Dalam bab ini akan saya turunkan
beberapa contoh dari
pernyataan dan sikap para ulama dari generasi Shahabat—yang mereka adalah panutan kita semua—terhadap mereka yang melakukan dzikir
dengan suara keras dan
berjama'ah dan dikomandoi oleh seorang, seperti yang dilakukan oleh kebanyakan
orang pada zaman kita hidup ini!
PERTAMA: Sikap Umar bin Khththab رضي الله عنه:
Abu 'Utsman an Nahdiy mengatakan:
Seorang pegawai Umar bin Khaththab
رضي الله عنه
melaporkan kepadanya: Bahwa
di wilayahnya ada sekelompok orang yang (sering) berkumpul untuk mengadakan do'a
(bersama) untuk kaum muslimin dan penguasa. Maka Umar mengirimkan surat balasan kepadanya (yang
isinya): Hadapkan mereka
itu kepadaku bersamamu! Kemudian Umar meminta disiapkan untuknya sebuah cambuk,
ketika mereka itu masuk menghadap Umar, langsung beliau menyambuk dengan sebuah
cambukan kepada pemimpin mereka. Maka aku berkata: Wahai Umar! Kami bukanlah
orang-orang yang dimaksud,
mereka itu adalah orang-orang yang akan datang dari arah Timur.1
KEDUA: Sikap Ibnu Mas'ud & Abu Musa al
Asy'ariy رضي الله عنهما:
Dahulu di kota Kufah (wilayah Iraq saat ini)
ada sekelompok orang yang mengadakan dzikir secara berjama'ah di masjid
setelah shalat Maghrib,
yang salah seorang dari mereka memimpin dengan mengatakan: bertasbihlah kalian
sebanyak 100 kali, dan seterusnya, maka hal itu dilaporkan oleh Abu Musa al
Asy'ariy رضي الله عنه
kepada Ibnu Mas'ud رضي الله عنه (sebagai walikota Kufah saat itu), maka mereka berdua langsung
mendatangi sekolompok orang yang sedang mengadakan dzikir berjama'ah itu untuk melarang
mereka dari perbuatan itu, seraya Ibnu Mas'ud berkata kepada mereka:
"Demi Dzat Yang tidak berhak untuk disembah
dengan benar kecuali Dia, kalian semua telah berbuat sebuah bid'ah dengan
zhalim, dan kalian juga
telah merasa lebih berilmu daripada para Shahabat Muhammad صلي الله عليه وسلم "?!'.
Maka 'Amr bin 'Utbah menyangkal: Kami hanya
beristigfar kepada Allah.
Ibnu Mas'ud berkata lagi: "Hendaklah kalian cukup mengikuti Sunnah, dan pegang
teguhlah Sunnah itu, karena bila kalian mengambil dari sana dan sini (selain apa
yang telah ditetapkan
Sunnah), maka kalian akan tersesat dengan kesesatan yang jauh".2
Bahkan Ibnu Mas'ud صلي الله عليه وسلم juga pernah menghancurkan sebuah masjid yang dibangun kota Kufah yang biasa digunakan
untuk berdzikir berjama'ah
oleh 'Amr bin 'Ut-bah bersama para pengikutnya.3
KETIGA: Sikap Khabbab bin Art :
Setelah sempat hilang, maka bid'ah ini muncul
kembali setelah wafatnya Shahabat Ibnu Mas'ud, sekitar tahun 32 atau 33
H.
Abdullah bin Khabbab bin Art, pernah duduk
bersama beberapa orang yang memimpin dzikir mereka, maka ketika ayahnya Khabbab bin Art رضي الله عنه, melihatnya berbuat demikian, iapun memanggilnya dan mengambil sebuah cambuk untuk memukul
kepala putranya itu, lalu putranya bertanya: Mengapa engkau memukulku? "Karena
engkau duduk bersama orang-orang Amaliqah4" jawabnya.5
Begitulah juga sikap yang ditunjukkan oleh para ulama dari kalangan
Tabi-'in dan para ulama yang datang setelah mereka — rahimahumullahul jami’ —6
Sekilas Tentang Sejarah Dzikir Berjama'ah
Setelah Shalat Wajib Di Masjid:
Adapun yang pertamakah mengadakan dzikir "Takbir" berjama'ah adalah: Ma'dhad bin
Yazid al 'Ijliy bersama kelompok (dzikirnya) di kota Kufah,7 sebelum tahun 32 atau 33 H, kemudian
dilarang oleh Ibnu Mas'ud
رضي الله عنه lalu muncul
kembali pada masa Khabbab bin Art رضي الله
عنه seperti tertera di atas, lalu pada tahun 116 H
Khalifah al Makmun memerintahkan orang-orang untuk bertakbir setiap selesai shalat wajib di
masjid, dan ini merupakan salah satu bid'ah yang diadakan olehnya.8
Copyleft © 2009, Ibnu Majjah 4 Ummat
Muslim
1 Kisah ini telah diriwayatkan
oleh Ibnu Wadhdhah di dalam kitabnya al Bida Wan Nahyu
'Anha hal. 10 dan Ibnu Abi Syaibah di dalam kitabnya
al Mushannaf (VIll: 746) no:
6242 dengan sanad yang hasan, sebagaimana dikemukakan oleh DR. Al Khumais di dalam kitabnya
adz DzikrulJama'iy Bainal Ittiba' WalIbtida'
hal. 29.
2 Kisah ini telah diriwayatkan
oleh ad Darimi di dalam
kitab Sunannya (I: 68-69),
Ibnu Wadhdhah di dalam
kitabnya al Bida' Wan Nahyu 'Anha hal. 5 dari banyak jalan, Ibnul Jauziy di dalam kitabnya Talbisul Iblis hal. 28-29. Dan telah
disebutkan oleh Imam Suyuthiy di dalam kitabnya al
Amru bil Ittiba' hal. 83-84, dan Syaikh Masyhur Alu
Salman berkata di dalam catatan kakinya: Atsar ini shahih; karena jalannya yang
banyak.
3 Diriwayatkan oleh Ibnu
Wadhdhah di dalam kitabnya
alBida' Wan Nabyu 'Anha hal.
5.
4 Maksudnya adalah: Karena kamu
telah berbuat suatu urusan yang teramat besar dalam Agama ini.
5 Diriwayatkan oleh Ibnu
Wadhdhah di dalam kilahnya
al Bida' Wan Nahyu 'Anha hal. 10, dan Ibnu Abi Syaibah di dalam kitabnya al Mushannaf (VIII: 559).
6 Lihat keterangannya di kitab al Bida' Wan
Nahyu 'Anha karya Imam Ibnu Wadhdhah al
Qurthubiy
7 Majmu' Fatawa (XXXV: 41), sebagaimana yang disebutkan oleh DR. Nashir al
‘Aql di dalam kitabnya
Rasaa-il Wal Dirasat Fil Ahwaa-i Wal Iftiraq Wal Bida'
(I: 226).
8 Lihat kitab al Bidayah Wan Nihayah (X:
270)
0 komentar:
Posting Komentar