Sunnah tidak memiliki julukan yang mereka dikenali dengannya, bukan Jahmi, bukan juga Qadari, dan bukan pula Rafidhi." (al-lntiqa' fi Fadha'ili Tsalatsatil Aimmah Fuqaha', Ibnu Abdil Barr, hal. 35)
Para ulama salaf bersungguh-sungguh dalam melarang penamaan dan penisbatan selain Islam, Ibnu Abbas رضي الله عنهما berkata, "Barangsiapa mengakui dan mengikuti nama-nama yang dibuat-buat ini maka sungguh dia telah melepaskan ikatan Islam dari lehernya." (Ibanah Shughra, Ibnu Baththah, hal. 137)
Malik bin Mighwal رحمه الله berkata, "Jika seseorang menamakan diri dengan selain Islam dan Sunnah maka lekatkanlah dia dengan agama mana saja." (Ibanah Shughra hal. 137)
Al-lmam Ibnul Qayyim رحمه الله berkata, "Di antara tanda-tanda ahli ubudiyah bahwasanya mereka tidak menisbat-kan diri kepada suatu nama. Maksudnya, mereka tidak dikenal oleh manusia dengan nama-nama yang telah menjadi simbol-simbol bagi para ahli thariqah (sufi-red). Demikian juga, mereka tidak dikenal dengan suatu amalan yang nama mereka hanya dikenal dengan amalan tersebut, karena ini adalah penyakit ubudiyah, lantaran ubudiyah ini adalah ubudiyah yang terbatas. Adapun ubudiyah yang mutlak maka pelakunya tidak dikenal dengan salah satu dari nama-nama ubudiyah, karena dia memenuhi setiap panggilan ubudiyah dengan berbagai macamnya. Dia memiliki bagian bersama setiap pemilik ubudiyah, maka dia tidak membatasi diri dengan simbol, isyarat, nama, kostum, dan thariqah. Bahkan jika dia ditanya tentang nama mursyidnya, dia mengatakan: Rasulullah صلي الله عليه وسلم. Jika ditanya tentang thariqahnya dia menjawab: Ittiba' .... Sebagian imam telah ditanya tentang Sunnah maka dia menjawab, 'Yang tidak punya nama lain kecuali Sunnah', maksudnya bahwa Ahlus Sunnah tidak memiliki penisbatan nama selain Sunnah." (Madarijus Salikin 3/174, 176)
Syaikh Bakr bin Abdullah Abu Zaid رحمه الله berkata, "Ahlus Sunnah wal Jamaah yang berjalan di bawah minhajun nubuwwah tidak pernah lepas walau sedetik pun dari Sunnah, tidak dengan suatu nama dan tidak juga dengan suatu simbol. Mereka tidak pernah menisbatkan diri kepada seorang pun kecuali kepada Rasulullah صلي الله عليه وسلم dan orang yang mengikuti jejaknya. Mereka tidak memiliki simbol dan metode kecuali manhaj nubuwwah (yaitu Kitab dan Sunnah), karena sesuatu yang asli tidak butuh tanda khusus untuk dikenali, yang butuh nama tertentu adalah yang keluar dari yang asli dari kelompok-kelompok yang menyempal dari yang asli (yaitu Jama'atul Muslimin)." (Hukmul Intima' ilal Firaq wal Ahzab wal Jama'atil Islamiyah hal. 28)
Dari sini, nampaklah kepada kita betapa sangat berbahaya akibat banyaknya kelompok-kelompok dan partai-partai Islam yang memiliki nama-nama, julukan-julukan, metode-metode, dan simbol-simbol yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Jadilah setiap kelompok memiliki juru kampanye, simpatisan, dan anggota. Mereka berikan loyalitas mutlak kepada setiap orang yang loyal kepada kelompok mereka dan menisbatkan diri kepada kelompok mereka. Di sisi lain, mereka menjauhi bahkan memusuhi setiap orang yang menyelisihi kelompok mereka dan tidak bernaung di bawah panji-panji mereka!
Sampai-sampai sebagian dari mereka memberikan loyalitas kepada para ahli bid'ah dari Rafidhah, Khawarij, Bathiniyah, Shufiyah, dan selain mereka karena para ahli bid'ah ini masuk ke dalam partai dan kelompok mereka. Di saat yang sama mereka memusuhi Ahlus Sunnah karena tidak masuk dalam partai dan kelompok mereka dan tidak ridha dengan kelakuan mereka!
Sebelumnya

0 komentar:

Template by:
Free Blog Templates