Sabtu, 14 September 2013

Sikap Para Shahabat Terhadap Mereka yang Berdzikir Dengan Suara Keras dan Berjama'ah & Sekilas Tentang Sejarahnya

Dalam bab ini akan saya turunkan bebe­rapa contoh dari pernyataan dan sikap para ulama dari generasi Shahabatyang mere­ka adalah panutan kita semuaterhadap mereka yang melakukan dzikir dengan sua­ra keras dan berjama'ah dan dikomandoi oleh seorang, seperti yang dilakukan oleh kebanyakan orang pada zaman kita hidup ini!


PERTAMA: Sikap Umar bin Khththab رضي الله عنه:

Abu 'Utsman an Nahdiy mengatakan:

Seorang pegawai Umar bin Khaththab رضي الله عنه mela­porkan kepadanya: Bahwa di wilayahnya ada sekelompok orang yang (sering) berkumpul untuk mengadakan do'a (bersama) untuk kaum muslimin dan penguasa. Maka Umar me­ngirimkan surat balasan kepadanya (yang isi­nya): Hadapkan mereka itu kepadaku bersamamu! Kemudian Umar meminta disiapkan untuknya sebuah cambuk, ketika mereka itu masuk menghadap Umar, langsung beliau menyambuk dengan sebuah cambukan kepada pemimpin mereka. Maka aku berkata: Wahai Umar! Kami bukanlah orang-orang yang di­maksud, mereka itu adalah orang-orang yang akan datang dari arah Timur.1


KEDUA: Sikap Ibnu Mas'ud & Abu Musa al Asy'ariy رضي الله عنهما:

Dahulu di kota Kufah (wilayah Iraq saat ini) ada sekelompok orang yang mengadakan dzikir secara berjama'ah di masjid sete­lah shalat Maghrib, yang salah seorang dari mereka memimpin dengan mengatakan: bertasbihlah kalian sebanyak 100 kali, dan seterusnya, maka hal itu dilaporkan oleh Abu Musa al Asy'ariy رضي الله عنه kepada Ibnu Mas­'ud رضي الله عنه (sebagai walikota Kufah saat itu), maka mereka berdua langsung mendatangi sekolompok orang yang sedang mengada­kan dzikir berjama'ah itu untuk melarang mereka dari perbuatan itu, seraya Ibnu Mas'ud berkata kepada mereka:

"Demi Dzat Yang tidak berhak untuk disembah dengan benar kecuali Dia, kalian semua telah berbuat sebuah bid'ah dengan zhalim, dan ka­lian juga telah merasa lebih berilmu daripada para Shahabat Muhammad صلي الله عليه وسلم "?!'.

Maka 'Amr bin 'Utbah menyangkal: Kami hanya beristigfar kepada Allah. Ibnu Mas'ud berkata lagi: "Hendaklah kalian cukup mengikuti Sunnah, dan pegang teguhlah Sunnah itu, karena bila kalian mengambil dari sana dan sini (selain apa yang telah dite­tapkan Sunnah), maka kalian akan tersesat dengan kesesatan yang jauh".2

Bahkan Ibnu Mas'ud صلي الله عليه وسلم juga pernah menghancurkan sebuah masjid yang diba­ngun kota Kufah yang biasa digunakan un­tuk berdzikir berjama'ah oleh 'Amr bin 'Ut-bah bersama para pengikutnya.3


KETIGA: Sikap Khabbab bin Art   :

Setelah sempat hilang, maka bid'ah ini muncul kembali setelah wafatnya Shahabat Ibnu Mas'ud, sekitar tahun 32 atau 33 H.

Abdullah bin Khabbab bin Art, pernah duduk bersama beberapa orang yang memimpin dzikir mereka, maka ketika ayah­nya Khabbab bin Art رضي الله عنه, melihatnya berbuat demikian, iapun memanggilnya dan me­ngambil sebuah cambuk untuk memukul kepala putranya itu, lalu putranya bertanya: Mengapa engkau memukulku? "Karena engkau duduk bersama orang-orang Amaliqah4" jawabnya.5

Begitulah juga sikap yang ditunjuk­kan oleh para ulama dari kalangan Tabi-'in dan para ulama yang datang setelah mereka rahimahumullahul jami 6


Sekilas Tentang Sejarah Dzikir Berjama'ah Setelah Shalat Wajib Di Masjid:

Adapun yang pertamakah mengada­kan dzikir "Takbir" berjama'ah adalah: Ma'dhad bin Yazid al 'Ijliy bersama ke­lompok (dzikirnya) di kota Kufah,7 se­belum tahun 32 atau 33 H, kemudian di­larang oleh Ibnu Mas'ud رضي الله عنه lalu muncul kembali pada masa Khabbab bin Art رضي الله عنه seperti tertera di atas, lalu pada tahun 116 H Khalifah al Makmun memerintah­kan orang-orang untuk bertakbir setiap selesai shalat wajib di masjid, dan ini merupakan salah satu bid'ah yang dia­dakan olehnya.8

Copyleft © 2009, Ibnu Majjah 4 Ummat Muslim


1 Kisah ini telah diriwayatkan oleh Ibnu Wadhdhah di dalam kitabnya al Bida Wan Nahyu 'Anha hal. 10 dan Ibnu Abi Syaibah di dalam kitabnya al Mushannaf (VIll: 746) no: 6242 dengan sanad yang hasan, sebagaimana dikemukakan oleh DR. Al Khumais di dalam kitabnya adz DzikrulJama'iy Bainal Ittiba' WalIbtida' hal. 29.

2 Kisah ini telah diriwayatkan oleh ad Darimi di da­lam kitab Sunannya (I: 68-69), Ibnu Wadhdhah di da­lam kitabnya al Bida' Wan Nahyu 'Anha hal. 5 dari ba­nyak jalan, Ibnul Jauziy di dalam kitabnya Talbisul Iblis hal. 28-29. Dan telah disebutkan oleh Imam Suyuthiy di dalam kitabnya al Amru bil Ittiba' hal. 83-84, dan Syaikh Masyhur Alu Salman berkata di dalam catatan kakinya: Atsar ini shahih; karena jalannya yang banyak.

3 Diriwayatkan oleh Ibnu Wadhdhah di dalam ki­tabnya alBida' Wan Nabyu 'Anha hal. 5.

4 Maksudnya adalah: Karena kamu telah berbuat suatu urusan yang teramat besar dalam Agama ini.

5 Diriwayatkan oleh Ibnu Wadhdhah di dalam ki­lahnya al Bida' Wan Nahyu 'Anha hal. 10, dan Ibnu Abi Syaibah di dalam kitabnya al Mushannaf (VIII: 559).

6 Lihat keterangannya di kitab al Bida' Wan Nahyu 'Anha karya Imam Ibnu Wadhdhah al Qurthubiy

7 Majmu' Fatawa (XXXV: 41), sebagaimana yang disebutkan oleh DR. Nashir al Aql di dalam kitabnya Rasaa-il Wal Dirasat Fil Ahwaa-i Wal Iftiraq Wal Bida' (I: 226).

8 Lihat kitab al Bidayah Wan Nihayah (X: 270)

0 komentar:

Template by:
Free Blog Templates